Diagnosis Leukorrhea
Leukorrhea merupakan sebuah gejala atau manifestasi klinis dari sebuah penyakit. Diagnosis leukorrhea ditegakkan melalui anamnesis mengenai karakteristik cairan vagina dan gejala penyerta yang timbul, pemeriksaan fisik menggunakan inspekulum, dan pemeriksaan penunjang berupa swab vagina.
Anamnesis
Anamnesis dilakukan dengan menanyakan karakteristik dari cairan yang keluar dari vagina, seperti warna, bau, dan kekentalan, serta gejala penyerta yang timbul. Gejala penyerta antara lain gatal dan nyeri pada daerah vagina, serta ada tidaknya nyeri saat berhubungan.
Warna putih–kekuningan yang tidak berbau dapat menunjukkan kemungkinan dari bakterial vaginosis. Warna putih–kekuningan yang bergumpal seperti keju atau dapat juga berair yang disertai dengan gatal dan nyeri saat berhubungan dan atau kencing dapat menunjukkan kemungkinan adanya infeksi Candida.[4,22] Secara teori, warna duh vagina pada trichomoniasis bervariasi dan berbusa, namun bentuk berbusa hanya ditemukan pada 10% pasien.[14]
Nyeri pada saat berhubungan dapat ditemukan pada infeksi yang menyebabkan peradangan seperti Candidiasis, Klamidiasis dan Trichonomiasis.[2] Nyeri ini juga dapat timbul pada saat berkemih (disuria). Gejala penyerta lain seperti demam juga perlu ditanyakan untuk mengindikasikan apakah kondisi leukorrhea telah menyebabkan komplikasi sistemik atau tidak, dan menjadi red flag untuk penyakit radang panggul.[1]
Riwayat tingkah laku dan kebiasaan, riwayat penyakit dahulu dan pengobatan juga perlu ditanyakan untuk menggali faktor risiko dan menentukan tata laksana dan edukasi berikutnya. Riwayat tersebut antara lain:
- Riwayat hubungan seksual: jumlah pasangan, kemungkinan pasangannya berhubungan dengan orang lain (untuk menemukan kemungkinan infeksi menular seksual), penggunaan kontrasepsi baik fisik, seperti kondom, maupun oral.
- Riwayat penggunaan KB hormonal
- Riwayat diabetes mellitus dan penyakit yang menyebabkan penurunan imunitas
- Riwayat penggunaan antibiotik
- Riwayat penggunaan douche vagina[1,2]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, khususnya pemeriksaan ginekologi, inspeksi dilakukan pada daerah genital dan dapat dilakukan inspekulo pada wanita yang sudah menikah. Warna dan bentuk duh dapat terlihat pada inspekulo.
Gambaran dari pemeriksaan fisik dengan inspekulo yang khas dapat ditemukan pada candidiasis dan trichomoniasis. Pada kandidiasis, tampak plak keputihan pada mukosa atau seperti keju yang bergumpal.[1] Pada trichomoniasis, tanda yang khas yang dapat ditemukan pada inspekulo adalah colpitis macularis atau strawberry cervix.[14]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menentukan organisme penyebab leukorrhea adalah swab vagina dan pemeriksaan mikroskopis. Saat melakukan swab vagina, juga dapat sekaligus dilakukan uji pH dan tes Whiff.
Swab Vagina
Triple swab dapat diperiksa dengan pengambilan sampel pada vagina letak tinggi untuk identifikasi bakterial vaginosis, Candida dan Trichomonas. Lokasi apusan berikutnya adalah endoserviks untuk diagnosis gonorrhea dan endoserviks untuk amplifikasi DNA klamidia untuk Chlamydia trachomatis.[1]
Pengukuran kadar keasaman vagina dapat diperiksakan dengan kertas lakmus atau pH meter yang relatif murah dan mudah. Pengukuran ini dapat membedakan bakterial vaginosis (pH > 4.5) dan kandidiasis (pH < 4.5) yang merupakan penyebab paling banyak dari leukorrhea.[1]
- Pengukuran pH > 5 untuk bakterial vaginosis memiliki sensitifitas 77% dan spesifisitas 35%
- Pengukuran pH < 4.9 untuk kandidiasis memiliki sensitivitas 71% dan spesifisitas 90%
- Pengukuran pH > 5.4 untuk trichomoniasis memiliki sensitivitas 92% dan spesifisitas 51%[2]
Pemeriksaan yang spesifik lain terhadap bakterial vaginosis adalah test Whiff dan apus vagina. Test Whiff dapat dilakukan untuk membantu menegakkan bakterial vaginosis dengan cara pemberian kalium hidroksida (KOH) 10% pada sampel dan kemudian tercium bau amis (fishy amine odor). Pada pemeriksaan mikroskopis untuk bakterial vaginosis, dapat ditemukan sel klu (clue cells). Keduanya merupakan bagian dari kriteria Amsel.[2]
Kriteria Amsel untuk bakterial vaginosis (3 dari 4 untuk menegakkan diagnosis):
- Secret yang tipis dan homogen
- pH vagina > 4.5
- Test whiff positif
- Ditemukan setidaknya 20% sel klu (clue cells) pada pemeriksaan mikroskopik[23]
Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dengan apus vagina dapat dilakukan untuk menentukan penyebab keputihan, beberapa temuan tersebut antara lain:
- Adanya sel klu (clue cell) untuk bakterial vaginosis
- Filamen dengan tunas (budding filaments) dengan KOH 10% untuk kandidiasis
- Protozoa motil dengan flagella untuk trichomoniasis[2]
Untuk Klamidia, sampel pemeriksaan mikroskopis dapat diambil dari endoserviks, vagina, vulva, rectum maupun urin pertama. Sel inang yang berbentuk skuamo-kolumnar harus dapat tervisualisasi karena klamidia hidup secara intraselular. Teknik pewarnaan yang umum digunakan antara lain dengan Giemsa, imunofluoresens, dan iodin.[7]
Lainnya
Pemeriksaan isolasi dan kultur sel merupakan pemeriksaan definitif untuk infeksi klamidia, namun sulit dan mahal untuk dilakukan. Pemeriksaan imunologi seperti direct fluorescent test (DFA), enzyme linked immunosorbent assay (ELISA), dan Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan pemeriksaan penunjang alternatif yang dapat digunakan bila memungkinkan.[7]
Pemeriksaan baku standar untuk trichomoniasis adalah kultur. Pemeriksaan lain yang lebih mudah untuk dilakukan adalah pemeriksaan imunologi dengan Teknik ELISA dan PCR.[14] Pemeriksaan NAAT (nucleic acid amplification test) dapat dilakukan karena memiliki korelasi yang tinggi terhadap T. vaginalis.[1]