Epidemiologi Barotrauma
Data epidemiologi barotrauma menunjukkan bahwa kondisi ini banyak dialami penyelam, pendaki gunung, dan pasien yang memerlukan ventilasi mekanik. Mengingat di Indonesia terdapat banyak tempat menyelam kelas dunia, kondisi ini banyak terjadi di kalangan wisatawan.
Global
Kejadian barotrauma pada telinga dan sinus didapatkan pada 80% kasus barotrauma. Selain itu, 15% adalah akibat barotrauma pulmonal, termasuk emboli arteri pulmonal.[10]
Kerusakan parenkim paru akibat perubahan tekanan udara juga sering terjadi di intensive care unit (ICU). Insidensi barotrauma pada ventilasi mekanik bervariasi bergantung pada indikasi pemasangan, dilaporkan dapat mencapai 50%. Sejak adanya pemasangan ventilasi volume tidal rendah pada pertengahan tahun 2000, angka kejadian barotrauma pada ventilasi mekanik berkurang menjadi kurang dari 10%. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asthma, dan acute respiratory distress syndrome (ARDS) adalah faktor risiko barotrauma pada ventilasi mekanik.[9,11]
Indonesia
Di Indonesia, kasus barotrauma sering ditemukan, terutama pada penyelam baik yang profesional maupun wisatawan, termasuk nelayan tradisional yang mencari tiram atau kerang di laut dan pekerja bidang minyak dan gas. Menurut penelitian yang dilakukan pada penyelam yang ada di Kecamatan Balaesang Tanjung Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah, didapatkan bahwa angka kejadian barotrauma telinga tengah pada penyelam dengan frekuensi penyelaman ≥4 hari/minggu adalah 38,13%.[13]
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kartono di Kecamatan Karimun Jawa, menunjukan bahwa dari 148 responden, 53,4% responden mengalami barotrauma. Gejala yang sering dirasakan adalah kelelahan (77,0%), pusing (59,5%), dan nyeri sendi (53,4%.) Komplikasi barotrauma yang paling banyak terjadi adalah gangguan pendengaran (43,2%).[14]
Mortalitas
Barotrauma umumnya tidak berkaitan dengan mortalitas. Barotrauma telinga tengah adalah yang paling banyak ditemukan dan umumnya tidak memerlukan intervensi apapun.
Barotrauma pulmonal berkaitan dengan peningkatan angka mortalitas. Barotrauma pulmonal merupakan jenis barotrauma yang paling berat dan paling dikhawatirkan pada semua jenis operasi penyelaman. Barotrauma pulmonal dapat menyebabkan emboli gas arteri.[8,9]
Barotrauma pulmonal pada ventilasi mekanik juga berkorelasi dengan peningkatan angka mortalitas. Studi kohort prospektif yang dilakukan di 361 ICU di 20 kota di Amerika Serikat menyatakan bahwa dari 5183 pasien dengan ventilasi mekanik, barotrauma terjadi pada 2,9% pasien, dengan angka kematian 51%.[11]