Diagnosis Granuloma Umbilikal
Diagnosis granuloma umbilikal dapat dilakukan secara klinis dengan menemukan gambaran jaringan granulasi berlebihan di basal umbilikus setelah pemisahan tali pusat pada neonatus. Pemeriksaan penunjang dilakukan jika terdapat kecurigaan terhadap diagnosis banding lain seperti polip.
Setelah pemisahan tali pusat, jaringan granulasi dapat ditemukan di dasarnya sebagai massa kecil. Jaringan ini biasanya berwarna merah muda, lunak, lembab, terdiri dari fibroblas dan kapiler, dengan diameter 1 sampai 10 mm. Gambaran klinis lainnya adalah adanya drainase serosa atau darah yang persisten di sekitar umbilikus.[1,6]
Anamnesis
Pada anamnesis, gejala yang paling banyak dikeluhkan adalah adanya cairan yang keluar dari umbilikus dan adanya benjolan kecil pada umbilikus neonatus. Gejala muncul setelah tali pusat terpisah dari umbilikus.
Jika ukuran granuloma cukup besar, massa akan terlihat tanpa perlu melakukan penekanan pada area di sekitar umbilikus. Benjolan umumnya muncul pada minggu-minggu pertama setelah kelahiran dan dapat bertahan hingga >2 bulan. Benjolan pada granuloma umbilikal tidak menyebabkan nyeri atau iritasi apabila tidak mengalami infeksi sekunder.
Sementara itu, cairan yang keluar dari umbilikus dapat berwarna kemerahan atau kekuningan. Cairan tidak berbau, serta bukan urine ataupun feses.[1,2,6]
Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik, granuloma umbilikal terlihat sebagai benjolan dengan ukuran 1-10 mm, lunak, tidak nyeri, berwarna pucat, dan muncul dari dasar umbilikus. Benjolan bisa berbentuk kantung, akar, atau seperti jari, dan mudah berdarah saat tersentuh. Kulit di sekitarnya normal.
Granuloma dapat dikenali dengan mudah melalui inspeksi atau menggunakan dermoskop. Apabila ukuran lesi kecil, terkadang diperlukan penekanan ringan di area sekitar umbilikus atau menggunakan bantuan pinset bedah.
Cairan yang keluar dari granuloma umbilikal dapat berupa cairan bening, eksudat, atau cairan kehijauan. Dibutuhkan pemeriksaan tambahan untuk menentukan cairan tersebut bukan berasal dari saluran pencernaan ataupun saluran kemih.[1,2,6]
Diagnosis Banding
Granuloma umbilikal pada bayi dan anak-anak harus dibedakan dengan benjolan lain. Pada neonatus, granuloma umbilikal perlu dibedakan dengan omfalitis, kelainan kongenital seperti anomali duktus vitelin, atau tumor jaringan lunak seperti kista dermoid dan polip umbilikal.[2,6]
Omfalitis
Omfalitis juga menyebabkan benjolan umbilikus seperti pada granuloma umbilikal. Pada omfalitis, sekret yang keluar bersifat purulen dan terdapat eritema di sekitar umbilikus. Bayi juga mengalami gejala infeksi seperti letargi, gangguan menyusu, dan demam.[2,7]
Polip Umbilikal
Polip umbilikal ditandai dengan benjolan padat, berwarna merah, tidak nyeri, memiliki sekret seperti darah, dan dapat disertai adanya urine atau feses. Polip berbeda dengan granuloma karena tidak akan berespon terhadap tindakan kauterisasi kimia perak nitrat.
Pemeriksaan USG dan histopatologi dapat membantu membedakan polip umbilikal dari granuloma umbilikal. Dari gambaran USG, polip umbilikal menunjukkan lesi dengan dinding ekogenik yang tebal, deep-seated, dan disertai nodul hipovaskular.[1,6–8]
Anomali Urachal
Secara normal, urachal akan menghilang pada usia kehamilan 5 bulan dan menjadi ligamen umbilikus. Kelainan pada proses ini akan menyebabkan anomali urachal. Gejala yang muncul adalah sekret berwarna bening, diikuti dengan adanya benjolan, kadang disertai nyeri, dan umbilikus nampak tertarik ke dalam saat bayi berkemih.[6,7]
Anomali Duktus Vitelin
Polip kecil atau kista yang berasal dari kelainan duktus vitelin dapat menyerupai granuloma. Keluhan yang muncul adalah terdapat sedikit sekret dari umbilikus. Pemeriksaan USG dapat membantu membedakan kelainan duktus vitelin dengan granuloma umbilikal lewat adanya.[6]
Kista Umbilikal
Kista umbilikal merupakan benjolan kistik yang tidak bergejala. Dalam kasus yang jarang, kista dapat disertai dengan obstruksi usus atau infeksi. Kista terbentuk akibat adanya gangguan pada duktus omfalomesenterik (OMD). Sekret yang keluar bersifat feculent. Kista dapat dibedakan dari granuloma melalui pemeriksaan USG.[1]
Pemeriksaan Penunjang
Kebanyakan kasus granuloma umbilikal dapat dengan mudah diidentifikasi melalui pemeriksaan fisik dan anamnesis. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan penunjang dapat mencakup USG dan biopsi eksisi.
USG
USG adalah teknik pencitraan yang digunakan untuk evaluasi awal lesi umbilikus. USG tersedia secara luas, tidak memerlukan sedasi, tidak memaparkan anak terhadap radiasi, dan memberikan gambaran pencitraan cukup baik, terutama untuk lesi jaringan lunak superfisial.
USG dapat membantu membedakan polip dengan granuloma umbilikal. Polip akan tampak sebagai nodul hipovaskular yang dalam dengan pembentukan kista, dikelilingi oleh dinding ekogenik yang tebal. Sementara itu, granuloma umbilikalis akan tampak sebagai nodul padat hipoekoik hipervaskular yang terletak superfisial.[8] USG juga dapat mengidentifikasi adanya anomali duktus vitelin dan kista umbilikal.[1,6]
Biopsi Eksisi
Biopsi eksisi merupakan pemeriksaan akurat yang dilakukan untuk menentukan jenis jaringan pada kelainan umbilikal. Walaupun manajemen granuloma umbilikal dapat dilakukan dengan tindakan konservatif, pemeriksaan histopatologi dapat menyingkirkan kelainan lain yang mirip, seperti anomali duktus vitelin ataupun polip, sehingga pendekatan terapi dapat lebih akurat.[2,6]