Panduan E-Prescription Common Cold
Panduan e-prescription common cold atau selesma ini dapat digunakan oleh Dokter saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.
Common cold atau selesma adalah infeksi akut yang menyebabkan inflamasi cavum nasal, laring, trakea dan bronkus, dan merupakan salah satu kondisi yang paling umum ditemukan pada pasien rawat jalan. Sekitar 85% populasi akan mengalami common cold setidaknya satu kali dalam setahun.[1-3]
Etiologi tersering adalah virus, di antaranya Rhinovirus sekitar 50% dan Coronavirus. Common cold pada umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan, tetapi dapat mengurangi produktivitas sehingga memiliki dampak ekonomi. Selain itu juga dapat menjadi pemicu eksaserbasi gangguan pernapasan kronis, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dan asma.[1-3]
Tanda dan Gejala
Masa inkubasi selama 12−72 jam, dan penyakit dapat berlangsung selama 7−11 hari. Diversitas virus yang luas, komorbiditas, dan gangguan imun pasien menyebabkan manifestasi common cold sangat beragam.[3–5]
Gejala common cold antara lain:
- Iritasi atau rasa kering pada hidung
- Sakit atau iritasi tenggorokan
-
Nasal discharge, kongesti, bersin-bersin, dan batuk
- Sakit kepala dan malaise
- Penurunan indera penciuman dan perasa
- Demam jarang dirasakan dan umumnya ringan
Diagnosis banding common cold penting dipertimbangkan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain yang serupa dan memastikan pemilihan medikamentosa yang tepat. Diagnosis banding common cold misalnya rhinitis alergi, faringitis, bronkitis akut, influenza, sinusitis, dan pertusis.[6,7]
Peringatan
Pasien dewasa dengan gejala common cold sebaiknya dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan jika ditemukan:
- Nyeri dada, nyeri perut, atau sesak napas
- Gejala menetap lebih dari 10 hari
- Riwayat gangguan jantung atau penyakit pernapasan kronis
- Pasien lansia
- Nyeri telinga atau kepala berat, atau gejala–gejala lain yang mengarah ke komplikasi[8,9]
Sementara itu, pasien anak harus dirujuk jika ditemukan:
-
Demam >38℃ selama 5 hari atau lebih, karena kecurigaan penyakit Kawasaki
- Nyeri dada, nyeri perut, atau sesak napas
- Bibir atau kuku kebiruan, atau kulit pucat dan teraba dingin
- Kejang atau penurunan kesadaran
- Anak usia <9 bulan
- Nyeri telinga atau kepala berat, atau gejala–gejala lain yang mengarah ke komplikasi[8–10]
Peringatan Medikamentosa
Codein jangan diberikan untuk pasien common cold dengan batuk. Berdasarkan studi, codeine tidak bermanfaat untuk penanganan batuk. Obat ini lebih berisiko menimbulkan efek samping, bahkan dapat meningkatkan risiko kematian akibat depresi napas jika digunakan sebagai antitusif pada anak.[11]
Kombinasi dekongestan-antihistamin-analgesik bisa meringankan gejala common cold pada orang dewasa dan anak usia >2 tahun. Kombinasi ini tidak disarankan pada anak usia <2 tahun. Akan tetapi, perlu diwaspadai efek samping akibat obat kombinasi ini, yaitu sedasi, rasa pusing, peningkatan asam lambung, mulut kering, serta mual.[12]
Edukasi Pasien dan Orang Tua Pasien
Pasien atau orang tua pasien perlu diberikan edukasi terkait common cold, di antaranya:
-
Umumnya common cold akan sembuh sendiri dan pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala. Sebagian besar common cold disebabkan oleh virus sehingga tidak diperlukan pemberian antibiotik.[6,8]
-
Cegah over konsumsi obat–obatan yang dijual bebas (over-the-counter / OTC), terutama untuk pasien anak di bawah usia 4 tahun.
-
Beberapa suplementasi mineral, vitamin, dan fitofarmaka telah memiliki bukti ilmiah untuk meningkatkan sistem imun pasien dan mempercepat penyembuhan.
-
Efektifitas preparat echinacea sebagai imunomodulator dalam penatalaksanaan common cold masih belum diketahui secara pasti.
- Terapi uap tidak bermanfaat sebagai penanganan common cold
Medikamentosa
Terapi common cold bertujuan untuk mengurangi keparahan dan durasi gejala. Tidak perlu diberikan antibiotik karena tidak efektif dan dapat meningkatkan risiko resistensi di masa depan. Obat–obatan yang dapat diberikan untuk pasien common cold adalah analgesik, dekongestan, antihistamin, mukolitik, antitusif, dan vitamin.[8,9]
Tata Laksana Home Remedy
- Minum yang cukup, yaitu anak usia 7‒12 bulan sekitar 800 mL; usia 1‒3 tahun sekitar 1,3 L; usia 4‒8 tahun sekitar 1,7 L; usia 9 tahun hingga dewasa sebanyak 2,1‒2,4 L
- Minuman dapat berupa air putih, jus, kuah sup atau air lemon dengan madu. Hindari minuman beralkohol, kopi, atau soda berkafein
- Berkumur air garam dapat mengurangi nyeri tenggorokan, yaitu 1/4‒1/2 sendok teh garam dilarutkan dalam 200 mL air. Untuk pasien anak, pastikan bahwa anak sudah dapat berkumur dengan benar tanpa tersedak
-
Irigasi nasal dengan saline drop atau spray dapat mengurangi gejala pilek pada anak
- Campurkan madu dalam minuman untuk mengurangi batuk pada anak[13‒15]
Dosis Pemberian Madu:
- Usia 12 bulan ‒ 5 tahun: ½ sendok teh
- Usia 6‒11 tahun: 1 sendok teh
- Usia 12‒18 tahun: 2 sendok teh
- Diberikan 1 kali setiap 30 menit sebelum tidur
- Ukuran 1 sendok teh setara dengan 5 mL, tetapi dosis pemberian madu tidak harus tepat seperti obat[13‒15]
Analgesik
Analgesik diberikan jika ada keluhan demam atau nyeri. Dapat dipilih salah satu dari paracetamol atau ibuprofen.
Dosis Paracetamol:
- Usia <12 tahun, yaitu 15 mg/kgBB per pemberian, maksimal 4 kali dalam sehari
- Usia >12 tahun: dosis 500 mg, diberikan 4 kali dalam sehari, dosis maksimal 3.250 mg per 24 jam
- Dewasa: 1.000 mg peroral, 4 kali sehari, dengan dosis maksimal 4 gram/hari
- Sediaan paracetamol berupa tablet 500 mg, sirup 120 mg/5 mL, dan drops 60 mg/0,6 mL[16]
Dosis Ibuprofen:
- Usia <6 bulan: tidak dianjurkan
- Usia >6 bulan: dosis 10 mg/kgBB, diberikan 3 kali dalam sehari, dosis maksimal dalam 1 hari adalah 40 mg/kgBB
- Dewasa: 400 mg peroral, 4–6 kali sehari, dosis maksimal 3,2 gram/hari
- Ibuprofen tersedia dalam bentuk tablet 200 mg; kaplet 400 mg; serta sirup/suspensi 100 mg/5 mL dan 200 mg/ 5mL[17]
Dekongestan
Sebaiknya diberikan dekongestan topikal atau intranasal, karena memiliki potensi yang lebih baik daripada peroral atau sistemik. Namun, dekongestan topikal jangan digunakan dalam waktu lama agar mencegah rhinitis medikamentosa. Sementara, dekongestan peroral dapat dipilih efedrin atau pseudoefedrin.[6]
Dosis Oxymetazoline Nasal:
Di Indonesia, oxymetazoline topikal intranasal tersedia untuk dewasa (0,05% nasal spray 10 mL) dan untuk anak (0,025% nasal drops 10 mL). Dosis yang diberikan:
- Dewasa: semprot hidung 0,05%, disemprotkan 1-2 kali ke masing-masing lubang hidung sebanyak 2-3 kali sehari jika perlu, durasi maksimal 5-7 hari berturut-turut
- Anak >6 tahun: semprot hidung 0,05%, disemprotkan 1-2 kali ke masing-masing lubang hidung sebanyak 2-3 kali sehari jika perlu, durasi maksimal 5-7 hari berturut-turut
- Anak 1-6 tahun: tetes hidung 0,025%, diteteskan 1-2 tetes ke setiap lubang hidung sebanyak 2-3 kali sehari jika perlu, durasi maksimal 5-7 hari berturut-turut[18]
Dosis Pseudoefedrin:
-
Dewasa dan anak >12 tahun: tablet konvensional diberikan 60 mg setiap 4–6 jam dengan dosis maksimal 240 mg/hari, sedangkan tablet lepas lambat diberikan 120 mg setiap 12 jam atau 240 mg setiap 24 jam
- Anak 6‒11 tahun: 30 mg setiap 4‒6 jam, dosis maksimal 120 mg/24 jam
- Tidak untuk anak usia <6 tahun [19]
Di Indonesia, pseudoefedrin umumnya tersedia dalam bentuk kombinasi, di antaranya:
- Pseudoephedrine HCl 60 mg dan Triprolidine HCl 2,5 mg (contoh Tremenza®, Rhinofed®): dosis dewasa 1 tablet diberikan 3 kali/hari
- Pseudoephedrine HCl 60 Mg dan Loratadine 5 Mg (contoh Rhinos®): dosis dewasa 1 tablet diberikan 3 kali/hari
- Pseudoephedrine HCl 30 mg, Dextromethorphan 15 mg, dan Paracetamol 500 mg (contoh Panadol Cold & Flu®): dosis dewasa 1 tablet diberikan 3 kali/hari
- Pseudoephedrine HCl 15 mg dan dextromethorphan 5 mg (contoh Triaminic® sirup): dosis anak 4‒11 tahun 5 mL setiap 4‒6 jam
Dosis Efedrin:
- Dewasa dan anak usia >12 tahun: 60 mg, 3 kali/hari, di mana pasien lansia diberikan dosis awal 50%
- Anak usia 6‒12 tahun: 30 mg, 3 kali/hari
- Tidak untuk anak usia <6 tahun[20]
Bentuk obat kombinasi yang mengandung efedrin di antaranya:
- Ephedrine HCl 2,5 mg, Chlorpheniramine Maleate 1,3 mg, dan Paracetamol 135 mg per 5 mL (contoh OBH Nellco® sirup): dosis dewasa 15 mL, 4 kali/hari (jangan berikan resep dengan obat kombinasi lain yang juga mengandung paracetamol)
- Ephedrine HCl 12,5 mg, Chlorpheniramine Maleate 1 mg, Dextromethorphan 10 mg, dan Guaifenesin 100 mg (contoh Mixadin®): dosis dewasa 2 tablet, 3 kali/hari
Antihistamin
Efektivitas antihistamin dalam mengatasi rhinorrhea, baik generasi pertama dan kedua, tidak lebih efektif daripada plasebo. Antihistamin hanya diberikan jika common cold dikaitkan dengan reaksi alergi.[8]
Dosis Cetirizine:
- Usia <2 tahun: efikasi dan keamanan cetirizine belum terbukti
- Usia 2‒6 tahun: 2,5 mg/hari, dosis dapat ditingkatkan menjadi 5 mg/hari atau 2,5 mg/12 jam, dosis maksimal 5 mg /hari
- Usia >6 tahun‒dewasa: 5‒10 mg/hari
- Sediaan cetirizine berupa tablet 5 mg dan 10 mg, tablet salut 10 mg, kapsul 10 mg, sirup 5 mg/5 mL dan 10 mg/ 5 mL[21]
Dosis Loratadine:
- Usia <2 tahun: efikasi dan keamanan loratadine belum terbukti
- Usia 2‒6 tahun: 5 mg/hari
- Usia >6 tahun‒dewasa: 10 mg/hari atau 5 mg/12 jam, dosis maksimal 40 mg/hari
- Sediaan loratadine berupa tablet 10 mg, tablet kunyah 5 mg, kapsul 10 mg, dan sirup 5 mg/5 mL[22]
Mukolitik
Mukolitik diberikan untuk meringankan gejala batuk berdahak dengan mengurangi kekentalan dahak sehingga dahak lebih mudah dikeluarkan.[8]
Dosis Ambroxol:
Ambroxol tablet 30 mg, pemberian dosis sebagai berikut:
-
Anak usia <2 tahun: tidak direkomendasikan karena dikaitkan dengan sudden infant death
- Anak usia 2−5 tahun: dosis 7,5 mg–15 mg, 1 kali/hari
- Anak usia 6−12 tahun: dosis 15−30 mg, 1−2 kali/hari
- Anak usia >12 tahun‒dewasa: dosis 30 mg, 2‒3 kali/hari
Ambroxol kapsul lepas lambat 75 mg, pemberian dosis:
- Dewasa: 75 mg/hari
Ambroxol sirup 15 mg/5mL, pemberian dosis untuk anak:
-
Usia < 2 tahun: tidak direkomendasikan karena dikaitkan dengan sudden infant death
- Usia 2−6 tahun: dosis 2,5 ml, 3 kali/hari
- Usia 6−12 tahun: dosis 5 ml, 2−3 kali/hari[23]
Dosis Guaifenesin:
- Usia 6−12 tahun: 100−200 mg, setiap 4 jam, dengan dosis maksimal 1200 mg/hari
- Usia >12 tahun‒dewasa: dosis 200−400 mg setiap 4 jam, atau dosis 600−1200 mg setiap 12 jam jika diberikan tablet lepas lambat, dosis maksimal 2400 mg per hari
- Guaifenesin tersedia dalam bentuk sediaan tablet 100 mg, 200 mg, dan 400 mg; sediaan sirup 100 mg/5 mL; serta sediaan tablet lepas lambat 600 mg dan 1200 mg[24]
Dosis Bromhexine:
- Usia 2‒5 tahun: 4 mg setiap 12 jam
- Usia >6 tahun–dewasa: 8 mg setiap 8 jam, dosis maksimal 96 mg/hari
- Sediaan bromhexine berupa tablet 8 mg dan sirup 4 mg/5 mL[25]
Dosis N–asetilsistein:
- Usia 2‒6 tahun: 100 mg, setiap 12‒14 jam
- Usia >6 tahun–dewasa: 200 mg, setiap 8‒12 jam
-
Sediaan n–asetilsistein berupa kaplet 200 mg, sirup kering 100 mg / 5 ml, tablet effervescent 600 mg, dan granul larutan oral 200 mg[26]
Antitusif
Pilihan antitusif yang umum diberikan untuk kondisi common cold adalah dextromethorphan. Saat ini, di Indonesia hanya tersedia dextromethorphan bentuk kombinasi, misalnya:
- Dextromethorphan 10 mg, Chlorpheniramine Maleate 1 mg, Paracetamol 500 mg, Phenylpropanolamine HCl 15 mg (contoh Tuzalos®, Anadex®, Fludane®): dosis dewasa 1 tablet diberikan 3‒4 kali/hari (jangan berikan resep dengan obat kombinasi lain yang juga mengandung paracetamol)
- Dextromethorphan 15 mg, Chlorpheniramine Maleate 1 mg, Guaifenesin 100 mg (contoh Konidin®, Komix®): dosis dewasa 1 tablet diberikan 3‒4 kali/hari
- Dextromethorphan 10 mg, Pseudoephedrine HCL 30 mg, Tripolidine HCL 1,25 g per 5 mL (contoh Actifed Plus Cough® sirup): dosis dewasa 5 mL diberikan 3‒4 kali/hari
Vitamin
Pemberian vitamin atau suplementasi dipercaya akan meningkatkan imunitas pasien. Beberapa suplemen yang dapat diberikan untuk pasien common cold adalah vitamin C dan Zinc.
Vitamin C:
Vitamin C sebagai imunomodulator dapat berasal dari buah maupun sayuran. Suplementasi asam askorbat dapat diberikan dengan dosis:
- Anak: 100 mg/hari, terbagi dalam 3 dosis terbagi
- Dewasa: 250 mg/hari, terbagi dalam 4 dosis[27]
Zinc:
Banyak penelitian mengenai penggunaan zinc untuk meringankan gejala common cold atau flu, baik dalam bentuk sediaan tablet, tablet hisap (lozenges), kapsul, dan sirup.
- Anak: dosis 10‒30 mg/hari
- Dewasa: dosis 75 mg/hari
- Usahakan untuk mengonsumsi suplemen zinc dalam 1‒2 hari sejak munculnya gejala
-
Sediaan dalam bentuk sirup 10 mg/5 mL dan 20 mg/5 mL; serta tablet dispersible 20 mg[28]
Pilihan Terapi pada Ibu Hamil dan Menyusui
Batuk kering pada ibu hamil dan menyusui sedapat mungkin menggunakan tata laksana home remedy, untuk mencegah efek obat terhadap janin atau bayi.
Antihistamin generasi kedua, cetirizine dan loratadine, termasuk dalam FDA kategori B. Keduanya juga dilaporkan diekskresikan ke dalam ASI dalam jumlah minimal. Sehingga, penggunaannya pada kehamilan dan wanita menyusui menimbang aspek manfaat yang melebihi risiko.
Obat analgesik dan antipiretik yang dapat diberikan pada ibu hamil hanya paracetamol, yang masuk ke dalam FDA kategori B. Sedangkan ibuprofen masuk dalam FDA kategori C.
Obat mukolitik yang dapat diberikan pada ibu hamil adalah Bromhexine (FDA kategori A) dan N–asetilsistein (FDA kategori B). Namun, kedua obat ini belum diketahui ekskresinya ke dalam ASI sehingga sebaiknya tidak dikonsumsi oleh ibu menyusui.
Ambroxol dan guaifenesin termasuk dalam FDA kategori C dan diekskresikan dalam jumlah minimal ke ASI, sehingga tidak direkomendasikan bagi ibu hamil dan menyusui.[23-27]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini