Penatalaksanaan Radikulopati Lumbar
Penatalaksanaan radikulopati lumbar bergantung pada penyakit yang mendasari dan derajat gejala yang dialami pasien. Manajemen konservatif diutamakan, dapat mencakup analgesik dan program rehabilitasi medik. Tindakan pembedahan dipertimbangkan sesuai indikasi.[1,11]
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi lini pertama untuk mengatasi nyeri pada radikulopati lumbar adalah paracetamol dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Golongan opioid dapat dipertimbangkan jika nyeri belum teratasi.
OAINS yang dapat dipilih adalah diklofenak dan naproksen. Sementara itu, golongan opioid yang bisa digunakan adalah tramadol, oksikodon, serta kombinasi oksikodon dengan paracetamol.
Kortikosteroid oral diduga dapat bermanfaat untuk terapi fase akut. Jika nyeri masih terasa, langkah selanjutnya adalah injeksi analgesik, yang mencakup injeksi steroid epidural atau transforaminal. Injeksi ini sering dikombinasikan dengan anestesi kerja panjang seperti bupivacaine.
Agen pelemas otot seperti siklobenzaprine bukan lini pertama, namun dapat digunakan pada pasien dengan spasme otot yang signifikan.[1,2,10-14]
Terapi Nonfarmakologis
Terapi rehabilitasi medik, akupuntur, dan traksi dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada radikulopati lumbar. Walaupun begitu, belum banyak bukti ilmiah yang mendukung efikasinya.
Latihan McKenzie terbukti dapat meredakan gejala akut pada pasien yang menjalani pengobatan konservatif pada radikulopati lumbar.[1,2,11,15]
Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat menjadi alternatif pada radikulopati lumbar yang gagal dengan terapi konservatif.
Jika setelah 1-2 bulan pengobatan konservatif gejala masih belum reda, tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan. Pada kasus radikulopati lumbar yang disebabkan oleh hernia nukleus pulposis, diskektomi merupakan prosedur pembedahan pilihan.
Teknik pembedahan yang lebih tidak invasif sudah banyak berkembang, seperti microendoscopic discectomy (MED). MED dilaporkan menghasilkan lebih sedikit iritasi saraf, kebutuhan analgesik pasca operasi, kehilangan darah selama operasi, dan memiliki pemulihan lebih cepat.[1,10,11,16]