Prognosis Transient Tachypnea of the Newborn
Prognosis transient tachypnea of the newborn (TTN) pada umumnya baik. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan morbiditas TTN, antara lain laju napas lebih dari 90 kali per menit dan FiO2 lebih dari 0,4 dalam waktu 6 jam; puncak laju napas lebih dari 90 kali per menit dalam 36 jam pertama; atau tidak adanya kontraksi persalinan atau persalinan cepat.[1,2]
Morbiditas juga meningkat bila terdapat hipoksemia, gagal napas, dan pulmonary air leak syndromes.[1,2]
Komplikasi
Komplikasi TTN antara lain persistent pulmonary hypertension of the newborn (PPHN), pneumotoraks, gagal napas, dan asma. PPHN disebabkan oleh peningkatan resistensi vaskular akibat retensi cairan dan hiperinflasi paru. Komplikasi gagal napas dapat terjadi bila TTN berkembang menjadi prolonged tachypnea (>72 jam). Pada keadaan ini diperlukan tindakan intubasi dan ventilasi mekanik.
Risiko komplikasi berupa pneumotoraks dan pneumomediastinum lebih tinggi pada penggunaan CPAP, meskipun jarang terjadi.[1-3]
Neonatus dengan TTN berisiko untuk menderita asma di kemudian hari. Risiko timbulnya asma dilaporkan meningkat pada anak yang lahir secara sectio caesarea, memiliki status sosioekonomi rendah, terutama pada anak laki-laki dari ibu yang tinggal di perkotaan dan tidak memiliki riwayat asma. Selain itu, TTN juga meningkatkan risiko terjadinya sindrom mengi lainnya, seperti bronkiolitis dan bronkitis akut atau kronis.[1-3,14]
Prognosis
Pada umumnya, TTN memiliki prognosis yang baik dan sebagian besar kasus akan mengalami resolusi dalam waktu kurang lebih 48 jam. Pada beberapa kasus, takipnea dapat berlangsung selama satu minggu atau lebih.
Beberapa faktor yang dikaitkan dengan prolonged TTN (takipnea terjadi lebih dari 72 jam) adalah adanya merintih; laju napas lebih dari 90 kali per menit; FiO2 lebih dari 0,4 dalam waktu 6 jam; puncak laju napas lebih dari 90 kali per menit dalam 36 jam pertama; dan tidak adanya kontraksi persalinan atau persalinan cepat.
Studi oleh Kasap et al mendapatkan bahwa neonatus dengan puncak laju respirasi >90 kali per menit pada 36 jam pertama memiliki risiko tujuh kali lebih besar untuk mengalami prolonged tachypnea.[1,2,11]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini