Epidemiologi Retinitis Pigmentosa
Epidemiologi retinitis pigmentosa diperkirakan sebesar 1 dari 5.000 penduduk dunia. Gejala klinis umumnya muncul dan terdeteksi pada usia 20‒30 tahun.[3,4]
Global
Secara global, prevalensi retinitis pigmentosa diperkirakan sebesar 1 dari 5000. Awitan gejala klinis umumnya ditemukan pada individu usia 20-30 tahun. Namun, berdasarkan patofisiologi penyakit ini, kemungkinan kelainan retina sudah dimulai sebelum awitan gejala.
Laki-laki dilaporkan lebih sering mengalami retinitis pigmentosa dibandingkan perempuan. Hal ini diperkirakan karena adanya kasus herediter yang berkaitan dengan kromosom X.[3,4]
Indonesia
Tidak ada data spesifik mengenai tingkat insidensi retinitis pigmentosa di Indonesia. Pada RAAB Survey (Rapid Assessment of Avoidable Blindness), penyebab kebutaan berupa kelainan segmen posterior selain retinopati diabetik berkontribusi sebesar 5,8%. Retinitis pigmentosa menjadi salah satu komponen dalam angka kejadian tersebut, namun tidak ada data pasti mengenai retinitis pigmentosa secara khusus.[14]
Mortalitas
Pasien dengan retinitis pigmentosa akan mengalami progresivitas gejala, yang dapat mencapai kebutaan. Pemeriksaan rutin dan pengobatan optimal untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi merupakan hal yang penting dilakukan.
Apabila mengalami kebutaan, risiko mortalitas pasien akan meningkat karena adanya gangguan aktivitas sehari-hari, pekerjaan, penurunan kualitas hidup, dan peningkatan kerentanan terhadap cedera.[10-12,13]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini