Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Common Cold general_alomedika 2023-03-10T15:07:54+07:00 2023-03-10T15:07:54+07:00
Common Cold
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Diagnosis Common Cold

Oleh :
dr.tyagita khrisna ayuningtias
Share To Social Media:

Diagnosis common cold atau selesma dapat ditegakkan melalui klinis hidung tersumbat atau rhinorrhea, bersin, batuk, nyeri tenggorok, dan terkadang demam subfebris. Common cold harus dibedakan dengan flu yang memiliki gejala klinis lebih berat, seperti demam tinggi, nyeri sendi, dan myalgia.[2,5]

Anamnesis

Pada anamnesis, common cold sering memberikan gejala hidung tersumbat dan rhinorrhea, serta nyeri tenggorokan maupun suara serak. Keluhan ini dapat diikuti gejala lain, seperti rhinorrhea, obstruksi nasal atau hidung tersumbat, dan bersin, yang bertambah intens dalam 2–3 hari. Sekresi hidung awalnya bersifat cair dan bening, dan dapat berubah menjadi lebih kental dan berwarna. Keluhan–keluhan tersebut dapat mengganggu kualitas tidur dan makan.[3,6]

Keluhan lain yang dapat dijumpai pada common cold adalah nyeri kepala, rasa tertekan pada telinga, serta berkurangnya fungsi penghidu dan pengecap. Gejala sistemik, yaitu demam subfebris dan malaise jarang dialami pasien dewasa. Peningkatan suhu tubuh yang mencapai 38–39°C lebih sering dijumpai pada anak dan bayi.[3,6]

Sebagian besar pasien mengalami obstruksi dan kelainan mukosa, baik pada sinus, tuba eustachius, maupun telinga tengah. Obstruksi ini dapat menjadi faktor risiko infeksi bakteri sekunder pada sebagian kecil pasien. Infeksi juga dapat mencetuskan eksaserbasi asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Individu yang merokok lebih rentan mengalami common cold dengan gejala yang relatif lebih berat.[6]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terkait common cold terutama menunjukkan kelainan pada saluran napas atas. Hidung tampak merah, dengan banyak sekresi serousa hingga mukopurulen.

Sekresi purulen merupakan hal yang wajar terjadi akibat akumulasi sel darah putih pada lokasi infeksi. Sekresi purulen tidak boleh dianggap sebagai infeksi bakteri, kecuali sekresi purulen menetap selama 10–14 hari. Mukosa hidung tampak berkilap dan biasanya tidak disertai eritema atau edema yang jelas, walaupun beberapa orang dapat mengalaminya.[3,6]

Meskipun banyak pasien mengeluhkan nyeri tenggorokan, pemeriksaan faring sering menunjukkan dalam batas normal, tanpa adanya eritema, eksudat, ataupun ulserasi. Jika hal tersebut ditemukan, pertimbangkan penyebab lainnya, seperti infeksi herpes simpleks, difteri, coxsackievirus A, atau group A Streptococcus.[3,6]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding common cold dapat meliputi penyakit infeksi pada saluran napas atas atau noninfeksi. Gejala common cold paling menyerupai rhinitis alergi, sinusitis akut, dan pertusis fase kataral.[3,6]

Rhinitis Alergi

Rhinitis alergi memiliki gejala yang mirip dengan common cold. Faktor utama yang membedakan kedua kondisi ini adalah riwayat atopi, serta sensasi gatal pada hidung, telinga, mata, atau palatum pada rhinitis alergi.

Selain itu, pasien dengan rhinitis alergi akan menunjukkan setidaknya satu dari beberapa tanda khas alergi, yaitu nasal crease, allergic salute, allergic shiner, atau facies adenoid.[3,7,11]

Sinusitis Akut

Sinusitis dapat terjadi secara akut atau sebagai komplikasi dari common cold. Gejala umum common cold dapat dijumpai pada sinusitis akut, tetapi keluhan khas berupa nyeri tekan pada daerah sinus yang terlibat dapat membedakan keduanya. Selain itu, sinusitis juga dapat mengakibatkan post nasal drip, nyeri pada wajah, serta batuk yang persisten.

Gejala yang menetap lebih dari 10 hari mengindikasikan adanya infeksi bakteri. Pemeriksaan CT scan sinus paranasal dapat membantu menegakkan diagnosis ini.[3,12]

Pertusis

Pertusis fase kataral juga dapat menunjukkan gejala yang sama dengan common cold. Faktor yang dapat membedakan adalah injeksi konjungtiva pada kasus ini. Selain itu, fase kataral berlangsung selama 1–2 minggu, lalu dilanjutkan dengan fase paroksismal, yang didominasi oleh batuk yang khas.[13]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada umumnya tidak diperlukan karena common cold dapat sembuh secara spontan. Pemeriksaan penunjang terkadang dapat bermanfaat dalam membedakan satu virus dengan virus lainnya atau membedakan penyakit dengan gambaran umum yang sama, misalnya faringitis, sinusitis, atau rhinitis alergi.

Pemeriksaan laboratorium umum, seperti darah lengkap dan laju sedimentasi eritrosit, tidak memberikan manfaat dalam penegakkan diagnosis common cold.[6]

Pemeriksaan penunjang terkait common cold yang dapat dilakukan, antara lain:

Kultur

Isolasi virus dalam kultur jaringan merupakan gold standard untuk mengonfirmasi infeksi virus. Pemeriksaan dilakukan dengan menginkubasi virus pada suhu 33°C dan dilakukan pengamatan mengenai efek sitopatik yang disebabkan oleh virus setiap harinya.

Terdapat 3 jaringan utama yang sering digunakan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi virus pernapasan, yaitu ginjal monyet yang sensitif terhadap parainfluenza dan influenza, fibroblas paru–paru janin manusia yang sensitif terhadap adenovirus dan rhinovirus, serta sel line, seperti sel HEp-2 yang sensitif terhadap adenovirus dan RSV.[2]

Meskipun pemeriksaan kultur jaringan merupakan gold standard diagnosis infeksi virus, waktu pengerjaan yang lama, yaitu 14 hari. Hal ini menyebabkan pemeriksaan ini tidak praktis secara klinis, terutama bila dibutuhkan diagnosis yang cepat untuk memulai tata laksana, sehingga jarang dilakukan.[2,6]

Antigen Testing

Terdapat 2 jenis pemeriksaan deteksi antigen, yaitu immunofluorescence assay (IFA) dan enzyme–linked immunosorbent assay (ELISA). Kedua pemeriksaan tersebut membutuhkan waktu 24 jam sejak spesimen diterima.

Pemeriksaan IFA mempunyai 2 metode, yaitu imunofluoresensi langsung dan imunofluoresensi tidak langsung, sementara pemeriksaan ELISA menggunakan enzim untuk mengikat antibodi spesifik terhadap antigen. Akan tetapi, pemeriksaan ELISA kurang sensitif dan reagennya tersedia untuk beberapa virus saja.[2]

Serologi

Pemeriksaan serologi digunakan sebagai diagnostik infeksi virus dengan cara mendeteksi antibodi dalam serum pasien. Hasil tes yang mengindikasikan infeksi baru adalah IgM dan infeksi pada masa lalu atau IgG. Saat ini, pemeriksaan ini juga digunakan untuk mengevaluasi respons imun terhadap vaksinasi.[2]

Teknik Molekuler

Pemeriksaan teknik molekuler dilakukan dengan menggunakan asam nukleat virus dan deteksi antigen. Terdapat 2 pemeriksaan molekuler, yaitu polymerase chain reaction (PCR) dan nucleic acid sequence-based amplification (NASBA).[2]

Pemeriksaan PCR dapat mengidentifikasi organisme target dari spesimen dengan konsentrasi asam nukleat yang rendah dalam waktu yang cepat, yaitu hitungan jam. Sedangkan NASBA merupakan teknik baru untuk mengidentifikasi virus.

Jika dibandingkan dengan kultur jaringan, waktu pengerjaan teknik molekuler lebih singkat, sehingga pemeriksaan ini lebih unggul.[2]

Pencitraan

Pemeriksaan radiologi toraks jarang biasanya tidak diperlukan. Radiografi toraks, seperti rontgen thorax, dilakukan jika ada kecurigaan terhadap infeksi saluran pernapasan bawah, misalnya pneumonia.

Pada kasus yang diduga sinusitis, rontgen sinus atau CT scan sinus perlu dilakukan, meskipun tidak dapat membedakan penyebab infeksi apakah bakteri atau virus. Sebanyak 85% pasien dengan common cold memiliki kelainan pada pemeriksaan CT scan sinus.[6]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

2. Wat D. The common cold: a review of the literature. Eur J Intern Med. 2004;15(2):79-88. doi:10.1016/j.ejim.2004.01.006
3. Turner RB. The Common Cold. Mandell, Douglas, and Bennett's Principles and Practice of Infectious Diseases. 2015; 748-752.e2. doi:10.1016/B978-1-4557-4801-3.00058-8
5. Ronald B Turner. Epidemiology, Pathogenesis, and Treatment of the Common Cold. 1997(78);531-540. doi.org/10.1016/S1081-1206(10)63213-9 → InformedHealth.org. Cologne, Germany: Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG); 2020-. Common colds: Overview. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279543/
6. Joseph Adrian LB. Rhinovirus (RV) Infection (Common Cold). 2019;1-6. Published 2019 Jul 30. https://emedicine.medscape.com/article/227820-overview
7. Pappas DE. The Common Cold. Principles and Practice of Pediatric Infectious Diseases. 2018;199-202.e1. doi:10.1016/B978-0-323-40181-4.00026-8
11. Javed Sheikh. Allergic Rhinitis. 2018;1-9. Published 2018 Dec 26. https://emedicine.medscape.com/article/134825-overview
12. Itzhak Brook. Acute Sinusitis. 2018;1-8. Published 2018 Mar 1. https://emedicine.medscape.com/article/232670-overview
13. BPOM. Prekursor dibalik peredaran gelap narkotika dan psikotropika. 2007. https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/172/Prekursor-dibalik-peredaran-gelap-narkotika-dan-psikotropika.html

Epidemiologi Common Cold
Penatalaksanaan Common Cold

Artikel Terkait

  • Peran Suplementasi Vitamin C Dosis Tinggi dalam Pencegahan dan Penanganan ISPA
    Peran Suplementasi Vitamin C Dosis Tinggi dalam Pencegahan dan Penanganan ISPA
  • Terapi Uap Tidak Bermanfaat sebagai Penanganan Common Cold
    Terapi Uap Tidak Bermanfaat sebagai Penanganan Common Cold
  • Preparat Echinacea Sebagai Immunomodulator Dalam Penatalaksanaan Common Cold
    Preparat Echinacea Sebagai Immunomodulator Dalam Penatalaksanaan Common Cold
  • Efektivitas Kombinasi Dekongestan-Antihistamin-Analgesik untuk Common Cold
    Efektivitas Kombinasi Dekongestan-Antihistamin-Analgesik untuk Common Cold
  • Pentingnya Terapi Dini Common Cold dengan Obat Kumur Antiseptik Povidone Iodine
    Pentingnya Terapi Dini Common Cold dengan Obat Kumur Antiseptik Povidone Iodine

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 17 April 2025, 21:54
Peran Povidone Iodine Sebagai Terapi Dini Common Cold di Tengah Cuaca Pancaroba - Artikel Alomedika
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
2 Balasan
ALO Dokter!Memasuki masa pancaroba, fluktuasi suhu dan kelembapan udara menjadi faktor pemicu meningkatnya kasus common cold. Kondisi ini menciptakan...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas 20 Februari 2025, 07:40
Terapi Dini Common Cold dengan Obat Kumur Antiseptik - Artikel Alomedika
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
2 Balasan
ALO Dokter!Di musim hujan seperti saat ini, kasus common cold meningkat akibat tingginya kelembapan yang mendukung pertumbuhan virus dan bakteri. Salah satu...
dr. Yustina W
Dibalas 13 Agustus 2023, 20:21
Rekomendasi obat untuk common cold pada bayi usia di bawah 6 bulan
Oleh: dr. Yustina W
2 Balasan
Izin bertanya dok, pasien bayi dibawah 6bulan ada rekomendasi obat untuk commom cold tidak ya dok? terimakasih.

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.