Patofisiologi Infeksi CMV
Patofisiologi infeksi CMV mencakup peran biologi molekuler virus Human cytomegalovirus (HCMV), manusia sebagai reservoir, dan transmisi pada manusia. Berdasarkan penyebabnya, patofisiologi infeksi CMV diklasifikasi menjadi infeksi primer dan sekunder.[3,6-8]
Biologi Molekuler Virus
Human cytomegalovirus (HCMV) memiliki glikoprotein B yang berfungsi untuk menginvasi virus ke dalam sel dan berfusi dengan membran sel virus. Protein dari virus akan berikatan dengan nukleus sel dan bereplikasi di dalam sel tersebut. Protein dari virus akan mengganggu aktivitas regulasi dan metabolisme sel inang yang selanjutnya dimulai proses replikasi dari virus.[3,6]
HCMV sendiri memiliki sifat replikasi yang lambat disebabkan karena produksi protein yang lambat pada tubuh virus. Setelah virus bereplikasi dalam nukleus, virus akan keluar ke sitoplasma sel dan dilepaskan ke aliran darah sehingga terbentuk fase viremia dalam tubuh pasien.[3,6]
Setelah virus masuk ke dalam sitoplasma sel, virus akan menginduksi suatu kaskade imun yang akan memasuki fase infeksi dari herpesvirus. Pada fase infeksi, respon sistem imun tubuh juga akan teraktivasi.[3]
Respon peradangan seluler terhadap infeksi ini terdiri atas sel plasma, limfosit, makrofag dan monosit. Produksi antibodi dan respon limfosit T akan berbanding terbalik dengan derajat keparahan penyakit. Sel yang terinfeksi menjadi lebih besar dan umumnya berisi inklusi intranuklear yang terletak agak ke tepi dan dikelilingi daerah halo/terang, sehingga tampak seperti “mata burung hantu”.[6]
Transmisi Human cytomegalovirus
Manusia merupakan satu-satunya reservoir dari HCMV. Virus dapat ditemukan di saliva, urine, semen, sekresi serviks dan vagina, air susu ibu, serta darah pasien. HCMV menyebar melalui kontak yang erat dan berulang. Pada usia remaja lanjut dan dewasa muda, virus ini sering ditularkan melalui hubungan seksual dari penderita yang terinfeksi secara asimptomatik dan teraktivasi pada keadaan imunokompromais.[6,9]
Transmisi Infeksi Primer
Pada bayi, infeksi CMV dapat ditularkan secara intrauterine, intrapartum, dan antenatal. Setelah CMV ditransmisikan melalui infeksi primer, virus menetap secara dorman di sel myeloid.[6,9]
Transmisi intrauterine menjadi rute terbanyak yang menyebabkan terjadinya infeksi CMV pada janin. Plasenta menjadi barrier antara ibu dan janin pada trimester pertama kehamilan dan berfungsi untuk menjaga janin dari sistem respon imun ibu yang sedang teraktivasi, namun penularan infeksi ke janin masih tetap dapat terjadi. Penularan ke janin disebabkan oleh karena sistem imunitas janin yang belum terbentuk.[4,6,9]
Penularan secara intrapartum umumnya terjadi akibat paparan dari sekret vagina yang terinfeksi CMV apabila bayi dilahirkan secara normal. Pada masa antenatal, umumnya penularan disebabkan akibat bayi menyusu air susu ibu yang terinfeksi CMV. Infeksi kongenital pada bayi memiliki dampak paling parah dan kelainan saraf jangka panjang apabila dibandingkan penularan yang terjadi secara intrapartum dan antenatal.[4,6,9]
Transmisi Infeksi Sekunder
Penderita imunokompromais lebih rentan terinfeksi CMV. Hal ini dibuktikan dari 90% penderita yang terinfeksi HIV juga mengalami predisposisi infeksi virus CMV. Hal ini juga didapati pada pasien yang memiliki riwayat transplantasi organ.[6]
Selain itu, ada pasien yang memiliki riwayat penyakit autoimun sebelumnya, seperti riwayat inflammatory bowel disease, didapati bahwa adanya sitokin TNF-α dan IFN-γ pada proses penyakit tersebut juga terkait dengan reaktivasi dari infeksi CMV laten.[5]
Klasifikasi Infeksi CMV
Berdasarkan penularan virus, infeksi CMV dapat diklasifikasikan menjadi infeksi primer dan sekunder.
Infeksi CMV Primer
Infeksi primer adalah infeksi yang tidak bermanifestasi pada tubuh penderita, umumnya hanya ditegakkan melalui pemeriksaan serologi dimana didapatkan hasil seropositive CMV. Pada infeksi CMV primer umumnya virus sudah ditularkan sejak lahir namun tidak bergejala.[8,9]
Serokonversi positif pada infeksi CMV umumnya akan meningkat berdasarkan usia dimana didapati 36% pada anak usia 6‒11 tahun dan dapat mencapai 91% pada usia 80 tahun, serta seropositive kehamilan umumnya terjadi sekitar 1‒4%.[7,8]
Infeksi CMV Sekunder
Infeksi CMV sekunder adalah penularan virus dari lingkungan luar dan bermanifestasi langsung pada tubuh penderita, terutama pada pasien dengan status imun yang rendah atau imunokompromais. Infeksi CMV primer maupun sekunder tidak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis ataupun pemeriksaan serologi.[7,8]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini