Edukasi dan Promosi Kesehatan Bradikardia
Edukasi dan promosi kesehatan pada pasien bradikardia dimulai dari memberitahu pasien bahwa selama bradikardia tidak disertai dengan keluhan, tidak perlu dilakukan penatalaksanaan medis. Namun pada pasien yang mengalami keluhan, perlu dilakukan investigasi dan penatalaksanaan lebih lanjut.[1,2]
Edukasi Pasien
Dokter perlu menyampaikan bahwa bradikardia adalah detak jantung yang terlalu lambat. Laju nadi jantung yang normal berkisar 60-100 kali/menit tetapi laju nadi jantung antara 50-60 kali/menit pun banyak ditemukan pada orang sehat. Oleh karena itu, laju nadi kurang dari 50 kali/menit biasanya baru dicurigai terjadi suatu patologi terutama bila ada keluhan.[4]
Pada saat tidur, laju nadi dapat semakin menurun hingga 30 kali/menit pada orang sehat. Pada pasien yang sering berolahraga atau aktivitas fisik intensif, bradikardia juga sering ditemukan dan merupakan varian normal.[4]
Kondisi detak jantung yang terlalu lambat ini dapat bergantung pada usia dan kondisi fisik pasien. Pada kebanyakan kasus, bradikardia merupakan temuan yang tidak disengaja dan selama tidak menyebabkan gejala, tidak perlu dilakukan penanganan khusus.[14]
Namun, detak jantung yang terlalu lambat dapat menyebabkan aliran darah ke otak tidak mencukupi. Bradikardia dapat menimbulkan gejala seperti kelelahan atau merasa lemah, pusing atau sakit kepala ringan, kebingungan, sinkop atau presinkop, sesak napas, dan pada kondisi ekstrem dapat berupa gejala henti jantung. Bila ada salah satu gejala tersebut, maka perlu dikonsultasikan dengan Dokter untuk memastikan apakah ada penyebab etiologi yang perlu ditangani.[1,2,7,10]
Bradikardia simtomatik sendiri paling sering disebabkan oleh gangguan jantung seperti gagal jantung dan infark miokard akut. Adapun kondisi lain yang dapat menyebabkan bradikardia adalah stroke, cedera spinal, hipoksemia, hipotiroid, hipotermia, hiperkalemia, obstructive sleep apnea (OSA), dan infeksi seperti demam dengue, karditis Lyme, penyakit Chagas.[1,2,7,10]
Selain itu, penggunaan obat-obatan yang dapat memodulasi laju jantung seperti propranolol, bisoprolol, timolol, diltiazem, verapamil, digoxin, atau amiodarone dapat menyebabkan bradikardia. Pada kasus seperti ini, penghentian obat dapat mengembalikan laju nadi seperti normal, namun pemberhentiannya memerlukan instruksi dari dokter.[1,2,7,10]
Umumnya gejala dan riwayat penyakit pasien dapat mengarahkan Dokter pada penyebab yang dicurigai dan tatalaksana tiap penyebab dapat berbeda-beda.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pasien perlu mengetahui bahwa bradikardia dapat terjadi akibat stimulasi vagal, sehingga pasien perlu mengetahui bahwa aktivitas yang dapat memicu stimulasi seperti buang air kecil/besar, batuk, berdiri terlalu lama, mencukur, atau menolehkan wajah. Bila terjadi bradikardia karena stimulasi vagal, pasien tidak perlu khawatir karena gejala bradikardia hanya bersifat transien.[4]
Pasien juga perlu mengetahui bahwa pada kondisi seperti gagal jantung atau terjadi serangan jantung yang menyebabkan bradikardia bersifat gawat darurat, sehingga bila terjadi bradikardia dengan penurunan kesadaran, sesak napas, bengkak pada kedua kaki, ataupun nyeri dada, harus segera ke unit gawat darurat untuk ditangani. Pada kasus bradikardia yang serius, dapat dilakukan pemasangan alat pacu jantung.[14]
Pada pasien yang sudah didiagnosa dengan bradikardia, terutama pada usia lansia, sangat penting untuk monitor perjalanan penyakit dengan Dokter, karena dapat mengalami progresi menjadi sick sinus syndrome. Meski demikian, belum ada panduan tatalaksana yang menjelaskan ketentuan monitoring pada pasien bradikardia.[3]