Epidemiologi Common Cold
Secara global, epidemiologi common cold atau selesma paling sering disebabkan oleh rhinovirus, dan banyak terjadi pada anak usia prasekolah atau 1–5 tahun dengan risiko kejadian 6–10 episode common cold per tahun. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pajanan, misalnya do tempat penitipan anak.[5–8]
Common cold lebih sering terjadi pada anak laki–laki berusia <3 tahun dan lebih sering terjadi pada anak perempuan yang berusia >3 tahun. Pada individu dewasa, tidak ada perbedaan prevalensi terkait jenis kelamin.[5,6,7,9]
Global
Di Amerika Serikat, common cold paling banyak terjadi pada bulan September–April. Prevalensi common cold pada anak–anak usia prasekolah adalah 3–8 kasus per tahun dengan insidensi meningkat pada anak–anak yang dititipkan di fasilitas penitipan anak. Pada kelompok remaja dan dewasa di Amerika Serikat, rata–rata prevalensi common cold adalah 2–4 kasus per tahunnya.[6,8]
Indonesia
Data epidemiologi nasional yang spesifik mengenai common cold belum tersedia. Namun, terdapat data epidemiologi nasional mengenai angka kejadian infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi ISPA yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan di Indonesia adalah sekitar 9,3% dengan total kejadian 1.017.290 kasus. Provinsi dengan kejadian tertinggi adalah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.[10]
Mortalitas
Common cold jarang menyebabkan kematian, karena penyakit ini bersifat self–limiting. Akan tetapi, pada beberapa keadaan dapat disertai dengan infeksi bakteri sekunder, serta mencetuskan eksaserbasi asma.
Berdasarkan studi oleh Eggo et al., dari 66.000 pasien asma yang dirawat di rumah sakit, usia 5–55 tahun, sebanyak 42% (usia 5–18 tahun) dan 2,5% (usia 19–55 tahun) dicetuskan common cold. Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa common cold bukan satu–satunya pencetus, faktor lainnya antara lain prevalensi common cold di daerah tersebut, tempat yang dikunjungi seperti sekolah, dan udara yang kotor.[1,8,34]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli