Diagnosis Cheilitis
Diagnosis cheilitis dapat ditegakkan secara klinis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Penggunaan pemeriksaan penunjang dapat bermanfaat pada kasus yang dicurigai mengalami transformasi keganasan ataupun untuk memastikan alergen pada kasus cheilitis eksematosa.
Cheilitis dapat timbul sebagai kondisi medis tunggal atau sebagai bagian dari penyakit sistemik. Cheilitis bisa merupakan gejala dari suatu penyakit ataupun sebagai kondisi penyerta. Cheilitis dapat berkaitan dengan anemia, kandidiasis oral, atopi, reaksi kontak terhadap alergen atau iritan (misalnya kosmetik), dan efek obat-obatan (misalnya retinoid).[1,2]
Anamnesis
Pendekatan pada kasus cheilitis perlu mengingat bahwa lesi inflamatorik pada bibir dapat dicetuskan oleh berbagai hal. Oleh karenanya, dalam anamnesis dokter perlu menggali riwayat klinis pasien secara detail untuk mempersempit diagnosis banding.
Kebanyakan kasus cheilitis memiliki manifestasi yang nonspesifik. Dalam anamnesis, dokter perlu mengidentifikasi kondisi lingkungan pasien (paparan matahari, iklim yang dingin, pekerjaan); adanya kebiasaan buruk (menggigit atau menjilat bibir); riwayat kontak dengan substansi tertentu (lipstik, obat topikal, pasta gigi); status nutrisi dan imun; beserta riwayat penyakit sistemik dan pengobatan. Hal-hal tersebut ditanyakan dengan tujuan untuk mencari faktor risiko dan pencetus lesi.
Anamnesis juga perlu mengidentifikasi kemungkinan keterlibatan penyakit sistemik yang lebih serius. Hal ini karena cheilitis dapat ditemukan sebagai manifestasi pada berbagai kelainan sistemik, misalnya lichen planus, lupus eritematosus sistemik, pemfigus, pemfigoid, eritema multiforme, Crohn’s disease, dan sarkoidosis.
Pasien cheilitis akan mengeluhkan lesi pada bibir yang bisa disertai atau tanpa disertai nyeri, deskuamasi, dan diskolorasi, tergantung pada jenis cheilitis. Sebagai contoh, lesi pada cheilitis simpleks umumnya berupa bibir pecah-pecah, berfisura, dan deskuamasi. Sementara itu, lesi pada cheilitis aktinik dapat berupa perubahan warna menjadi keputihan pada perbatasan bibir dan kulit yang tanpa disertai nyeri.[1,2]
Pemeriksaan Fisik
Tampilan lesi cheilitis akan berbeda-beda tergantung jenisnya. Berikut adalah kemungkinan bentuk lesi pada berbagai jenis cheilitis.
Cheilitis Simpleks
Lesi umumnya muncul pada bibir bawah, berupa bibir pecah-pecah, fisura, atau deskuamasi, yang dapat disertai nyeri atau sensasi terbakar. Bila kondisi terus berlanjut, bisa didapatkan krusta atau perdarahan
Cheilitis Angular
Lesi terjadi pada sudut bibir, ditandai dengan inflamasi disertai eritema, fisura yang dalam, atau laserasi. Selain itu, bisa tampak krusta atau ulkus yang dangkal
Cheilitis Eksematosa
Lesi pada regio perioral atau oral berupa kering, berskuama, eritema, atau fisura, yang bisa disertai gatal atau sensasi terbakar.
Drug-Induced Cheilitis
Lesi berupa bibir kering dan deskuamasi, yang dapat disertai manifestasi reaksi alergi obat pada organ lain, termasuk fixed drug eruption atau eritema multiforme.
Cheilitis Eksfoliatif
Lesi dimulai dengan bibir yang berwarna normal atau kemerahan, disusul dengan permukaan yang menebal dan kemudian mengalami deskuamasi persisten. Lesi dapat disertai rasa gatal, perdarahan, krusta, dan sensasi terbakar.
Cheilitis Aktinik
Manifestasi klinis berupa penebalan dan diskolorasi keputihan pada tepi bibir dan kulit, tidak disertai rasa sakit. Batas vermilion bibir menjadi kurang jelas dan bibir menjadi bersisik, kering, dan atropik. Lesi bersifat persisten.
Cheilitis Granulomatosa
Lesi berupa pembengkakan persisten idiopatik pada bibir akibat inflamasi granuloma. Jika dilakukan palpasi, pembengkakan pada bibir dapat terasa lunak, keras, atau bernodul. Pada kondisi kronik, bibir juga pecah-pecah dan berfisura, berwarna merah kecoklatan dan bersisik.
Cheilitis Glandular
Terjadi pembesaran yang progresif dan eversi mukosa labial bawah yang menyebabkan obliterasi dari mukosa-vermilion. Secara klinis, ditandai dengan sekresi air liur kental atau sekret musin dari kelenjar air liur bibir bawah, berkaitan dengan makrokeilia.
Cheilitis Sel Plasma
Bentuk lesi bervariasi, dapat berupa lesi datar dan terbatas pada area bibir; lesi bibir yang terkikis dan sedikit terangkat; lesi erythematous-violaceous, ulserasi dan plak asimptomatik.[1-4,7-9]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding cheilitis antara lain lupus eritematosus pada bibir, liken planus oral, herpes labialis, pemfigus vulgaris, angioedema, dan karsinoma sel skuamosa.
Herpes Labialis
Lesi herpes labialis bisa menyerupai cheilitis angular. Pada cheilitis angular, lesi dimulai sebagai patch eritema di sudut bibir yang disertai fisura pada kulit, perdarahan, atau ulserasi. Sementara itu, herpes labialis umumnya dimulai dengan rasa gatal yang kemudian menimbulkan nyeri dalam 12-24 jam. Hal ini kemudian diikuti dengan munculnya vesikel bergerombol yang umumnya berbaris di sekitar batas vermilion bibir.[17]
Lupus Eritematosus pada Bibir
Lupus eritematosus pada bibir memiliki tampilan klinis dan histologi yang mirip dengan atrophic actinic cheilitis. Discoid Lupus Erythematosus (DLE) umumnya mempengaruhi kulit namun terkadang terdapat manifestasi juga di bibir, predominan pada bibir bawah. Manifestasi klinis DLE dapat berupa papula berwarna merah atau putih pada vermilion bibir.
Pada lupus eritematosus sistemik (SLE), manifestasi klinis dapat berupa makula purpurik, erosi, atau ulserasi pada bibir yang dikelilingi area kemerahan berbatas jelas atau difus. SLE dapat bersifat agresif, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk melihat terdapat potensi transformasi keganasan atau tidak.[1,2,8]
Lichen Planus Oral
Lichen planus oral dapat memiliki lesi yang mirip dengan cheilitis angular. Lichen planus oral merupakan penyakit mukokutan autoimun dengan kondisi inflamasi kronik yang melibatkan mukosa intraoral dan kulit. Keterlibatan lesi di bibir jarang terjadi. Lesi yang muncul dapat berupa lesi tunggal atau multipel, simetris, berwarna keputihan, disertai aspek retikular atau lesi eritroleukoplastik.[1,2,8]
Pemfigus Vulgaris
Pemfigus vulgaris adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan adanya lepuh intraepitel yang rentan rupture, menyebabkan erosi yang ireguler dan berbatas tidak jelas pada kulit atau membran mukosa. Erosi dapat berlanjut membentuk krusta hemoragik dan tebal. Lesi oral dapat menjadi lesi yang pertama muncul dan satu-satunya manifestasi penyakit ini, namun lesi pada bibir saja jarang terjadi.[1,2,8]
Angioedema
Cheilitis granulomatosa dapat menyerupai angioedema. Angioedema bermanifestasi sebagai pembengkakan pada bibir yang dipicu reaksi alergi, misalnya konsumsi penyekat kanal kalsium seperti amlodipine.[1,2,8]
Karsinoma Sel Skuamosa
Cheilitis aktinik, glandular, dan sel plasma dapat mengalami transformasi keganasan menjadi karsinoma sel skuamosa. Cheilitis dapat dibedakan dengan karsinoma sel skuamosa melalui biopsi dan pemeriksaan histopatologi.[1,2,8]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang cheilitis dapat dilakukan untuk menentukan faktor alergen penyebab munculnya lesi, memverifikasi kecurigaan transformasi keganasan, serta menilai adanya infeksi bakteri atau jamur.
Patch Test
Patch test merupakan uji kulit yang dilakukan dengan cara menempelkan alergen yang dicurigai secara oklusif dalam bentuk dan konsentrasi tertentu pada kulit normal pasien yang sensitif. Patch test dilakukan pada punggung bagian atas, punggung bagian bawah, atau sisi luar lengan bagian atas. Hasil patch test yang reaktif menunjukkan bahwa substansi tersebut merupakan penyebab reaksi alergi. Patch test bermanfaat untuk mengidentifikasi pencetus pada cheilitis eksematosa.[18]
Repeated Open Application Test (ROAT)
Repeated Open Application Test (ROAT) direkomendasikan untuk memverifikasi hasil patch test. Tes ini dilakukan apabila hasil patch test negative namun setelah anamnesis ulang substansi masih dicurigasi sebagai penyebab. ROAT dilakukan pada permukaan kulit lengan bawah dekat fossa antekubitus atau punggung atas.[18]
Pemeriksaan Apusan Kulit
Apusan kulit dapat bermanfaat pada kasus cheilitis angular yang diduga berkaitan dengan infeksi Candida sp. Lesi dilakukan pengerokan dan dibuat apusan dengan kalium hidroksida (KOH).[1]
Analisis Histopatologi dan Biopsi
Pemeriksaan penunjang biopsi dan histopatologi diperlukan terutama jika terdapat kecurigaan transformasi keganasan. Lesi cheilitis irreversibel seperti cheilitis aktinik, granulomatosa, glandular, dan sel plasma merupakan jenis cheilitis kronis yang umum memerlukan pemeriksaan biopsi untuk penegakan diagnosis.[1,2,8]
Cheilitis aktinik memiliki gambaran histopatologi berupa:
- Hiperkeratosis
- Solar elastosis yaitu kehilangan pewarnaan eosin, akumulasi serat elasis irregular dan tangled fibrillin
- Displasia epitel ringan-sedang, yaitu kelainan maturasi sel epidermal, kehilangan rete ridges dan atipia sitologik
- Displasia berat, ditandai dengan peningkatan diskeratosis dan keratin pearls, perubahan nukleus[7]
Cheilitis Granulomatosa:
Cheilitis granulomatosa ditandai dengan reaksi inflamasi kronis meliputi limfosit, histiosit, granuloma tuberkuloid, sel epitelioit, dan sel datia Langerhans. Pada lesi awal, hanya terlihat edema dan infiltrasi yang jarang. Lalu, dengan semakin berkembangnya lesi, semakin intens infiltrasi yang terjadi disertai granuloma sarkoid kecil.
Cheilitis Glandular:
Cheilitis glandular memiliki gambaran histopatologi yang nonspesifik dengan kemungkinan hiperplasia kelenjar saliva, saluran ektasia, dan infiltrasi inflamasi dermal.
Cheilitis Sel Plasma:
Cheilitis sel plasma memiliki gambaran histopatologi berupa infiltrasi sel plasma pada dermis, disertai dilatasi kapiler, ekstravasasi eritrosit, deposit hemosiderin, dan spongiosis epidermal ringan.[1,2]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini