Penatalaksanaan Leukorrhea
Penatalaksanaan leukorrhea harus disesuaikan dengan etiologi penyakitnya dan mencakup tidak hanya medikamentosa, tetapi juga edukasi untuk efektivitas dari pengobatan dan pencegahan rekurensi.
Pada leukorrhea fisiologis, pasien harus diedukasi dan diyakinkan bahwa cairan yang keluar merupakan cairan normal, dan pasien tidak perlu melakukan douche vagina.
Persiapan Rujukan
Pada kasus tanpa komplikasi, leukorrhea dapat ditangani di faskes primer. Rujukan ke spesialis dipertimbangkan bila terdapat kondisi:
- Keputihan berulang
- Kehamilan
- Komplikasi[1]
Medikamentosa
Antimikroba untuk leukorrhea dipilih berdasarkan penyebab yang mendasari.
Bakterial Vaginosis
Pilihan pengobatan untuk bakterial vaginosis adalah metronidazole 2 x 500 mg selama 7 hari. Pilihan pengobatan lain antara lain dengan gel metronidazole 0.75% sehari sekali selama 5 hari (intravagina) atau krim klindamisin 2% sehari sekali di malam hari selama 7 hari.
Klindamisin oral 2 x 300 mg dapat diberikan selama 7 hari sebagai alternatif dari metronidazol.[25]
Kandidiasis
Kandidiasis tanpa komplikasi dapat diberikan antifungal golongan azol lokal (intravaginal) seperti klotrimazol, butokonazol dan mikonazol dalam 2–3 hari, atau pemberian flukonazol oral dosis tunggal 150 mg. Pada kasus yang berat dan akut dapat diberikan flukonazol 150 mg setiap 72 jam dengan total 2–3 dosis.[5,26]
Penggunaan golongan azol tidak efektif pada infeksi candida yang bukan Candida albicans. Pilihan obat yang dapat digunakan pada infeksi akibat Candidiasis glabrata adalah nystatin supositoria intravagina dengan dosis 100.000 unit per hari selama 14 hari. Pada kondisi kandidiasis vulvovaginitis yang berulang, setelah dilakukan induksi dengan flukonazol topikal atau oral, dapat diteruskan dengan flukonazol 150 mg setiap minggu selama 6 bulan. Perlu diingat bahwa flukonazole oral dikontraindikasikan pada kehamilan.[5,26]
Hubungan seksual sebaiknya dihindari dalam masa pengobatan hingga 7 hari pasca selesai regimen.
Klamidia
Pengobatan yang direkomendasikan oleh CDC untuk infeksi klamidia adalah azythromycin 1 gram dosis tunggal atau doxycycline 2 x 100 mg selama 7 hari. Alternatif yang lain adalah eritromisin 4 x 500mg selama 7 hari, atau levofloxacin 1 x 500 mg selama 7 hari. Perlu diperhatikan juga bahwa sebagai infeksi menular seksual, pada kasus klamidiasis pasangan seksual dari pasien juga direkomendasikan untuk dilakukan evaluasi dan pemeriksaan.[27]
Gonorrhea
Pengobatan yang direkomendasikan oleh CDC untuk infeksi gonorrhea adalah ceftriaxone 250mg IM dosis tunggal atau cefixime 400 mg per oral dosis tunggal. Alternatif yang lain adalah doxycycline 1 x 100 mg selama 7 hari. Pasangan seksual juga disarankan untuk dilakukan evaluasi dan pemeriksaan.[27]
Trikomoniasis
Pengobatan yang direkomendasikan CDC untuk trikomoniasis adalah metronidazole 2 gram dosis tunggal atau 2 x 500 mg selama 7 hari. Perlu diingat bahwa pada penggunaan metronidazole, konsumsi alkohol harus dihindari selama 24 jam setelah selesai dosis terakhir. Pasangan seksual juga perlu dilakukan evaluasi seperti pada penyakit infeksi menular seksual lainnya.[27]
Terapi Nonmedikamentosa
Edukasi pentingnya higenitas dan gaya hidup perlu dilakukan untuk mencegah kekambuhan dan transmisi penyakit yang menyebabkan leukorrhea. Edukasi tersebut ditujukan untuk:
- Pasien menjaga kebersihan daerah kelamin (self-hygiene)
- Mengurangi penggunaan hal-hal yang bersifat iritatif seperti sabun. Penggunaan sabun kewanitaan perlu diwaspadai karena dapat mengganggu flora normal vagina
- Bilas vagina (vaginal douching) tidak disarankan
- Pasien tidak melakukan hubungan seksual selama masa pengobatan hingga 7 hari setelah selesai pengobatan dan tidak melakukan hubungan seksual dengan lebih dari 1 orang untuk menghindari transmisi infeksi menular seksual
- Pemeriksaan dan evaluasi untuk pasangan yang melakukan hubungan seksual dalam jangka waktu 60 hari dengan pasien pada infeksi menular seksual[1,27]