Epidemiologi Cheilitis
Epidemiologi cheilitis berbeda-beda tergantung jenisnya. Cheilitis eksematosa merupakan salah satu yang paling umum ditemui dan memiliki prevalensi yang tinggi pada populasi dengan riwayat alergi. Cheilitis angular lebih mungkin timbul pada populasi lansia karena penggunaan gigi palsu, namun dapat timbul pada usia berapapun. Cheilitis aktinik memiliki prevalensi lebih tinggi di area dengan paparan sinar matahari yang tinggi.[3]
Global
Epidemiologi cheilitis berbeda-beda tergantung jenisnya. Bentuk cheilitis yang paling umum adalah cheilitis aktinik, angular, kontak alergi, eksfoliatif, glandular, granulomatosa, dan cheilitis sel plasma.
Epidemiologi Cheilitis Angular
Cheilitis angular dapat terjadi di semua rentang usia, dengan rasio pria dan wanita yang sama. Namun, prevalensinya meningkat pada individu dengan usia lebih tua yang memakai gigi palsu. Anak-anak yang mengalami cheilitis angular umumnya memiliki riwayat infeksi berulang, defek imun, atau defisiensi nutrisi.
Prevalensi cheilitis angular adalah 0,7% pada populasi penduduk Amerika Serikat secara keseluruhan. Pada salah satu penelitian di Arab ditemukan bahwa prevalensi cheilitis angular adalah 16,9%. Sementara itu, di Argentina ditemukan bahwa 6,5% anak dengan tingkat ekonomi rendah menderita cheilitis angular dibandingkan 1,1% pada anak dengan tingkat ekonomi tinggi. Pada salah satu penelitian di India ditemukan bahwa defisiensi nutrisi menyebabkan 41,3 % kasus cheilitis angular.[3,10,11]
Epidemiologi Cheilitis Eksematosa
Cheilitis eksematosa atau cheilitis kontak merupakan salah satu jenis cheilitis yang paling umum terjadi. Prevalensinya tinggi pada individu yang memiliki riwayat alergi. Secara umum, wanita lebih sering mengalami cheilitis eksematosa dibandingkan pria. Hal ini selaras dengan hasil studi di Singapura yang menemukan perbandingan prevalensi rasio wanita dan pria 9:1, dan hasil studi di Australia yang menemukan rasio wanita dibandingkan pria adalah 7:3.
Cheilitis eksematosa biasanya terjadi di rentang usia 20-40 tahun. Prevalensi dilaporkan lebih tinggi pada individu yang bekerja sebagai pegawai atau pekerja professional. Hal ini mungkin dikarenakan tingginya penggunaan parfum, kosmetik, dan bahan produk bibir pada populasi ini. Substansi yang paling umum menimbulkan reaksi alergi adalah bahan produk bibir seperti lipstik, pelembab bibir (54%), kemudian diikuti pasta gigi (21%), dan obat topikal (7%).[3,12]
Epidemiologi Cheilitis Eksfoliatif
Cheilitis eksfoliatif merupakan kondisi inflamasi kronis yang jarang terjadi. Cheilitis eksfoliatif predominan terjadi pada wanita dan sebagian besar penderitanya adalah individu yang berusia di bawah 30 tahun. Pada banyak kasus, lesi terjadi pada bibir bawah.
Cheilitis eksfoliatif dapat dipicu oleh kebiasaan parafungsional menjilat bibir atau menggigit bibir. Kondisi ini juga dikaitkan dengan kondisi stres psikologis. Hal ini selaras dengan hasil studi yang menunjukkan bahwa mayoritas pasien cheilitis eksfoliatif memiliki kondisi psikiatri seperti ansietas dan depresi.[13,14]
Epidemiologi Cheilitis Aktinik
Cheilitis aktinik umum terjadi pada individu yang tinggal di daerah geografis yang panas, iklim kering, dan individu yang bekerja di luar ruang seperti pekerja konstruksi, pekerja di daerah pantai, laut, atau agrikultural. Cheilitis aktinik juga umum terjadi pada usia paruh baya, etnis Kaukasia, atau individu yang secara genetik rentan terhadap kerusakan akibat matahari, pasien dengan dermatitis atopik, actinic prurigo, atau lupus eritematosus sistemik. Cheilitis aktinik predominan terjadi pada pria dibandingkan wanita.[1,7]
Epidemiologi Cheilitis Granulomatosa
Cheilitis granulomatosa merupakan jenis cheilitis yang jarang terjadi. Data pasti prevalensi cheilitis granulomatosa belum diketahui. Insidensi terjadinya penyakit ini diperkirakan sebesar 0,08% pada populasi secara keseluruhan. Awitan penyakit ini biasanya pada usia dewasa muda. Usia termuda pasien yang mengalami cheilitis granulomatosa adalah 3 tahun, dan usia tertua adalah 78 tahun.[1,9]
Epidemiologi Cheilitis Glandular
Cheilitis glandular juga merupakan kondisi inflamasi yang jarang terjadi. Cheilitis glandular umum terjadi pada rentang usia 40-70 tahun. Namun beberapa kasus juga telah dilaporkan terjadi pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda.[15]
Epidemiologi Cheilitis Sel Plasma
Cheilitis sel plasma merupakan kondisi inflamasi pada bibir yang jarang terjadi dengan etiologi yang belum ketahui. Cheilitis sel plasma dilaporkan lebih banyak terjadi pada dewasa lanjut, dengan prevalensi pria lebih tinggi dibandingkan wanita. Lesi ini sering terjadi pada bibir bawah.[16]
Indonesia
Data epidemiologi cheilitis di Indonesia belum ada.
Mortalitas
Cheilitis tidak berhubungan langsung dengan mortalitas. Namun, beberapa jenis cheilitis, seperti cheilitis aktinik, glandular, dan sel plasma, merupakan kondisi inflamasi yang berpotensi mengalami transformasi keganasan menjadi karsinoma sel skuamosa.[1-3]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini