Etiologi Pterygium
Etiologi pterygium dapat dipengaruhi berbagai faktor ekstrinsik, misalnya radiasi sinar ultraviolet (UV) dan faktor intrinsik, misalnya faktor herediter. Faktor-faktor ini mengganggu homeostasis seluler melalui beberapa mekanisme, antara lain deplesi adenosine trifosfat (ATP), merubah permeabilitas jaringan, mengganggu jalur biokimiawi, dan menyebabkan kerusakan DNA.
Faktor Risiko
Metaanalisis oleh Rezvan, et al. pada tahun 2018 menilai faktor risiko yang memengaruhi terjadinya pterygium. Berdasarkan metaanalisis, faktor risiko pterygium dibagi menjadi 3, yaitu demografik, lingkungan, dan gaya hidup. Faktor demografi terdiri atas usia yang lebih tua, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan di luar ruangan, dan tinggal di daerah perdesaan.[9]
Paparan terhadap sinar ultraviolet merupakan faktor risiko lingkungan yang paling sering dijumpai. Sedangkan gaya hidup, misalnya menggunakan kacamata hitam, merupakan faktor protektif terhadap pterygium.[9]
Faktor risiko lain yang diketahui berhubungan dengan pterygium, antara lain iritan lingkungan, seperti debu dan dan angin, infeksi virus, faktor herediter, serta faktor imunologi dan inflamasi.[4]
Sinar Ultraviolet
Istilah “zona pterygium” merupakan daerah yang berada 40 derajat ke utara dan selatan dari ekuator, daerah ini memiliki intensitas sinar UV yang tinggi. Sinar ultraviolet (UV), terutama UVA dan UVB dapat mencapai permukaan okuler. UVB dapat menyebabkan kerusakan persinyalan intraseluler pada permukaan okuler. UVA menyebabkan kerusakan DNA dan aktivasi faktor transkripsi, yang mengatur ekspresi gen dalam perubahan matriks ekstraseluler.
Pekerjaan pasien juga berhubungan erat dengan seberapa besar paparan sinar UV yang diterima. Risiko terjadinya pterygium ditemukan lebih besar sebanyak 1,46 kali pada pasien yang bekerja di luar ruangan. Beberapa jenis pekerjaan yang berisiko, antara lain petani, pemburu, dan anggota militer.[9,10]
Faktor Herediter
Kerusakan pada gen matrix metalloproteinase-1 (MMP-1) diduga menjadi faktor risiko respons fibrovaskuler abnormal terhadap paparan sinar UV. Gen ini dapat diwariskan secara heterozigot. Selain itu, polimorfisme pada vascular endothelial growth factors (VEGFs) dihubungkan dengan vaskularisasi yang lebih tinggi pada pterygium.[4]
Infeksi Virus
Infeksi human papilloma virus (HPV) dan herpes simplex virus (HSV) dapat menjadi faktor risiko terbentuknya pterygium, terutama pada individu yang rentan secara genetik. HPV tipe 16 dan 18 merupakan strain virus yang paling berhubungan dengan terjadinya kanker, dan merupakan genotipe yang paling sering dilaporkan berasosiasi dengan pterygium.
Infeksi virus diduga berperan dalam pembentukan pterygium melalui produksi faktor E6 dan E7, yang mengganggu fungsi normal dari protein p53. Selain itu, rekurensi pterygium setelah operasi pengangkatan pterygium juga dilaporkan berhubungan dengan HPV.[4,11]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra