Diagnosis Kalazion
Diagnosis kalazion didapatkan secara klinis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk konfirmasi diagnosis, etiologi, dan membedakan dengan diagnosis banding lain, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan laboratorium, pencitraan, dan histologi.[1,2]
Anamnesis
Anamnesis keluhan utama dari kalazion dilakukan secara menyeluruh, meliputi lokasi lesi, awitan, durasi, intensitas, faktor yang memperburuk dan meringankan, intervensi dan evaluasi sebelumnya, serta jika terjadi rekurensi perlu ditanyakan seberapa sering dan apakah lokasi lesi baru berada di lokasi yang sama dengan sebelumnya.[1,2]
Riwayat perjalanan terutama ke daerah endemik tuberkulosis dan leismaniasis perlu ditanyakan, disertai beberapa pertanyaan lanjutan seperti perubahan ketajaman visual, riwayat infeksi virus, riwayat penggunaan antibiotik, riwayat infeksi kulit berulang, riwayat trauma kelopak mata, riwayat operasi mata, riwayat paparan bahan kimia, riwayat alergi, paparan atau riwayat tuberkulosis, dan riwayat kanker.[2]
Umumnya, kalazion muncul sebagai nodul kelopak mata berbatas tegas dan tidak nyeri selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum pasien mencari perawatan medis. Selain itu, keluhan lain dapat berupa eritema, edema, nyeri, ketidaknyamanan, dan gangguan penglihatan terutama jika ukurannya cukup besar dan menekan bola mata.[1-3]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, akan teraba nodul pada kelopak mata dengan diameter berkisar 7-8 mm. Umumnya lesi didapatkan pada kelopak mata bagian atas sebagai lesi tunggal, konsistensi keras, tidak nyeri tekan, nonfluktuasi, dan noneritema.
Visualisasi konjungtiva palpebral dilakukan dengan eversi kelopak mata untuk identifikasi kalazion internal dan akan terlihat dilatasi kelenjar meibom. Ketajaman visual mata harus dinilai pada kasus kalazion. Pemeriksaan mata dengan slit lamp perlu dilakukan untuk menyingkirkan madarosis, poliosis, dan ulserasi yang dapat menimbulkan kecurigaan terhadap etiologi lain.[1,2]
Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama pemeriksaan fisik antara lain injeksi konjungtiva palpebral, nodus preaurikuler harus diperiksa untuk membantu menentukan ada tidaknya infeksi, serta temuan kulit lain seperti jerawat, seborrhea, rosacea, atau tanda atopi.[2]
Diagnosis Banding
Meskipun tingkat kejadian neoplasma pada kelopak mata lebih jarang daripada kalazion, namun harus dipertimbangkan terutama pada pasien lansia yang mengalami rekurensi.[1]
Hordeolum
Hordeolum merupakan infeksi akut yang ditemukan pada kelopak mata, yang umumnya disebabkan oleh bakteri Staphylococcus yang menginfeksi folikel rambut bulu mata. Kalazion dapat menyerupai hordeolum internal dan mungkin akan sulit dibedakan pada awalnya. Kalazion terbentuk di sekitar kelenjar sebasea pada tengah kelopak mata yang bisa menyebabkan nyeri saat peradangan. Namun, kalazion akan berkembang menjadi nodul granulomatosa yang tidak nyeri dan dianggap sebagai peradangan kronik aseptik.[2,12]
Blefaritis
Pada blefaritis, terdapat keluhan pada kedua mata berupa sensasi terbakar, benda asing, gatal, fotofobia, crusting, dan eritema pada kelopak mata. Pada kasus yang berat, dapat terjadi perubahan kornea sehingga mengurangi ketajaman visual. Selain itu, blefaritis juga dapat terkait rosacea, facial erythema, facial telangiectasia, papul, pustul, dan dermatitis seboroik. Untuk membedakannya dengan kalazion, dilakukan pemeriksaan slit lamp untuk mengonfirmasi diagnosis dan menyingkirkan penyebab lain. Dalam kasus unilateral atipikal, diperlukan biopsi kelopak mata untuk menyingkirkan neoplasma kelopak mata.[1-3]
Dakriosistitis
Dakriosistitis adalah inflamasi pada sakus nasolakrimal yang disebabkan obstruksi pada duktus nasolakrimal dan stasis air mata pada sistem drainase lakrimal. Dakriosistitis dapat mudah dikenali dengan pemeriksaan fisik, dimana terdapat massa di bawah medial epikantus yang berfluktuasi, edema, nyeri tekan, dan saat palpasi dapat keluar pus dari lacrimal puncta. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak, diawali dengan infeksi saluran pernapasan atas, dan disertai gejala konstitusional.[2,3,13]
Karsinoma Sel Sebasea dan Skuamosa
Neoplasma pada kelopak mata seperti karsinoma sel sebasea dan skuamosa dicurigai ketika nodul mirip kalazion terjadi pada individu usia lanjut dengan lesi persisten atau rekuren. Biopsi diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma.[2,3]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis kalazion mudah ditegakkan secara klinis sehingga jarang diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk konfirmasi diagnosis, etiologi, dan menyingkirkan diagnosis banding.[1-3]
Pemeriksaan Laboratorium
Ketika etiologi dicurigai ke arah infeksi, maka kultur virus dan bakteri dapat dilakukan untuk memastikan. Pemilihan antibiotik topikal atau sistemik yang tepat akan diarahkan oleh hasil kultur dan sensitivitas, terutama pada kasus kronik dan rekuren. Selain kultur, pemeriksaan sitologi aspirasi jarum halus pada kalazion atipikal dapat dilakukan untuk konfirmasi diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan neoplasma.[2]
Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan pencitraan untuk kelenjar meibom menggunakan infrared photographic dapat menunjukkan dilatasi abnormal kelenjar meibom melalui eversi kelopak mata.[2]
Pemeriksaan CT Scan dapat dilakukan ketika ingin menyingkirkan diagnosis banding lain seperti dakrioadenitis, dakriosistitis, atau selulitis orbita.[3]
Histopatologi
Evaluasi histopatologi jarang diperlukan dalam diagnosis dan penatalaksanaan kalazion. Pada pemeriksaan histopatologi dapat ditemukan reaksi granulomatosa kronik dengan Touton-type giant cells berisi lipid. Umumnya, inti sel terletak di sekitar area central foamy cytoplasmic yang berisi material lipid. Sel mononuklear tipikal lain, termasuk limfosit atau makrofag, juga dapat ditemukan pada bagian perifer lesi.[1-3]
Jika terjadi infeksi bakteri sekunder, akan terlihat reaksi nekrotik akut dengan sel polimorfonuklear. Selain itu, dapat terlihat juga destruksi fibrokartilago.[1]