Etiologi Polyhidramnion
Etiologi dari setengah kasus polyhidramnion dapat diketahui, namun setengahnya lagi tidak ada penyebab khusus yang dapat menjelaskan mengapa terjadi kasus polyhidramnion. Pada kasus polyhidramnion ringan, hanya sekitar 17 % dapat ditemukan penyebabnya. Sebaliknya pada polyhidramnion derajat sedang dan berat, penyebab khusus berupa penyakit yang mendasari dapat ditemukan pada 91 % kasus. Penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya polyhidramnion dapat berasal dari maternal, fetal, maupun plasental.[1,5,6]
Etiologi Maternal
Berbagai macam kondisi ibu yang dapat menyebabkan polyhidramnion, di antaranya:
Diabetes gestational yang tidak terkontrol (pre‐gestational maupun gestational)
- Isoimmunisation rhesus atau golongan darah lainnya (fetal hydrops)
- Penggunaan obat-obatan (seperti lithium yang menyebabkan diabetes insipidus fetus)
- Infeksi viral (rubella, cytomegalovirus, toxoplasmosis, sifilis)
- Bartter syndrome
- Hiperkalsemia maternal[1,5]
Etiologi Fetal
Penyebab polyhidramnion dari fetus di antaranya:
- Malformasi dan kelainan kongenital
- Kelainan kromosom dan genetik (trisomi, Beckwith–Wiedemann syndrome, sindrom akinesia–diskinesia fetal)
- Infeksi kongenital (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, parvovirus)
- Makrosomia
- Tumor pada fetus (teratoma, nephroma, neuroblastoma, hemangioma)
- Gangguan neuromuskular (myotonic dystrophy)
- Anemia fetus[1,5]
Penyebab terbanyak adalah malformasi dan kelainan kongenital (8-45%), yaitu kondisi yang menyebabkan fetus tidak dapat menelan air ketuban. Beberapa kelainan kongenital misalnya atresia esofagus, atresia duodenum, anensefali, mikrosefali, hidrosefalus, cleft palate dan hernia diafragma,
Kasus anemia fetus (1-11%) dapat menyebabkan peningkatan output jantung sehingga produksi urin fetus meningkat. Sedangkan dari penelitian Kollmann et all pada tahun 2014 di Austria, melaporkan anomali janin yang paling umum adalah defek jantung (32,9%).
Etiologi Plasental
Insiden polyhidramnion, 30% kasus, dihubungkan dengan tumor di plasenta seperti chorioangioma dan metastase dari neuroblastoma.[5]
Faktor risiko
Faktor risiko terbanyak dan terpenting adalah diabetes mellitus gestasional (5-26%) dan pada kehamilan ganda (8-10%). Penelitian Kollmann et all pada tahun 2014 di Austria, menemukan dari 860 kehamilan tunggal dengan polyhidramnion terdapat 19,8% dengan ibu diabetes mellitus, 8,5% dengan kelainan kongenital, 2,9% positif serologi TORCH, dan sisanya 68,8% idiopatik.[1,6]