Penatalaksanaan Blefaritis
Penatalaksanaan blefaritis lini pertama adalah menjaga kebersihan kelopak mata dengan melakukan kompres hangat, pijatan kelopak mata, dan pembersihan kelopak mata. Mata kering yang terkait dengan blefaritis dapat diredakan menggunakan air mata buatan. Jika gejala tidak terkontrol dengan langkah-langkah tersebut, penggunaan antibiotik, steroid, dan imunosupresan non-steroid topikal telah dicobakan tetapi efikasinya bervariasi antara penelitian.[2,9]
Eyelid Hygiene
Kebersihan kelopak mata atau eyelid hygiene masih dianggap sebagai terapi utama blefaritis.[8]
Kompres Hangat
Kompres hangat dianggap bermanfaat dalam melelehkan lipid meibom dengan tujuan meningkatkan sekresi dan menghilangkan sumbatan. Sebuah penelitian menunjukkan peningkatan 80% pada ketebalan lapisan lipid film air mata setelah pemberian kompres hangat selama 5 menit pada pasien dengan disfungsi kelenjar meibom.
Regimen kompres yang efektif dilaporkan melibatkan penerapan kompres yang dipanaskan hingga 45°C selama setidaknya 4 menit dengan penggantian setiap 2 menit untuk menjaga suhu yang disarankan.[1,2,8,9]
Pembersihan Mekanik
Selain kompres hangat, pembersihan kelopak mata mekanik, termasuk pijatan kelopak mata, umumnya direkomendasikan sebagai langkah awal dalam penanganan blefaritis. Pijatan dilakukan perlahan pada area kelopak mata untuk melancarkan aliran minyak yang dihasilkan kelenjar meibom. Pijatan dapat dilakukan dengan menggunakan jari atau dengan kapas secara sirkular di sekitar kelopak mata.
Pembersihan kelopak mata mingguan dengan minyak tea tree dan pembersihan harian dengan sampo tea tree telah dilaporkan efektif pada blefaritis terkait infestasi Demodex. Pada kasus blefaritis terkait Phthiriasis palpebrarum, dapat dilakukan pengangkatan mekanik kutu dan telurnya dengan penjepit.[1,2,4,8,9]
Antibiotik
Bacitracin, erythromycin, dan tobramycin salep merupakan terapi topikal yang paling sering digunakan untuk blefaritis. Selain itu, agen topikal seperti asam fusidat dan metronidazole juga telah menunjukkan efikasi dalam pengobatan blefaritis.
Makrolida seperti erythromycin memiliki keuntungan karena adanya aktivitas antiinflamasi dan antibakteri. Erythromycin adalah antibiotik makrolida pertama yang digunakan untuk blefaritis. Meski begitu, resistensi terhadap erythromycin semakin meningkat, sehingga azithromycin merupakan alternatif yang saat ini lebih banyak dipakai.
Studi menunjukkan bahwa pemberian tetes mata azithromycin 1% dapat mempertahankan kadar obat dalam film air mata dan konjungtiva selama 6 hari setelah pemberian tunggal. Penggunaan azithromycin 1% topikal bersamaan dengan kompres hangat telah dilaporkan efektif mengurangi sumbatan kelenjar meibom, eritema tepi kelopak mata, dan meredakan gejala lebih baik dibandingkan dengan kompres hangat saja.
Durasi pengobatan juga memiliki dampak, di mana pengobatan dengan azithromycin 1,5% selama 1 bulan menghasilkan penurunan edema atau eritema tepi kelopak mata dan disfungsi kelenjar meibom yang signifikan pada evaluasi 3 bulan pasca pengobatan dibandingkan dengan pengobatan selama 3 hari.[1,2,8]
Antibiotik Oral Tidak Disarankan
Meski kerap digunakan untuk penanganan blefaritis, bukti efikasi antibiotik oral masih sangat rendah. Sebuah tinjauan Cochrane menyatakan bahwa bukti yang mendukung efikasi antibiotik oral pada blefaritis kronik memiliki kualitas sangat rendah. Selain itu, antibiotik oral juga berkaitan dengan tingkat efek samping lebih tinggi.[11]
Cara Pemakaian Antibiotik Topikal
Pemberian antibiotik topikal dalam bentuk salep dapat diletakkan pada ujung kelopak mata hingga 4 kali per hari atau sekali pada saat sebelum tidur.[1,2,8]
Steroid Topikal
Steroid topikal dapat digunakan pada kondisi kronis blefaritis untuk mengurangi inflamasi. Meski begitu, steroid perlu digunakan dalam waktu yang singkat untuk mengurangi efek samping seperti peningkatan tekanan intraokular (TIO) dan katarak. Contoh steroid topikal yang bisa digunakan adalah dexamethasone 0,1%.
Kortikosteroid topikal dapat digunakan beberapa kali sehari pada bagian kelopak mata atau permukaan mata, tetapi tidak lebih dari 2 minggu. Penggunaan harus dimulai dari dosis terkecil dan hindari penggunaan jangka panjang.[1,2,4,8]
Inhibitor Kalsineurin
Cyclosporine telah digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi mata, termasuk blefaritis dan dry eye syndrome. Sebuah uji klinis mengacak pasien untuk pengobatan dengan cyclosporine topikal dan plasebo. Studi ini menemukan penurunan signifikan eritema tepi kelopak mata, gangguan kelenjar meibom, telangiektasia, dan kelainan kornea pada 3 bulan.
Dalam penelitian lain, pasien blefaritis posterior yang diacak untuk pengobatan dengan cyclosporine topikal menunjukkan peningkatan yang lebih besar dalam skor Schirmer, tear break up time, kualitas sekresi kelenjar meibom, dan gejala dibandingkan dengan tobramycin/dexamethasone topikal.
Krim pimecrolimus dan salep tacrolimus telah dilaporkan efektif dalam pengobatan blefarokonjungtivitis. Meski begitu, 6-12% pasien mengalami reaktivasi virus herpes simpleks selama menjalani pengobatan.[8]
Penulisan pertama oleh: dr. Josephine Darmawan