Penatalaksanaan Transient Tachypnea of the Newborn
Penatalaksanaan transient tachypnea of the newborn (TTN) bersifat suportif, yang mencakup terapi oksigen, nutrisi, dan hidrasi. Terapi oksigen dapat diberikan melalui nasal kanul atau nasal continuous positive airway pressure (CPAP), sesuai dengan kebutuhan.[1-3]
Bila pasien mengalami takipnea lebih dari 80 kali per menit, pasien dipuasakan dan pemberian nutrisi dilakukan melalui jalur intravena, atau melalui gavage feeding. Pemberian medikasi rutin belum menjadi standar terapi TTN.[1-3]
Oksigenisasi
Neonatus dengan TTN mungkin memerlukan terapi oksigen untuk mempertahankan kadar saturasi normal. Pemberian oksigen dapat melalui metode noninvasif, seperti nasal kanul, atau dapat diberikan melalui nasal CPAP bila terdapat peningkatan usaha napas dan memerlukan oksigen >30%.
Etiologi lain perlu dipertimbangkan bila neonatus memerlukan FiO2 lebih dari 0,4 atau hingga memerlukan intubasi endotrakeal.[1,2]
Nutrisi dan Hidrasi
Penatalaksanaan mencakup pemberian nutrisi dan hidrasi. Pemberian nutrisi pada bayi dengan TTN ditentukan berdasarkan status respirasi. Takipnea dapat menyebabkan risiko aspirasi, sehingga pemberian makan peroral tidak aman.
Bila laju napas 60–80 kali per menit, pemberian nutrisi dapat melalui selang nasogastrik. Bila laju napas lebih dari 80 kali per menit, maka pemberian nutrisi dapat melalui jalur intravena dengan volume diet 60–80 mL/kgBB per hari.
Pemberian nutrisi enteral dipertimbangkan bila gejala distres pernapasan telah membaik atau laju napas kurang dari 80 kali per menit. Volume pemberian dimulai dari dosis kecil dan ditingkatkan perlahan secara progresif bila takipnea mengalami resolusi sempurna.[1-3]
Restriksi cairan dilakukan pada hari pertama, yaitu 40 mL/kgBB pada neonatus aterm dan 60 mL/kgBB pada neonatus prematur, yang kemudian dinaikkan bertahap 20 mL/kgBB per hari pada kasus TTN yang memerlukan alat bantu napas lebih dari 48 jam. Restriksi cairan dinilai dapat memberikan manfaat bagi TTN karena dapat menurunkan durasi penggunaan alat bantu pernapasan. Namun, hal ini perlu diteliti lebih lanjut.[1,2]
Medikamentosa
Pemberian medikamentosa rutin, seperti diuretik, terapi inhalasi epinefrin rasemik atau beta dua agonis belum direkomendasikan sebagai terapi standar karena masih kurangnya data mengenai efikasi dan keamanannya pada TTN. Antibiotik empirik perlu diberikan bila terdapat bukti keterlibatan infeksi bakteri pada pneumonia atau sepsis.[1-3]
Tinjauan oleh Cochrane tentang uji coba acak mengenai efek intervensi TTN menyampaikan bahwa salbutamol dapat sedikit mengurangi durasi takipnea, tetapi tidak pasti dapat mengurangi kebutuhan ventilasi mekanis. Selain itu, pemberian epinefrin, kortikosteroid, diuretik, pembatasan cairan, atau dukungan pernapasan non-invasif tidak dapat dipastikan dapat mengurangi durasi takipnea dan kebutuhan ventilasi mekanis, karena bukti yang tersedia sangat terbatas.[16]
Persiapan Rujukan
Tata laksana neonatus dengan distres pernapasan perlu memperhatikan “rule of two hours”, yaitu rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut diperlukan bila terdapat pemburukan gejala setelah 2 jam onset distres pernapasan; atau neonatus memerlukan alat bantu napas dengan kebutuhan FiO2 lebih dari 0,4; atau ditemukan abnormalitas lain pada rontgen toraks.[2,3]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini