Diagnosis Ankilostomiasis
Diagnosis ankilostomiasis atau infeksi cacing Ancylostoma sp umumnya dapat ditegakkan melalui temuan telur atau larva Ancylostoma sp pada pemeriksaan feses lengkap. Meski demikian, diagnosis sering kali tidak terdeteksi dan terlewatkan. Hal ini dikarenakan tanda dan gejala ankilostomiasis kurang jelas dan bersifat asimtomatik. Tanda dan gejala ankilostomiasis juga dapat berbeda-beda tergantung dari jenis cacing dan fase infeksi yang terjadi.
Anamnesis
Beberapa kasus ankilostomiasis dapat bersifat asimtomatik; sementara bila bergejala, tanda dan gejala tergantung dari spesies cacing dan fase infeksi yang sedang terjadi. Tanda dan gejala infeksi akut berbeda pada fase invasi, migrasi, dan infektif. Infeksi yang sudah berjalan kronis dapat menyebabkan keluhan anoreksia, nyeri abdomen, malnutrisi bahkan gangguan kognitif dan fisik.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mencari faktor risiko tinggi, seperti:
- Kebiasaan berjalan tanpa alas kaki
- Tidak konsumsi rutin obat cacing
- Higienitas dan sanitasi buruk[5,7,8,14,20]
Fase Invasi
Fase invasi umumnya terjadi 1-2 minggu pasca penetrasi kulit. Fase ini umumnya ditandai dengan iritasi lokal, edema, ruam, eritema, dan gatal (ground itch). Dalam beberapa kasus, cutaneous larva migrans (CLM) juga dapat terjadi pada fase ini. CLM dapat disebabkan oleh semua jenis cacing Ancylostoma, namun lebih sering disebabkan oleh A. brasiliensis.[2,5,8,13]
Fase Migrasi
Migrasi larva ke dalam paru dan saluran napas dapat menimbulkan gejala seperti, batuk dan faringitis. Gejala-gejala ini dapat muncul 1 minggu pasca terinfeksi. Sindrom Loeffler yang ditandai dengan batuk, sesak, pleuritis, demam dan infiltrasi eosinofil paru juga dapat terjadi bila infeksi cukup berat, namun sangat jarang.[2,5,8,13]
Fase Infektif
Gejala gastrointestinal terjadi ketika cacing mencapai usus halus, umumnya dimulai pada 30-45 hari pasca terinfeksi. Gejala gastrointestinal yang muncul umumnya ringan, seperti mual, muntah, nyeri epigastrik, dan diare.
Sindrom Wakana dapat terjadi apabila transmisi A duodenale terjadi melalui rute oral dalam jumlah besar. Hal ini ditandai dengan mual muntah, faringitis, batuk, sesak, dan suara serak. Enteritis eosinofilik juga dapat terjadi akibat A. caninum. [2,5,8,13]
Infeksi Kronis
Ankilostomiasis dapat berlangsung kronis dan menyebabkan anemia berat serta malnutrisi. Cacing Ancylostoma dapat bertahan dalam usus selama 1-2 tahun atau lebih. Selama terinfeksi dapat terjadi kehilangan darah 0.5 mL setiap harinya, termasuk nutrisi di dalam darah, seperti besi, albumin, dan faktor pembekuan. Dalam beberapa kasus jarang, dapat terjadi retardasi pertumbuhan dan gangguan pankreas akibat inhibisi tripsin.[2,5,8,13]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada ankilostomiasis tergantung dari fase yang sedang dialami. Tanda-tanda infeksi cacing klasik dan cutaneous larva migrans (CLM) umumnya ditemukan pada fase awal, sedangkan jika infeksi terjadi kronis mulai terdapat tanda-tanda anemia dan malnutrisi.[2,5,8,13]
Pemeriksaan Umum
Tanda-tanda awal infeksi cacing sering kali tidak spesifik. Beberapa hal yang dapat diperhatikan adalah :
- Tanda vital: suhu tubuh subfebris atau hipotermia juga dapat ditemukan
- Pemeriksaan paru dan saluran napas: dalam beberapa kasus, dapat ditemukan pasien faring hiperemis, takipnea, suara serak, dan mengi pada auskultasi, terutama pada sindrom Loeffler
- Pemeriksaan gastrointestinal: dapat ditemukan nyeri epigastrik pada palpasi abdomen, bising usus umumnya ditemukan normal
- Pemeriksaan kulit: tanda-tanda cutaneous larva migrans dapat ditemukan pada inspeksi kulit, berupa lesi serpiginosa menimbul (creeping eruption), papul eritema atau ruam papulovesikular, ekskoriasi, eritema, dan edema pada telapak ekstremitas bawah atau ekstremitas atas. Tanda-tanda infeksi bakteri sekunder juga dapat ditemukan secara bersamaan[2,5,8,13]
Pemeriksaan Tanda Anemia
Anemia dapat terjadi setelah infeksi berlangsung kronis. Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtiva anemis, pucat, hipotermia, dan koilonikia. Apabila terjadi secara kronis, dapat ditemukan tanda-tanda peningkatan curah jantung, seperti tanda gagal jantung atau takikardia.[2,5,8,13]
Pemeriksaan Tanda Malnutrisi Protein
Inspeksi secara umum dapat melihat perawakan dan status gizi pasien, malnutrisi umumnya dapat terjadi setelah terinfeksi Ancylostoma secara kronis. Edema perifer atau edema anasarka juga dapat ditemukan pada hipoproteinemia yang lebih berat.[2,5,8,13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding ankilostomiasis antara lain adalah infeksi soil-transmitted helminths (STH) lainnya, anemia defisiensi besi, perdarahan gastrointestinal, dan kelainan kulit lain.
Infeksi Cacing STH
Cacing STH lain meliputi Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan Necator americanus. Askariasis seringkali bersifat asimtomatik, dalam beberapa kasus dapat terjadi sindrom Loeffler, gejala paru, gejala intestinal, dan obstruksi usus akibat bolus askariasis.[22]
Trikuriasis umumnya asimtomatik, gejala baru muncul bila infeksi sangat berat. Tidak terdapat gejala paru ataupun gastrointestinal. Sementara itu, nekatoriasis memiliki tanda dan gejala sama dengan Ankilostomiasis, dan hanya dapat dibedakan melalui hasil pemeriksaan tinja.[2,21,23]
Perdarahan Gastrointestinal
Dapat ditemukan anemia, nyeri abdomen, dan melena. Infeksi cacing tambang merupakan salah satu penyebab tersering di negara berkembang, namun dapat disebabkan juga oleh malignansi, tumor, dan divertikula.[24,25]
Anemia defisiensi besi
Dapat ditemukan tanda-tanda anemia. Infeksi cacing tambang merupakan salah satu penyebab anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi murni dapat dibedakan melalui pemeriksaan penunjang serum besi dan total iron binding capacity (TIBC).[8,26]
Kelainan Kulit
Beberapa kelainan kulit yang dapat menyerupai CLM adalah skabies dan dermatitis kontak alergi. Skabies biasanya ditandai dengan gatal, lesi papula vesikuler atau pustul atau nodul atau krusta, burrowing, terdapat anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah memiliki keluhan serupa.[27]
Dermatitis kontak alergi memiliki manifestasi klinis yaitu lesi kulit eritema, gatal, rasa terbakar, nyeri, dapat ditemukan vesikel atau fisura, sering kali pada ekstremitas atas. Umumnya terjadi pasca kontak dengan substansi tertentu. Dapat terjadi akibat iritasi ataupun alergi.[28]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dengan pemeriksaan feses lengkap merupakan diagnosis baku emas untuk ankilostomiasis. Beberapa pemeriksaan penunjang lain juga dapat dilakukan, terutama untuk mencari komplikasi atau kondisi terkait dan harus atas indikasi.
Pemeriksaan Feses Lengkap
Pemeriksaan feses lengkap merupakan baku emas untuk diagnosis cacing Ancylostoma. Diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan telur cacing Ancylostoma dalam feses.
Telur Ancylostoma berbentuk lonjong dengan ukuran 60-75 µm x 35-40 µm. Dinding telur Ancylostoma umumnya tipis, berlapis hialin, dan tidak berwarna, yang dapat dilihat pada Gambar 4. Telur Ancylostoma umumnya tidak perlu dibedakan dengan Necator americanus, identifikasi diperlukan bila ditemukan cacing dewasa dalam feses.[1,7,8,13,20]
Gambar 4. Telur Ancylostoma pada pemeriksaan feses. Sumber: Openi, 2015.
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan adanya anemia ataupun eosinofilia. Eosinofilia umumnya ditemukan pada infeksi cacing, namun tidak spesifik untuk Ancylostoma. Sedangkan, anemia dapat ditemukan pada ankilostomiasis, khususnya bila sudah berlangsung secara kronis.[5,8,13]
Endoskopi
Perdarahan gastrointestinal merupakan indikasi endoskopi pada infeksi cacing Ancylostoma. Pada endoskopi, dapat ditemukan cacing dewasa Ancylostoma, dan erosi mukosa gaster, jejunum, ataupun ileum akibat bekas gigitan cacing Ancylostoma; yang dapat dilihat pada Gambar 5.[24,25]
Gambar 5. Ancylostoma caninum di mukosa usus. Sumber: Openi, 2007.
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA) dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dinilai lebih sensitif dan spesifik terhadap infeksi STH dibandingkan pemeriksaan dengan mikroskop. Tes cepat dengan analisis High Resolution Melting (HRM) juga dapat dilakukan. Jenis pemeriksaan ini belum banyak digunakan, khususnya pada negara-negara berkembang.[5,7,29,30]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja