Penatalaksanaan Torsio dan Ruptur Kista Ovarium
Penatalaksanaan torsio kista ovarium adalah detorsio dengan atau tanpa kistektomi, sedangkan penatalaksanaan ruptur kista ovarium adalah manajemen konservatif. Pada ruptur kista, dokter memberi analgesik dan melakukan observasi ada tidaknya tanda perdarahan yang berbahaya.[2-4]
Penatalaksanaan Torsio Kista Ovarium
Penatalaksanaan torsio kista ovarium adalah detorsio dengan atau tanpa kistektomi, tergantung pada kondisi ovarium. Tindakan lebih direkomendasikan secara laparoskopi, tetapi dapat juga secara laparotomi. Tindakan ini juga dapat dilakukan untuk konfirmasi diagnosis.[8,14,15]
Detorsio Ovarium
Tindakan detorsio tetap harus dilaksanakan walaupun ovarium tampak infark dan tidak dapat diselamatkan fungsi ke depannya. Durasi antara onset torsio dan pelaksanaan tindakan detorsio akan menentukan prognosis pasien. Tindakan yang dilakukan segera akan mengurangi risiko cedera dan iskemia ovarium.[8,14,15]
Kistektomi atau Ooforektomi
Kistektomi saat tindakan detorsio sebaiknya dihindari karena jaringan sangat rapuh dan berisiko mengalami perdarahan. Selain itu, 58% kista yang mengalami torsio adalah kista fisiologis yang dapat hilang sendiri. Follow-up setelah tindakan detorsio dilakukan dengan USG untuk melihat viabilitas ovarium.[8,14,15]
Bila torsio kista ovarium dialami oleh wanita usia pascamenopause, ooforektomi lebih direkomendasikan daripada kistektomi karena adanya risiko keganasan ovarium yang lebih tinggi pada kelompok ini. Ooforektomi dapat dipertimbangkan pada pasien muda dan reproduktif jika ada kondisi kongenital ligamentum ovarii yang panjang, torsio berulang, atau penyebab torsio yang tidak jelas.[8,14,15]
Penatalaksanaan Ruptur Kista Ovarium
Manajemen ruptur kista ovarium dapat dilakukan secara konservatif, yaitu dengan pemberian analgesik dan observasi. Jika ada faktor predisposisi seperti kelainan faktor pembekuan darah, monitoring lebih ketat harus dipertimbangkan karena pasien dapat mengalami perdarahan lebih serius.[8,16,17]
Evaluasi ulang ruptur kista ovarium dapat dilakukan setelah 6 minggu untuk konfirmasi resolusi yang sudah tuntas. Indikasi laparoskopi pada ruptur kista ovarium adalah adanya gangguan hemodinamik, penurunan kadar hemoglobin, keraguan diagnosis yang lebih mengarah ke torsio kista ovarium, gejala yang tidak berkurang dalam waktu 48 jam, atau hasil USG yang menunjukkan hemoperitoneum meningkat.[8,16,17]
Kistektomi
Pada kista ovarium ganas seperti teratoma kistik matur, ruptur dapat menyebabkan peritonitis kimiawi difus yang merupakan suatu kegawatdaruratan. Pada kasus seperti ini, bedah dilakukan secara laparotomi karena organ yang terdampak bilateral.[8,16,17]
Aspirasi atau penetrasi kista tidak direkomendasikan karena ada risiko metastasis sel keganasan dan risiko kista rekuren. Selain itu, pemeriksaan patologi dengan bahan cairan aspirasi dari kista memiliki sensitivitas rendah untuk mendeteksi keganasan. Pilihan yang dianjurkan adalah kistektomi.[8,16,17]
Terapi Hormonal
Terapi hormonal bertujuan untuk mensupresi ovulasi, misalnya dengan kontrasepsi oral kombinasi levonorgestrel dan etinil estradiol. Terapi ini dipertimbangkan untuk wanita dengan ruptur kista berulang, terutama wanita yang memiliki faktor predisposisi untuk perdarahan berat seperti wanita yang mengonsumsi antikoagulan atau memiliki riwayat gangguan pembekuan darah.[8]
Wanita-wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal progesteron dan mengalami komplikasi kista ovarium harus mengganti kontrasepsinya dengan pil kombinasi. Pil progesteron berkaitan dengan insiden kista ovarium yang lebih tinggi.[8]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur