Diagnosis Bunion
Diagnosis bunion (hallux valgus) dilakukan terutama berdasarkan dari anamnesis mengenai riwayat nyeri dan keluhan serta pemakaian alas kaki sehari-hari. Pemeriksaan fisik penunjang terutama tampak gambaran hallux valgus disertai dengan gangguan ROM. Baku emas diagnosis bunion dapat dilakukan dengan pemeriksaan rontgen kaki anterior-posterior, sehingga dapat mengukur derajat hallux valgus angle (HVA)
Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan pada pasien dengan bunion antara lain adalah dengan menggali mengenai hal-hal sebagai berikut:
- Deskripsi nyeri, seperti kualitas, lokasi, radiasi, derajat berat dan faktor yang memperberat dan meringankan nyeri
- Riwayat penyakit kaki serupa atau penyakit kaki kongenital pada keluarga
- Riwayat mengenai trauma pada kaki
- Riwayat pekerjaan pasien
- Riwayat aktivitas rekreasi atau hobi
- Riwayat perubahan jenis dan berat aktivitas keseharian yang dilakukan
- Obat-obatan yang telah dipakai sebelumnya dan efektivitas obat terhadap keluhan
- Riwayat pemakaian jenis alas kaki sehari-hari[5,6]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien bunion yang perlu dilakukan antara lain dimulai dari observasi mengenai posisi kaki, bentuk alas kaki yang dipakai dan gait pasien saat berdiri dan berjalan. Kondisi bunion sebaiknya diperiksa saat pasien dalam posisi berdiri, karena hallux valgus maupun deformitas kaki lainnya akan tampak lebih jelas saat pasien dalam posisi tersebut.[5]
Pemeriksaan fisik yang lebih spesifik dapat dilakukan pada bagian kaki depan (forefoot) dan kak belakang (hindfoot). Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain menilai tegangan kompleks otot gastrocnemius-soleus, derajat pronasi ibu jari kaki, dan range of motion (ROM) sendi metatarsophalangeal pertama (MTP).[6]
Teknik pemeriksaan instabilitas tarsometatarsal (TMT) pertama, dapat dilakukan dengan membatasi gerakan metatarsal jari kaki kedua hingga keempat dengan satu tangan pemeriksa, sedangkan tangan lainnya menggenggam MT dan menggerakkannya secara pasif dari posisi plantar-lateral ke arah dorsomedial. Pergerakan lebih dari 9 mm menandakan adanya hipermobilitas.[6]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding bunion adalah penyakit dengan keluhan utama nyeri dan timbulnya benjolan pada area sendi kaki depan (forefoot)
Hallux Rigidus
Hallux rigidus adalah penyakit artritis degeneratif yang terjadi pada sendi metatarsophalangeal (MTP) pertama. Keluhan utama pada kondisi ini adalah nyeri dan gangguan motion. Keluhan nyeri dan kekakuan terutama memberat pada aktivitas, terutama pada kegiatan yang membutuhkan gerakan dorsofleksi sendi metatarsophalangeal pertama. Pada pemeriksaan fisik dapat teraba adanya osteofit.[13]
Freiberg Disease
Freiberg disease adalah kondisi osteokondrosis yang terjadi pada caput metatarsal. Freiberg disease lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki dengan rasio 5:1. Penyakit ini paling sering mengenai metatarsal kedua. Keluhan utama pasien umumnya adalah rasa nyeri dan bengkak yang terlokalisir pada telapak kaki bagian depan. Keluhan umumnya akan memberat bila berjalan dan menggunakan alas kaki terutama dengan hak tinggi.[14]
Pada gambaran rontgen, Freiberg disease akan memperlihatkan gambaran pelebaran celah sendi yang terjadi akibat efusi, yang umumnya akan terlihat pada onset gejala 3 hingga 6 minggu.[14]
Morton’s Neuroma
Morton’s neuroma adalah penyakit neuropati kompresi saraf interdigiti pada telapak kaki bagian depan. Penyebab kondisi ini antara lain pemakaian alas kaki dengan ujung sempit, memakai sepatu dengan hak tinggi, deviasi jari-jari kaki, penebalan ligamen metatarsal transversal, inflamasi pada bursa metatarsal dan trauma. Morton neuroma paling sering ditemukan pada perempuan dibanding laki-laki.[15]
Gout
Gout adalah penyakit yang ditandai dengan penumpukan cristal monosodium urate (MSU) monohydrate pada jaringan. Lokasi tersering gout adalah pada sendi metatarsophalangeal pertama, selain itu gout juga dapat ditemukan pada sendi talar, subtalar, ankle, dan lutut. Pada sendi pasien gout umumnya akan tampak tanda-tanda inflamasi seperti merah, bengkak, hangat, dan lunak. Pada pasien gout kronik umumnya telah terbentuk tofus, yaitu nodul yang terbentuk dari penumpukan urat pada subkutan.[16]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang umumnya tidak terlalu dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa bunion, tetapi pemeriksaan rontgen dapat dilakukan untuk menilai derajat beratnya penyakit dan morfologi kelainan tulang pada saat akan menjalani terapi pembedahan.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak rutin dilakukan dan umumnya cenderung tidak diperlukan pada kondisi bunion. Umumnya pemeriksaan laboratorium seperti kadar urat dilakukan untuk menyingkirkan gout pada pasien dengan gambaran lesi punched-out di sekitar permukaan sendi. Bila terdapat tanda infeksi dari pemeriksaan fisik, dapat pula dilakukan pemeriksaan darah rutin, laju endap darah dan C-reactive protein (CRP) untuk menyingkirkan kemungkinan etiologi infeksi.[6]
Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan rontgen yang diperlukan untuk mengevaluasi hallux valgus adalah rontgen kaki anteroposterior (AP) dengan beban, lateral oblique (LO), lateral (LAT), dan posisi axial sesamoid.[4]
Kriteria diagnosis radiologis untuk mendiagnosa hallux valgus adalah dengan mengukur sudut yang terbentuk antara metatarsal dan hallux abduksi. Sudut ini disebut hallux valgus angle (HVA) Diagnosa hallux valgus ditegakkan bila sudut yang terbentuk adalah 15o atau lebih. Hallux valgus dikatakan ringan bila berada pada rentang sudut 15o hingga <20o , derajat sedang bila sudut hallux valgus angle (HVA) pada 20o hingga 40o, dan dikatakan derajat berat bila sudut HVA > 40o.[7,11]
Proyeksi rontgen kaki AP bertujuan untuk mengukur sudut intermetatarsal, sudut metatarsus adductus, sudut hallux abductus, sudut proximal articular set, dan hallux abductus interphalangeus, panjang metatarsal pertama, posisi sesamoid, kondisi sendi metatarsophalangeal (MTP) pertama, rotasi hallux dan pembesaran caput metatarsal medial. Proyeksi rontgen lateral oblique, lateral, dan axis sesamoid juga dibutuhkan sebagai penunjang terutama saat akan melakukan terapi pembedahan[4]