Diagnosis Transient Tachypnea of the Newborn
Diagnosis transient tachypnea of the newborn (TTN) merupakan diagnosis eksklusi, sehingga seluruh etiologi yang mungkin menyebabkan distres pernapasan pada bayi baru lahir perlu dipikirkan, terutama apabila gangguan pernapasan progresif dan terdapat penurunan klinis.[3,9]
Neonatus yang mengalami TTN akan menunjukkan tanda distres pernapasan, yaitu takipnea, retraksi, merintih, hingga sianosis. Rontgen toraks menunjukkan gambaran klasik TTN, yaitu hiperinflasi paru, cairan pada fisura interlobar, edema interstitial, dan corakan vaskuler paru atau perihilar yang prominen.
Anamnesis
Distres pernapasan pada TTN biasanya muncul dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah lahir. Pada anamnesis, perlu ditanyakan kepada ibu riwayat kelainan selama kehamilan dan riwayat persalinan yang mungkin menjadi faktor risiko TTN.[3,9]
Pemeriksaan Fisik
Neonatus yang mengalami TTN menunjukkan tanda distres pernapasan, seperti takipnea (laju napas lebih dari 60 kali per menit), napas cuping hidung, merintih, dan retraksi (interkostal, subkostal, suprasternal). Saat pemeriksaan auskultasi mungkin didapatkan suara napas yang menurun, crackles, atau dapat saja tidak didapatkan kelainan. Neonatus dengan TTN biasanya juga mengalami takikardia.[1-4]
Dalam pemantauan TTN, perlu dilakukan pemeriksaan pulse oximetry untuk mengetahui saturasi oksigen dalam darah. Neonatus dapat saja mengalami barrel chest akibat hiperinflasi.[2,3,9]
Pada keadaan hipoksia, pemeriksaan saturasi pre dan pascaduktal dapat membantu untuk mengevaluasi sianosis, seperti untuk membedakan persistent pulmonary of the newborn (PPHN) dengan penyakit jantung struktural. Perbedaan saturasi lebih dari 5–10% atau perbedaan PaO2 10–20 mmHg antara lengan atas dan kaki bawah dianggap sebagai peningkatan yang signifikan. Pada kasus PPHN, lengan kanan atas dan kaki kanan bawah memiliki saturasi yang rendah.[3,13]
Diagnosis Banding
Pada bayi baru lahir, kemungkinan penyebab distres pernapasan akibat penyakit lain perlu dipikirkan sebelum TTN ditegakkan, terutama apabila bayi mengalami pemburukan atau memerlukan ventilasi mekanik.
Diagnosis banding TTN adalah pneumonia, sepsis, aspirasi mekonium, malformasi kongenital, penyakit membran hialin (respiratory distress syndrome), edema pulmoner, pneumotoraks atau pneumomediastinum, dan asidosis metabolik.[1,2,14]
Penyakit Membran Hialin
Penyakit membran hialin merupakan penyakit yang juga bermanifestasi sebagai distres napas yang terjadi segera setelah lahir. Kondisi ini disebabkan oleh defisiensi surfaktan dan imaturitas paru. Manifestasi klinis dapat memburuk dalam 12–24 jam pertama. Penyakit membran hialin terjadi pada bayi prematur (usia gestasi <34 minggu), dengan faktor risiko berupa riwayat diabetes maternal pada ibu.
Pemeriksaan radiografi memberikan gambaran retikulogranular atau ground-glass appearance difus dengan air bronchograms dan hipoekspansi.[1,14]
Sindrom Aspirasi Mekonium
Manifestasi klinis sindrom aspirasi mekonium ditemukan segera atau beberapa jam setelah lahir sama seperti TTN. Sindrom aspirasi mekonium terjadi pada neonatus aterm atau post-term, dan pada cairan ketuban terdapat bercak mekonium. Pemeriksaan radiografi didapatkan gambaran fluffy densities dengan hiperinflasi, opasitas/infiltrat perihiler. Aspirasi juga dapat disebabkan oleh darah atau cairan mekonium.[1,14]
Pneumotoraks
Manifestasi klinis pneumotoraks muncul segera setelah pneumotoraks terjadi. Pemeriksaan radiografi dapat menegakkan diagnosis, dengan gambaran khas yaitu paru yang kolaps.[14]
Persistent Pulmonary Hypertension of The Newborn
Manifestasi klinis hipertensi pulmonar persisten terjadi dalam waktu 24 jam. Faktor risiko kondisi ini adalah diabetes maternal, persalinan sectio caesarea, obesitas maternal, dan ibu yang menggunakan obat selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) seperti fluoxetine.
Pada pemeriksaan auskultasi, didapatkan suara jantung dua yang keras dan dapat terdengar murmur sistolik. Gambaran radiografi tidak menunjukkan adanya kelainan. Diagnosis ini dapat ditegakkan melalui pemeriksaan echocardiography.[13,14]
Infeksi
Etiologi infeksi seperti sepsis atau pneumonia dapat terjadi pada neonatus dengan usia gestasi berapa pun. Manifestasi klinis infeksi biasanya muncul lebih lambat daripada TTN. Pada awitan dini, onset dapat terjadi pada hari pertama hingga ketiga, sedangkan pada awitan lambat, onset dapat terjadi pada hari ke-5 hingga ke-14.
Faktor risiko yang dapat ditemukan adalah ketuban pecah dini lebih dari 18 jam, prematuritas, demam maternal, atau adanya kolonisasi bakteri group B Streptococcus. Pemeriksaan laboratorium menandakan terjadinya infeksi (neutropenia atau leukositosis dengan jumlah sel imatur yang abnormal). Pada gambaran radiografi ditemukan infiltrat.[1,14]
Penyakit Jantung Bawaan
Penyakit jantung bawaan perlu dipertimbangkan pada bayi dengan gejala distres pernapasan pada saat lahir, terutama bila terdapat takipnea persisten selama lebih dari 4–5 hari. Gejala yang timbul tergantung pada derajatnya.
Neonatus dengan penyakit jantung sianotik akan mengalami sianosis nyata yang tidak sesuai dengan beratnya distres pernapasan. Pada auskultasi, dapat terdengar murmur. Rontgen toraks dapat memberikan gambaran normal, kardiomegali, kongesti pulmonal, hingga efusi pleura.[1,14]
Tes hiperoksia dengan mengukur PaO2 arteri setelah 15 menit pemberian oksigen 100% dapat digunakan untuk mengeksklusi penyakit jantung bawaan sianotik. Pada penyakit jantung bawaan sianotik, didapatkan PaO2 <100 mmHg dengan pemberian FiO2 100%. Diagnosis pasti ditegakkan dengan echocardiography.[1,13,14]
Delayed Transition
Pada kelainan ini, distres napas akan hilang dalam waktu beberapa jam pertama (pada umumnya 6 jam) setelah lahir. Delayed transition disebabkan oleh terlambatnya absorpsi cairan paru. Rontgen toraks pada penyakit ini tidak menunjukkan abnormalitas.[1,2,14]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang umumnya diperlukan untuk menegakkan TTN dan menyingkirkan penyebab lain. Pemeriksaan yang dilakukan adalah Rontgen toraks, echocardiography, dan laboratorium (analisis gas darah, darah lengkap, marker infeksi, kultur darah, amonia).
Rontgen Toraks
Pemeriksaan Rontgen toraks sering digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis TTN. Temuan radiografi pada TTN menunjukkan hiperinflasi paru, cairan pada fisura interlobar, edema interstitial, dan corakan vaskuler paru atau perihilar yang prominen.
Corakan perihiler yang prominen disebabkan oleh engorgement limfatik periarterial akibat retensi cairan paru dan cairan pada fisura. Pada pemeriksaan awal, gambaran bilateral patchy alveolar edema biasanya sulit dibedakan dengan pneumonia neonatal. Temuan radiografi yang hilang setelah 24 jam lebih mengarah pada diagnosis TTN.[1-3]
Ultrasonografi Paru
Pada pemeriksaan USG paru, temuan “double lung point” merupakan tanda diagnostik TTN. Double lung point yaitu adanya perbedaan ekogenisitas antara area paru atas dan bawah dengan lapang paru bawah, di mana terdapat artefak yang kompak dibandingkan dengan lapang paru atas.
Pada sebuah studi oleh Liu et al mendapatkan temuan “double lung point” memiliki sensitivitas 45,6% dan spesifisitas 94,8% dalam mendiagnosis TTN berat (membutuhkan ventilasi mekanik). Sedangkan temuan lain seperti white lung atau compact B-line memiliki sensitivitas 33,8% dan spesifisitas 91,3% dalam mendiagnosis TTN.[1,15]
Echocardiography
Pemeriksaan echocardiography dilakukan untuk mengeksklusi penyebab penyakit jantung bawaan pada anak dengan takipnea persisten selama lebih dari 4–5 hari.[2,3]
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan darah lengkap, C-reactive protein, laktat, dan kultur darah dapat digunakan untuk mengeksklusi sepsis neonatal.[2,3]
Analisis gas darah arterial dapat menunjukkan hipokapnia dan hipoksemia ringan akibat takipnea. Hiperkapnia dapat menjadi tanda kelelahan atau adanya kebocoran udara. Takipnea persisten pada kondisi letargi dan asidosis metabolik memerlukan pemeriksaan amonia untuk mengevaluasi inborn error of metabolism.[2,3]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini