Epidemiologi Infeksi CMV
Epidemiologi infeksi CMV atau cytomegalovirus di negara berkembang lebih tinggi daripada negara maju. Faktor yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas infeksi CMV di antaranya kewaspadaan infeksi CMV selama masa kehamilan, skrining kesehatan ibu hamil dan neonatus, serta penatalaksanaan CMV yang terbatas atau kurang.[1,8]
Global
Pada negara maju, kasus infeksi CMV ditemukan <50% kasus seropositif pada wanita usia reproduksi. Berbeda pada negara berkembang, kasus seropositif infeksi CMV mencapai 50‒85% pada populasi wanita usia reproduksi dan ibu hamil serta menyusui.[2]
Berdasarkan faktor geografis, infeksi CMV didapatkan tinggi pada Amerika Selatan, Afrika, dan Asia, sedangkan pada daerah Eropa Barat dan Amerika Serikat infeksi CMV didapatkan rendah.[4]
Ibu hamil dengan seronegatif infeksi CMV dapat terinfeksi selama kehamilannya (1‒4% ibu hamil), dan 30‒40% diantaranya terjadi transmisi antara ibu dan janin. Diperkirakan 10‒30% ibu hamil yang memiliki hasil seropositive infeksi CMV akan mengalami reaktivasi virus pada masa kehamilannya dan 1‒3% diantaranya akan mentransmisikan virus ke janin.[4]
Infeksi CMV primer memiliki risiko transmisi intrauterine yang lebih besar dibandingkan dengan infeksi lainnya, dimana risiko infeksi non primer didapatkan lebih rendah berkisar antara 1,1‒1,7%.[2]
Infeksi CMV menempati infeksi kongenital tertinggi dengan prevalensi sebesar 0,6‒0,7% pada kelahiran hidup, dan diperkirakan 60.000 neonatus yang lahir terinfeksi per tahunnya. Neonatus yang terinfeksi CMV kongenital 11‒12% diantaranya bersifat simptomatik.[2,4]
Indonesia
Angka kejadian keseluruhan infeksi CMV di Indonesia belum jelas dilaporkan.
Mortalitas
Kematian neonatus akibat infeksi CMV didapatkan 20‒30%. Sebagian besar penyebab kematian neonatus adalah kegagalan organ seperti disseminated intravascular coagulation, disfungsi hepar, atau superinfeksi bakteri. Namun, 85‒90% neonatus tidak memiliki gejala apapun saat lahir, sedangkan 5‒15% memiliki sekuele gangguan sistem saraf pusat menetap, seperti gangguan kejang dan tuli sensorineural.[7]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini