Penatalaksanaan Tortikolis
Penatalaksanaan tortikolis dapat berupa terapi konservatif atau pembedahan. Tata laksana konservatif dilakukan dengan prinsip peregangan untuk meningkatkan rentang rotasi leher ke sisi yang terkena. Sementara itu, terapi medikamentosa umumnya berupa obat antinyeri, antiinflamasi, benzodiazepine, muscle relaxant, antikolinergik, dan toksin botulinum. Pembedahan dapat dipertimbangkan jika tindakan konservatif tidak memberikan respons.[21,22]
Terapi Fisik
Terapi konservatif pada tortikolis yang paling umum adalah peregangan pasif, pelatihan kekuatan otot leher, dan pelatihan range of movement (ROM) servikal secara aktif. Pada pasien bayi, orang tua perlu diajarkan program peregangan untuk meningkatkan rentang rotasi leher bayi ke sisi yang terkena dan fleksi lateral leher ke sisi kontralateral.
Diperlukan dua orang untuk melakukan peregangan leher bayi. Satu orang akan mengamankan bahu bayi dan menstabilkan klavikula, sementara satu orang yang lain melakukan peregangan.[21,22]
Peregangan otot sternokleidomastoideus pasif yang dilakukan sebelum usia 12 bulan adalah terapi fisik yang paling efektif. Perawatan fisik lainnya dapat berupa pijat otot leher yang tegang untuk meningkatkan rentang gerak, pemakaian cervical collar, serta mobilisasi sendi.[21,22]
Medikamentosa
Obat golongan non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID) seperti ibuprofen dapat diberikan bila ada inflamasi/nyeri. Umumnya, obat golongan benzodiazepine, muscle relaxant, antikolinergik, dan injeksi toksin botulinum lokal intramuskular juga dapat meredakan nyeri dan ketidaknyamanan akibat otot yang tegang.[21,22]
Toksin botulinum terdiri dari beberapa serotipe. Serotipe yang paling populer adalah toksin botulinum tipe A. Dosis yang dibutuhkan berkisar antara 100–200 unit per injeksi. Suntikan intramuskular toksin botulinum dapat mengontrol peregangan otot dengan menghambat pelepasan asetilkolin di tautan neuromuskular. Efek toksin botulinum A berlangsung selama 1–4 bulan. Injeksi berulang akan diperlukan untuk mempertahankan efek obat.
Injeksi toksin botulinum ke otot sternokleidomastoideus dilakukan di origo, insersi, dan area medial, yang masing-masing menerima sepertiga dari dosis. Peningkatan dosis diperlukan bila ada resistensi. Dosis dapat ditingkatkan menjadi 200 unit per injeksi, tetapi peningkatan lebih lanjut melebihi 200 unit tidak memberikan manfaat lebih. Nyeri di tempat suntikan bisa berlangsung selama 4 minggu.[21-24]
Pembedahan
Pembedahan diindikasikan untuk lesi yang tidak responsif terhadap modalitas terapi konservatif atau ada perkembangan hemihipoplasia wajah. Prosedur pembedahan terdiri dari pelepasan atau pelebaran otot sternokleidomastoideus, denervasi selektif, dan stimulasi korda dorsal. Pembedahan dikontraindikasikan jika penyakit yang mendasari belum dieksplorasi dan terapi nonbedah belum diberikan.[23]
Secara umum, komplikasi serius relatif tidak ditemukan pada prosedur pembedahan. Komplikasi yang paling sering adalah hematoma pada tempat insisi. Komplikasi lain adalah cedera pada saraf aksesorius pars spinalis, cedera pembuluh darah yang berdekatan seperti vena jugularis dan arteri karotis, atrofi otot leher, kehilangan kontrol otot, ketidakstabilan, gangguan sensorik, nyeri, dan deformitas leher.[23]