Epidemiologi Polyhidramnion
Epidemiologi polyhidramnion secara global antara 0,2-1,6 % dari jumlah total seluruh kehamilan di dunia, dengan angka polyhidramnion idiopatik berkisar antara 60–70 % dari total kasus polyhidramnion. Di Indonesia kejadian polyhidramnion tidak diketahui secara pasti. Mortalitas perinatal bisa meningkat pada kehamilan polyhidramnion.[1,7-9]
Global
Secara global dilaporkan prevalensi polyhidramnion berkisar antara 0,2-1,6 % dari jumlah total seluruh kehamilan di dunia. Polyhidramnion idiopatik berkisar antara 60–70 % dari total kasus polyhidramnion yang terjadi dan berhasil ditegakkan diagnosanya pada sekitar 1% kehamilan. Akan tetapi, pada sekitar 10% kasus, kelainan yang mencetuskan polyhidramnion baru dapat ditemukan setelah kelahiran.(1,7,8)
Indonesia
Epidemiologi polyhidramnion untuk di Indonesia tidak diketahui secara pasti. Makbruri, 2015, pada penelitiannya mendapatkan empat kehamilan dengan polyhidramnion dari 1815 persalinan.[9]
Mortalitas
Polyhidramnion dapat menjadi faktor risiko independen untuk kematian perinatal. Risiko mortalitas janin pada kasus polyhidramnion tergantung keparahan dan etiologinya. Pada polyhidramnion berat dan idiopatik akan mengakibatkan morbilitas dan mortalitas janin meningkat. Sebaliknya polyhidramnion ringan yang terjadi pada kehamilan janin besar, tidak akan mempengaruhi luaran perinatal.[1,5] Polyhidramnion juga dapat menyebabkan distosia karena overdistensi uterus.
Desmedt et al. menyatakan 61% kematian perinatal pada kehamilan polyhidramnion berhubungan dengan malformasi plasenta, dan 20% janin dari kehamilan polyhidramnion mengalami anomali. Tingkat keparahan anomali akan menentukan prognosis janin tersebut.[11]