Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Iritis general_alomedika 2022-10-10T10:26:45+07:00 2022-10-10T10:26:45+07:00
Iritis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Iritis

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Diagnosis iritis dapat ditegakkan secara klinis. Penemuan cell dan flare di kamera okuli anterior (KOA) merupakan salah satu tanda klinis khas untuk iritis. Iritis yang hanya terjadi satu kali (single episode) dengan gejala ringan-sedang umumnya tidak memerlukan pemeriksaan lanjutan. Sebelum mendiagnosis iritis diakibatkan oleh penyakit autoimun, pemeriksa perlu menyingkirkan kemungkinan iritis akibat trauma, infeksi, dan juga neoplasma. [6,8]

Anamnesis

Pada anamnesis pasien dengan iritis akut didapatkan gejala mata merah, nyeri pada mata, dan fotofobia. Nyeri mata dapat memberat dalam hitungan jam atau hari. Pada iritis traumatik nyeri mata terjadi dalam waktu <3 hari setelah kejadian. Nyeri mata pada iritis bersifat nyeri tumpul atau berdenyut, dirasakan terutama di area periorbital dan temporal. Nyeri mata yang hebat dapat terjadi apabila iritis disertai dengan peningkatan tekanan bola mata. Nyeri mata ini tidak menghilang dengan pemberian anestesi topikal. Pasien juga dapat mengeluhkan penglihatan kabur, mata berair, dan bengkak di kelopak mata sehingga kelopak mata tampak turun. [1,8]

Iritis akut ditandai dengan onset yang cepat dan durasi gejala yang dialami pasien tidak lebih dari 3 bulan. Pada pasien iritis kronis, keluhan penglihatan kabur lebih dominan dengan mata merah dan fotofobia yang lebih ringan. Gejala-gejala tersebut menetap >3 bulan atau pasien mengalami relaps setelah >3 bulan bebas terapi. [2,4]

Saat melakukan anamnesis pasien yang dicurigai iritis, tanyakan riwayat trauma dalam waktu dekat, riwayat infeksi atau pembedahan pada mata, riwayat penyakit lain (termasuk riwayat iritis), riwayat penyakit di keluarga, dan riwayat pengobatan yang pernah didapatkan. [2,3,8]

Beberapa jenis trauma yang dapat menyebabkan iritis traumatik adalah :

  • Benturan saat kecelakaan lalu lintas
  • Terkena peluru senapan mainan atau ketapel
  • Terkena kait alat pancing
  • Trauma elektrik [7]

Iritis juga bisa berhubungan dengan penyakit nontraumatik seperti :

  • Spondiloartropati yang berkaitan dengan antigen HLA-B27 seperti ankylosing spondilitis, sindroma arthritis reaktif, arthritis psoriatik
  • Rheumatoid arthritis juvenile

  • Inflammatory bowel disease
  • Sindrom Vogt-Koyanagi-Harada
  • Infeksi : Tuberkulosis, herpes simpleks, toxoplasmosis, varicella, sifilis (sekunder) [4,8]

Tabel 1. Keluhan dan Penyakit Sistemik yang Berkaitan dengan Iritis

Sistem Organ Keluhan Penyakit Sistemik yang Perlu Dicurigai
Kulit Ruam kulit Sifilis, sarkoidosis, penyakit Behcet, penyakit Lyme, systemic lupus erythematosus (SLE), erupsi obat
Oral Ulkus di rongga mulut Penyakit Behcet, penyakit Crohn, SLE
Paru Batuk kronis Tuberkulosis, sarkoidosis, infeksi jamur sistemik
Gastrointestinal Diare, melena, nyeri perut Penyakit Crohn, kolitis ulserativa
Genital Ulkus genital Sifilis, penyakit Behcet
Sendi Kekakuan sendi, nyeri sendi, sendi bengkak Spondiloartropati terkait HLA-B27, rheumatoid artritis juvenile, SLE

Sumber: karya pribadi penulis [2]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik mata di fasilitas kesehatan primer dapat menggunakan bantuan penlight khususnya untuk menilai injeksi pada konjungtiva, bentuk pupil, refleks pupil, hipopion pada kamera okuli anterior (KOA), dan ada-tidaknya sekret mata. Pemeriksaan mata lebih detail menggunakan slit lamp dapat menemukan tanda khas sel dan flare pada KOA. [7]

Tanda klinis iritis antara lain :

  • Sel dan atau flare pada kamera okuli anterior (KOA) yang dapat diamati dengan pemeriksaan slit-lamp dengan pengaturan intensitas cahaya tinggi dan celah sempit (1 mm) dari sudut oblique (45–60 derajat) terhadap KOA. Sel tampak seperti partikel debu, sedangkan flare memiliki penampakan seperti asap
  • Injeksi siliar (perilimbal) akibat vasodilatasi arteri siliaris anterior dan arteri siliaris posterior longus
  • Hipopion
  • Presipitat keratik, timbul dari produk inflamasi yang melekat di endotel kornea
  • Sinekia anterior atau posterior
  • Miosis pupil sebagai refleks nosiseptif fotofobia atau bisa juga terjadi midriasis bila ada robekan pada otot sphincter iris
  • Nodul iris dalam bentuk nodul Busacca di stroma anterior iris atau nodul Koeppe di tepi pupil dapat ditemukan pada iritis granulomatosa pada infeksi tuberkulosis atau sarkoidosis. Nodul iris kekuningan berbentuk roseola dapat ditemukan pada iritis sifilis

  • Perubahan lentikular atau atrofi pada iris dapat ditemukan pada iritis kronis atau iritis akut akibat infeksi virus herpes simpleks, varicella zoster, dan cytomegalovirus
  • Keratopati band terutama pada iritis kronis
  • Penurunan tajam penglihatan
  • Perubahan tekanan intraokular menjadi meningkat akibat proses inflamasi atau blokade pupil. Tekanan intraokular juga bisa menjadi rendah apabila terjadi kerusakan pada badan siliar yang memproduksi aqueous humor [1,2,7,8]

Kelainan pada kasus iritis traumatik umumnya terjadi unilateral, sedangkan iritis nontraumatik akibat suatu penyakit sistemik sering terjadi bilateral. Iritis kronis dapat ditandai dengan bentuk presipitat keratik granulomatosa, band keratopathy, dan perubahan lentikular atau atrofi pada iris. [2,7]

The Standardization of Uveitis Nomenclature (SUN) membuat suatu sistem grading untuk penilaian jumlah sel per lapang pandang 1x1 mm KOA dan kekeruhan KOA akibat flare. Sistem grading terhadap sel dan flare ini berguna untuk menilai tingkat keparahan dan evaluasi respon iritis terhadap terapi yang diberikan. Terapi dikatakan berhasil apabila jumlah sel menurun 2 derajat atau menurun hingga derajat 0 dan dapat dikatakan memburuk bila jumlah sel meningkat 2 derajat atau mencapai derajat 3+ atau 4+. [8]

Tabel 2. Sistem Grading Sel dan Flare berdasarkan SUN

Kelainan Grade Tanda Klinis
Sel Grade 0 <1 sel / lapang pandang
Grade 0,5+ 1-5 sel / lapang pandang
Grade 1+ 6-15 sel / lapang pandang
Grade 2+ 16-25 sel / lapang pandang
Grade 3+ 25-50 / lapang pandang
Grade 4+ >50 sel / lapang pandang
Flare Grade 0 Tidak ada flare
Grade 1+ Flare tampak samar
Grade 2+ Flare tampak lebih jelas namun gambaran detail iris dan lensa masih terlihat jelas
Grade 3+ Gambaran iris dan lensa kabur
Grade 4+ Fibrin aqueous

Pemeriksaan tekanan intraokular dan pemeriksaan fundus dengan dilatasi pupil perlu dilakukan untuk pasien yang dicurigai iritis. Pemeriksaan fundus berguna untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan di segmen posterior yang lebih berat berupa uveitis posterior, panuveitis, break retina, maupun kelainan pada saraf optik yang membutuhkan rujukan atau penanganan segera oleh dokter spesialis mata. [2,7]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding iritis berdasarkan gejala klinis yang serupa adalah abrasi kornea, konjungtivitis, skleritis, uveitis intermediata dan posterior.

Abrasi Kornea

Abrasi kornea dapat menimbulkan keluhan fotofobia dan nyeri pada mata yang mirip dengan iritis. Pewarnaan kornea dengan fluoresen dapat melihat ada tidaknya abrasi. Pada abrasi kornea tidak ditemukan reaksi inflamasi di kamera okuli anterior (KOA). [7]

Konjungtivitis

Konjungtivitis dapat memberikan keluhan mata merah menyerupai iritis. Pada iritis umumnya tidak dijumpai adanya sekret mata seperti pada konjungtivitis. Injeksi pada konjungtivitis memiliki gambaran injeksi konjungtiva (lebih jelas di tepi dan menipis saat mendekati limbus), sedangkan pada iritis gambarannya adalah injeksi siliar. Pada konjungtivitis tidak ada perubahan pada KOA berupa sel atau flare. [2]

Skleritis

Skleritis adalah peradangan pada sklera yang biasa terjadi bilateral. Skleritis memberikan keluhan mata merah dan nyeri pada mata yang mirip dengan iritis. Pada pemeriksaan skleritis dapat ditemukan pewarnaan ungu kebiruan pada sklera. Beberapa kasus skleritis juga bisa disertai dengan iritis. [11]

Uveitis Intermediata dan Posterior

Uveitis intermediata dan posterior dapat menimbulkan penurunan tajam penglihatan, namun umumnya tidak disertai dengan keluhan nyeri mata seberat iritis. Pada uveitis posterior bahkan pasien bisa tidak merasakan gejala apapun (asimtomatik). Pemeriksaan fundus dengan dilatasi dapat membedakan keterlibatan segmen posterior. [2,3]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan apabila ada kecurigaan penyakit sistemik (yang belum terdiagnosis) sebagai etiologi iritis serta pada kasus iritis bilateral, granulomatosa, atau iritis rekuren. Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan pada kasus iritis unilateral nongranulomatosa dengan riwayat trauma yang jelas dan penyakit sistemik yang sudah diketahui. [3]

Pemeriksaan penunjang berupa rontgen thoraks dilakukan bila curiga adanya infeksi tuberkulosis atau sarkoidosis. Pemeriksaan laboratorium darah dilakukan apabila terjadi iritis bilateral, iritis rekuren atau kronis. Jenis pemeriksaan umumnya disesuaikan dengan faktor risiko pasien dan kondisi pasien pada pemeriksaan. Pemeriksaan laboratorium darah yang dapat bermanfaat untuk dilakukan antara lain :

  • Pemeriksaan darah lengkap
  • Antibodi antinuklear
  • Laju endap darah
  • Tes HIV
  • HLA-B27
  • Rheumatoid factor
  • VDRL (Venereal Disease Research Laboratory test)
  • Titer Lyme
  • Urinalisis
  • Tes serologi toxoplasma
  • Pemeriksaan koefisien Goldmann-Witmer [3,4,8]

Klasifikasi

Klasifikasi iritis berdasarkan waktu kejadiannya dapat dibagi menjadi akut, rekuren, dan kronis.

  • Iritis akut ditandai dengan onset gejala yang tiba-tiba dan durasi penyakit terbatas ≤3 bulan
  • Iritis rekuren ditandai dengan episode iritis berulang yang diselingi dengan periode mata tenang tanpa terapi apapun selama ≥3 bulan
  • Iritis kronis ditandai dengan gejala persisten dengan relaps dalam waktu <3 bulan setelah penghentian terapi

Iritis akut lebih sering terjadi unilateral dan disebabkan oleh trauma, reaksi hipersensitivitas, maupun reaksi paska operasi. Sedangkan iritis kronis dapat melibatkan kedua mata dan perlu dicurigai berkaitan dengan penyakit sistemik. [6,8]

Kelainan patologis pada iritis dapat dibedakan menjadi granulomatosa dan nongranulomatosa.

  • Inflamasi granulomatosa ditandai dengan presipitat keratik mutton-fat besar pada endotel kornea yang terbentuk dari sel epiteloid. Inflamasi granulomatosa lebih banyak ditemukan pada iritis nontraumatik akibat penyakit sistemik (infeksi dan noninfeksi) serta pada kasus iritis kronis
  • Inflamasi nongranulomatosa ditandai dengan infiltrasi sel limfositik berukuran kecil di KOA dan lebih banyak ditemukan pada iritis idiopatik atau iritis akibat penyakit yang berhubungan dengan antigen HLA-B27 [2]

Iritis granulomatosa dapat ditemukan pada iritis dengan etiologi sarkoidosis, sifilis, penyakit Vogt-Koyanagi-Harada, penyakit Lyme, multiple sclerosis, infeksi cytomegalovirus, toxoplasmosis, nekrosis retina akut, oftalmia simpatis, dan iritis idiopatik. Iritis nongranulomatosa dapat disebabkan oleh iritis idiopatik, spondiloartropati HLA-B27, penyakit Behcet, sarkoidosis, iritis traumatik, infeksi herpes zoster, herpes simpleks, sifilis, Fuchs heterochromic iridocyclitis, sarkoidosis, dan endoftalmitis kronis. [5,10]

Tabel 3. Etiologi Iritis dan Gambaran yang Ditemukan

Etiologi Iritis Gambaran Iritis
Penyakit noninfeksius Spondiloartropati HLA-B27 Iritis rekuren unilateral atau bilateral, nongranulomatosa, presipitat keratik pada endotel kornea
Inflammatory bowel disease Iritis rekuren unilateral atau bilateral, nongranulomatosa, dengan onset yang bertahap
Rheumatoid arthritis juvenile

Iritis akut atau rekuren, unilateral atau bilateral, non granulomatosa, sinekia posterior, keratopati band, katarak, glaukoma
Sarkoidosis Iritis kronis, bilateral, granulomatosa (presipitat keratik mutton-fat), nodul iris
Lupus eritematosus sistemik Iritis rekuren, umumnya disertai dengan uveitis posterior dan skleritis
Penyakit Behcet Iritis non granulomatosa, presipitat keratik, sinekia posterior, hipopion
Penyakit Vogt-Koyanagi-Harada Iritis kronis, bilateral, granulomatosa
Fuch's heterochromic iridocyclitis Iritis disertai siklitis, dengan gambaran kronis, unilateral, nongranulomatosa, presipitat keratik berbentuk stelata, atrofi iris, dengan komplikasi katarak atau glaukoma
Penyakit infeksius Tuberkulosis Iritis unilateral atau bilateral, presipitat keratik granulomatosa, nodul iris, sinekia posterior luas, hipopion
Penyakit Lyme Iritis unilateral atau bilateral, granulomatosa
Sifilis (sekunder) Iritis unilateral atau bilateral, granulomatosa atau nongranulomatosa, dengan atau tanpa nodul iris, atrofi iris
Herpes simpleks Iritis unilateral, granulomatosa atau nongranulomatosa, peningkatan tekanan intraokular
Varicella zoster Iritis akut unilateral atau bilateral, presipitat keratik seperti benang, area atrofi berbentuk bulat kecil di stroma iris
Herpes zoster Iritis akut unilateral, presipitat keratik granulomatosa, atrofi iris fokal, peningkatan tekanan intraokular, sinekia posterior, nodul Koeppe
Toxoplasmosis Iritis granulomatosa, nodul iris, sinekia posterior, deposit fibrin
Cytomegalovirus Iritis akut, rekuren atau kronis, presipitat keratik numular
Masquerade Limfoma Iritis nongranulomatosa dengan presipitat keratik berbentuk dendritik
Drug-induced Iritis nongranulomatosa yang terjadi 24-48 jam setelah riwayat penggunaan obat

Sumber: karya pribadi dr. Saphira

Referensi

1. Palestine A, Kozak A, Feldman BH, Goldstein DA, Shantha J, Tsakiris KA, et al. Acute anterior uveitis. 2019. https://eyewiki.aao.org/Acute_Anterior_Uveitis
2. Harthan J, Opitz D, Fromestein S, Morettin C. Diagnosis and treatment of anterior uveitis: optometric management. Clinical Optometry. 2016;8:23-35. https://www.dovepress.com/diagnosis-and-treatment-of-anterior-uveitis-optometric-management-peer-reviewed-fulltext-article-OPTO
3. Muchatuta MN. Iritis and uveitis. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/798323-overview#a6]
4. Mahabadi N, Kim J, Edens MA. Iritis. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2019. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430909/
5. Dahl AA. Nongranulomatous iritis (anterior uveitis). 2017. https://emedicine.medscape.com/article/1209595-overview#a5
6. Papaliodis GN. Uveitis: A practical guide to the diagnosis and treatment of intraocular inflammation. Switzerland:Springer International Publishing;2017.
7. Grigorian AP, Palestine A, Patel AS, Murchison A, Wisner DM. Traumatic iritis. 2019. https://eyewiki.aao.org/Traumatic_iritis
8. Sitompul R. Diagnosis dan penatalaksanaan uveitis dalam upaya mencegah kebutaan. eJKI. 2016;4(1):60-70. journal.ui.ac.id › index.php › eJKI › article › download
10. Dahl AA. Granulomatous iritis (anterior uveitis). 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1209505-overview
11. Palestine A, Feldman BH, Hung J, Tsai JH, Hossain K, Read RW, et al. Scleritis. 2019. https://eyewiki.aao.org/Scleritis

Epidemiologi Iritis
Penatalaksanaan Iritis
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.