Prognosis Tumor Pituitari
Prognosis tumor pituitari berupa prolaktinoma dan adenoma nonfungsional umumnya lebih baik daripada prognosis adenoma yang fungsional. Adenoma fungsional yang menyebabkan akromegali dan Cushing disease umumnya lebih sulit ditangani karena berkaitan dengan komorbiditas lain.[1,5]
Komplikasi
Komplikasi tumor pituitari dapat berupa komplikasi akibat tumor itu sendiri ataupun komplikasi pascabedah. Tumor pituitari dapat menimbulkan komplikasi langka berupa apopleksi pituitari, yakni perdarahan tiba-tiba dalam adenoma pituitari. Apopleksi pituitari menimbulkan gejala kompresi lokal seperti nyeri kepala mendadak, perubahan penglihatan, dan defisiensi hormonal.[5,8]
Komplikasi pascabedah umumnya minimal. Komplikasi yang dapat terjadi adalah:
- Kehilangan atau penurunan fungsi penghidu, yang cukup sering terjadi setelah bedah pituitari dengan teknik endoskopi transsfenoidal
- Reseksi inkomplit
Diabetes insipidus (transien ataupun permanen)
- Rhinorrhea cairan serebrospinal
- Defisiensi hormon-hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis, seperti prolaktin, growth hormone (GH), adrenocorticotropic hormone (ACTH), thyroid stimulating hormone (TSH), follicle stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH)
- Defek lapang pandang residual yang bersifat permanen
- Sindrom empty sella[1]
Prognosis
Prognosis tumor pituitari ditentukan oleh jenis tumor. Pada tumor yang mensekresi prolaktin, umumnya reseksi bersifat kuratif dan agonis dopamin dapat mengendalikan gejala. Prolaktinoma dan adenoma nonfungsional memiliki prognosis yang baik jika segera ditangani dengan pembedahan dan terapi medikamentosa.[1,5]
Sementara itu, adenoma fungsional yang menyebabkan akromegali dan Cushing disease memiliki prognosis yang lebih buruk karena dihubungkan dengan beberapa komorbiditas lain. Mortalitas cenderung lebih tinggi pada kedua jenis tumor tersebut, terutama pada pasien dengan Cushing disease yang terlambat ditangani.[1,5]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur