Penatalaksanaan Tumor Karsinoid
Penatalaksanaan tumor karsinoid tergantung pada lokasi tumor, klasifikasi histopatologi tumor, sifat biologi tumor, dan ada tidaknya metastasis. Tata laksana dapat berupa pembedahan maupun kemoterapi. Kombinasi beberapa terapi dapat dilakukan untuk kasus metastasis hepar, seperti reseksi, kemoembolisasi, ablasi radiofrekuensi, dan transplantasi hepar orthotopic dalam kasus-kasus tertentu.[2,4]
Pembedahan
Apabila tumor memungkinkan untuk dioperasi, tata laksana utama adalah bedah eksisi. Teknik pembedahan dapat disesuaikan dengan jenis serta lokasi tumor. Apabila reseksi total tidak memungkinkan, pembedahan debulking dapat dipertimbangkan untuk mengurangi gejala yang muncul. Pada beberapa kasus, krioterapi dapat bersifat efektif untuk menangani tumor karsinoid.[4,19]
Pembedahan paliatif dapat dilakukan dalam situasi klinis berikut:
- Tumor primer dengan metastasis hepar yang tidak bisa dioperasi (terutama pada tumor karsinoid fungsional) karena gejala berkorelasi dengan massa neoplastik
- Tumor primer terlokalisir di usus kecil yang dapat mengakibatkan obstruksi usus
- Pengobatan multimodal lainnya memungkinkan[2,4]
Beberapa terapi yang potensial untuk metastasis hepar adalah radiofrequency ablation (RFA) dan kemoembolisasi hepar. RFA bekerja menggunakan koagulasi termal selektif tumor untuk menghancurkan tumor yang metastasis terisolasi.[2,4]
Kemoterapi
Jika tumor karsinoid mengalami metastasis atau jika tata laksana bedah tidak mungkin, pemberian agen kemoterapi dapat dipertimbangkan. Namun, mengingat pertumbuhan tumor karsinoid tergolong lambat, agen kemoterapi tradisional kurang efektif.[2,4]
Beberapa obat yang mungkin diberikan secara tunggal maupun kombinasi adalah alkylating agents, doxorubicin, 5-fluorouracil, dacarbazine, cisplatin, dan etoposide. Selain itu, contoh lain adalah streptozotocin, interferon alfa, dan analog somatostatin dengan radioactive load.[2,4]
Tumor neuroendokrin yang poorly differentiated umumnya memiliki indeks proliferasi tinggi dan bisa diobati dengan regimen etoposide, cisplatin plus, dan streptozotocin dalam kombinasi dengan 5-fluorouracil dan doxorubicin. Kemoterapi kombinasi baru dengan doxorubicin, 5- fluorouracil, dan dacarbazine juga telah menunjukkan aktivitasnya dalam pengobatan tumor karsinoid.[4,9]
Selain itu, interferon alfa sebagai monoterapi atau kombinasi dengan analog somatostatin dapat digunakan untuk menghambat hipersekresi hormon dan untuk menstabilkan penyakit. Studi menunjukkan bahwa respons biokimia terlihat pada 40–60% pasien, perbaikan gejala terlihat pada 40-70% pasien, dan penyusutan tumor signifikan terlihat pada 10–15% pasien.[4,9]
Analog somatostatin (octreotide dan lanreotide) yang mengikat reseptor somatostatin yang diproduksi oleh sel tumor neuroendokrin dianggap sebagai pengobatan lini pertama untuk low grade tumor karsinoid. Aktivitas antitumor dari agen ini kemungkinan besar berkaitan dengan pengurangan tumor growth factor, seperti insulin growth factor (IGF-I), epidermal growth factor (EGF), dan pengurangan zat biologis aktif.[4,9]
Radioterapi
Terapi radiasi eksternal digunakan untuk membunuh sel tumor atau meringankan gejala penyakit. Terapi ini terutama berguna pada pasien dengan metastasis tulang. Peptide receptor radiotherapy yang dikombinasikan dengan analog somatostatin yang dikelasi (chelated) merupakan modalitas terapeutik baru yang menarget reseptor somatostatin secara langsung. Namun, terapi ini masih terus dipelajari lebih lanjut.[2,4,20]
Terapi Target
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa pertumbuhan, diferensiasi, fenotipe, dan ekspresi hormonal dari tumor karsinoid tergantung pada pola kaskade pensinyalan seluler. Agen baru yang menargetkan vascular endothelial growth factor (VEGF) dan mammalian target of rapamycin (mTOR) telah menunjukkan respons yang baik pada pasien dengan tumor neuroendokrin berat. Namun, terapi ini juga masih terus dipelajari lebih lanjut.[2,4,21,22]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini