Penatalaksanaan Glomerulonefritis
Penatalaksanaan glomerulonefritis disesuaikan dengan presentasi klinis, yaitu nefrotik, nefritik, rapidly progressive glomerulonephritis, atau glomerulonefritis kronis. Prinsip penatalaksanaan glomerulonefritis sekunder adalah menangani penyakit sistemik yang mendasari. Sementara itu, penatalaksanaan glomerulonefritis primer umumnya bersifat suportif yang disertai dengan terapi imunosupresif.[6,7,9,10]
Medikamentosa
Beberapa golongan obat yang dapat diberikan untuk glomerulonefritis adalah antibiotik, antihipertensi, kortikosteroid, imunosupresan, dan penurun lipid. Obat-obat ini dipilih sesuai dengan penyebab glomerulonefritis dan kondisi klinis tiap pasien.[6,7,9,10]
Antibiotik
Terapi antibiotik digunakan pada pasien glomerulonefritis akibat infeksi bakteri. Pada pasien post-streptococcal glomerulonephritis (PSGN), dokter dapat memberi antibiotik golongan penicillin, yaitu penicillin V 500 mg 2 kali sehari secara peroral selama 10 hari. Pilihan lain adalah penicillin G 900.000 unit secara intramuskular 1 kali sehari.[6,7,9,10]
Apabila pasien alergi penicillin, dokter dapat memilih azithromycin 500 mg 1 kali sehari secara peroral selama 5 hari atau clarithromycin 250–500 mg 2 kali sehari secara peroral selama 7‒10 hari.[6,7,9,10]
Antihipertensi
Target tekanan darah yang diharapkan pada pasien dengan penyakit ginjal adalah 130/80 mmHg. Pada beberapa studi, target tekanan darah <125/75 mmHg dianjurkan pada pasien dengan proteinuria >1 g/hari.[6,7,9,10]
Lini pertama antihipertensi yang disarankan adalah golongan angiotensin converting enzyme inhibitors (ACE-I) dan angiotensin receptor blockers (ARB). Selain menurunkan tekanan darah, antihipertensi golongan ACE-I dan ARB dapat menurunkan proteinuria sebanyak 40–50%.[6,7,9,10]
Obat antihipertensi yang dapat dipakai adalah:
Ramipril 5 mg 1 kali sehari peroral
Lisinopril 10 mg 1 kali sehari peroral
Enalapril 5 mg 1 kali sehari peroral
Candesartan 8–16 mg 1 kali sehari peroral
Irbesartan 150–300 mg 1 kali sehari peroral
Apabila ACE-I dan ARB tidak efektif dalam menurunkan tekanan darah, maka dokter dapat memberikan antihipertensi golongan diuretik, yaitu furosemide 40‒120 mg 1 kali sehari secara peroral. Diuretik dapat mengurangi edema pada pasien.[6,7,9,10]
Kortikosteroid
Kortikosteroid dan imunosupresan umumnya diberikan pada pasien glomerulonefritis sedang sampai berat, yaitu dengan klinis hematuria, proteinuria, dan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Pilihan kortikosteroid pada pasien sindrom nefrotik adalah prednison 1 mg/kg/hari peroral, dengan penurunan dosis bertahap.[6,7,9,10]
Pada pasien glomerulonefritis rapidly progressive akibat kompleks imun, dokter dapat memberikan methylprednisolone 1 gram intravena 1 kali sehari selama 3 hari, lalu mengubah ke prednison 1 mg/kg/hari peroral. Turunkan dosis secara perlahan setelah terjadi remisi.[6,7,9,10]
Terapi Imunosupresan
Terapi imunosupresan umumnya diberikan pada glomerulonefritis derajat sedang sampai berat. Pada beberapa tipe glomerulonefritis dengan presentasi klinis sindrom nefritik, misalnya minimal change disease, focal and segmental glomerulosclerosis, dan mesangioproliferative glomerulonephritis, pasien mungkin memerlukan gabungan terapi imunosupresif dan kortikosteroid.[6,7,9,10]
Selain itu, pada glomerulonefritis rapidly progressive tipe anti-GBM, glomerulonefritis imun kompleks dengan lupus eritematosus sistemik, dan glomerulonefritis yang pauci-immune, terapi imunosupresif juga disarankan. Penggunaan imunosupresan harus diikuti pemberian antibiotik profilaksis berupa kotrimoksazol 80‒160 mg 1 kali sehari secara peroral untuk mencegah pneumocystis pneumonia.[6,7,9,10]
Agen imunosupresan yang dapat digunakan adalah:
Siklofosfamid 2 mg/kg 1 kali sehari peroral selama 2‒3 bulan
Mycophenolate mofetil (MMF) 1–1,5 gram 2 kali sehari peroral
Azathioprine 1‒2 mg/kg/hari peroral
Siklosporin[6,7,9,10]
Siklosporin:
Siklosporin diindikasikan untuk terapi lini kedua glomerulonefritis, terutama pada kasus steroid-resistant nephrotic syndrome pada anak. Siklosporin juga disarankan untuk dewasa dengan corticosteroid-resistant primary focal segmental glomerulosclerosis (FSGS).[10]
Siklosporin oral diberikan 2 kali atau setiap 12 jam sebelum makan. Dosis induksi untuk dewasa adalah 5 mg/kgBB/hari, sedangkan dosis anak adalah 6 mg/kgBB/hari. Untuk menjamin keamanan dan efektivitas siklosporin, dosis perlu disesuaikan secara individual berdasarkan status proteinuria, kreatinin serum, dan toleransi obat. Apabila fungsi ginjal terganggu (kecuali untuk proteinuria), dosis awal tidak boleh melebihi 2,5 mg/kgBB/hari.[29]
Pada tahap pemeliharaan (maintenance), dosis perlu diturunkan hingga level efektif terendah, dengan dosis maksimal 5 mg/kgBB/hari pada orang dewasa. Obat harus dihentikan jika perbaikan tidak terlihat setelah 3 bulan terapi.[29]
Siklosporin dianjurkan untuk pasien anak dengan sindrom nefrotik, terutama yang sensitif terhadap steroid dan gagal mempertahankan remisi setelah pengobatan dengan imunomodulator lain, seperti levamisole dan/atau mycophenolate mofetil (MMF). Data yang membandingkan MMF dan siklosporin memang masih terbatas. Namun, data yang ada saat ini menunjukkan bahwa MMF tidak lebih efektif daripada siklosporin dalam pencapain remisi.[30,31]
Agen Penurun Lipid
Agen penurun lipid dapat digunakan untuk mencegah penyakit kardiovaskular pada pasien glomerulonefritis dengan hiperlipidemia. Statin merupakan obat yang umum digunakan dan memiliki efikasi dalam memperbaiki profil lipid. Selain itu, statin juga dapat memberikan efek proteksi terhadap penurunan LFG pada pasien. Simvastatin dapat diberikan 10–20 mg sekali sehari peroral.[6,7,9,10]
Nonmedikamentosa
Tindakan plasmaferesis dan terapi pengganti ginjal (seperti dialisis atau transplantasi ginjal) dapat dipertimbangkan pada glomerulonefritis derajat berat.
Plasmaferesis
Plasmaferesis disarankan pada glomerulonefritis rapidly progressive tipe anti-GBM. Plasmaferesis dapat dilakukan tiap hari dengan penggantian 4 liter dan dengan albumin sebagai cairan pengganti selama 2–3 minggu.[6,7,9,10]
Terapi Pengganti Ginjal
Terapi pengganti ginjal dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal. Terapi ini merupakan pilihan terakhir pada tata laksana glomerulonefritis. Indikasi dialisis adalah saat ada LFG yang <15 ml/menit/1,73 m2, asidosis berat, hiperkalemia, gangguan elektrolit, uremia, dan overload cairan >10%.[6,26]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur