Penatalaksanaan Lepra
Penatalaksanaan lepra, atau juga dikenal dengan kusta atau Morbus Hansen, adalah menggunakan obat antilepra seperti dapson dan rifampicin. Pada tahun 1982, WHO menetapkan regimen terapi yang digunakan baik untuk pasien lepra pausibasiler (PB) ataupun pasien lepra mulitibasiler (MB) adalah MDT (Multi Drug Therapy).
MDT adalah kombinasi dua atau lebih obat antilepra dimana salah satunya adalah rifampicin yang merupakan obat bakterisidal kuat. Obat antilepra selain rifampicin bersifat bakteriostatik yaitu menghambat pertumbuhan bakteri. Pengobatan MDT tidak mengobati kecacatan yang sudah terjadi. Pengobatan MDT bertujuan untuk memutuskan rantai penularan, mencegah terjadinya cacat atau mencegah kecacatan bertambah parah, memperpendek masa pengobatan, mencegah terjadinya resistensi kuman serta meningkatkan keteraturan berobat. [10]
Lepra Pausibasilar
Regimen terapi untuk pasien lepra pausibasilar (PB) berbeda antara anak dan dewasa.
Dewasa
Pada pasien dewasa, lama pengobatan berkisar antara 6 – 9 bulan. Pengobatan dibagi menjadi obat bulanan dan harian.
Pengobatan bulanan (diminum hari pertama di depan petugas):
- 2 kapsul Rifampicin @300 mg (600 mg)
- 1 tablet Dapson / DDS 100 mg
Pengobatan harian (hari ke 2 – 28) :
- 1 tablet Dapson / DDS 100 mg
Anak (umur 10-15 tahun)
Lama pengobatan berkisar 6 – 9 bulan. Pengobatan dibagi menjadi dua, yaitu obat bulanan dan harian.
Pengobatan bulanan (hari pertama, diminum di depan petugas):
- 2 kapsul Rifampicin 150 mg dan 300 mg
- 1 tablet Dapson / DDS 50 mg
Pengobatan harian (hari ke 2 – 28) :
- 1 tablet Dapson / DDS 50 mg
Anak (umur 5 – 9 tahun)
Lama pengobatan berkisar 6 – 9 bulan. Pengobatan dibagi menjadi dua, yaitu obat bulanan dan harian.
Pengobatan bulanan (hari pertama, diminum di depan petugas):
- 2 kapsul Rifampicin @150 mg (total 300 mg)
- 1 tablet Dapson / DDS 25 mg
Pengobatan harian (hari ke 2 – 28):
- 1 tablet Dapson / DDS 25 mg. [8]
Lepra Multibasilar
Regimen terapi untuk pasien lepra multibasilar (MB) berbeda antara anak dan dewasa.
Dewasa
Lama pengobatan berkisar 12 – 18 bulan. Pengobatan dibagi menjadi dua, yaitu obat bulanan dan harian.
Pengobatan bulanan (diminum hari pertama di depan petugas):
- 2 kapsul Rifampicin @300 mg (600 mg)
- 3 tablet Clofazimine @100 mg (300 mg)
- 1 tablet Dapson / DDS 100 mg
Pengobatan harian (hari ke 2 – 28):
- 1 tablet Clofazimine 50 mg
- 1 tablet Dapson / DDS 100 mg
Anak (umur 10 – 15 tahun)
Lama pengobatan berkisar 12 – 18 bulan. Pengobatan dibagi menjadi dua, yaitu obat bulanan dan harian.
Pengobatan bulanan (diminum hari pertama di depan petugas):
- 2 kapsul Rifampicin 150 mg dan 300 mg
- 3 tablet Clofazimine @50 mg (150 mg)
- 1 tablet Dapson / DDS 50 mg
Pengobatan harian (hari ke 2 – 28):
- 1 tablet Clofazimine 50 mg selang sehari
- 1 tablet Dapson / DDS 50 mg
Anak (umur 5 – 9 tahun)
Lama pengobatan berkisar 12 – 18 bulan. Pengobatan dibagi menjadi dua, yaitu obat bulanan dan harian.
Pengobatan bulanan (diminum hari pertama di depan petugas)
- 2 kapsul Rifampicin @150 mg (300 mg)
- 3 tablet Clofazimine @25 mg (75 mg)
- 1 tablet Dapson / DDS 25 mg
Pengobatan harian (hari ke 2 – 28):
- 1 tablet Clofazimine 50 mg 2 kali seminggu.
Anak di bawah 5 Tahun
Untuk pasien anak dibawah 5 tahun, dosis anak berdasarkan berat badan:
- Rifampicin: 10 – 15 mg/kgBB
- Dapson: 1-2 mg/kgBB
- Clofazimine: 1 mg/kgBB. [10]
Kondisi Khusus
Berikut ini adalah regimen pengobatan untuk pasien dengan kondisi khusus:
- Pasien ibu hamil dan menyusui: regimen MDT aman dikonsumsi untuk ibu hamil dan menyusui.
- Pasien lepra yang menderita Tuberkulosis: Obat anti TB dapat diberikan bersamaan dengan obat antilepra. Untuk rifampicin dapat disesuaikan dosisnya. Dosis rifampicin untuk penderita TB dan lepra tipe PB adalah menambahkan dosis 100 mg karena rifampicin juga ada di dalam regimen obat TB. Untuk penderita TB dengan lepra tipe MB cukup diberi dapson dan clofazimine karena rifampicin sudah didapatkan dari obat antituberkulosis.
- Untuk pasien PB yang alergi terhadap dapson dapat diganti dengan clofazimine
- Untuk pasien MB yang alergi terhadap dapson maka regimen pengobatan yang diberikan hanya rifampicin dan clofazimine. [10]
Tatalaksana Reaksi Lepra
Tatalaksana reaksi lepra tergantung dari berat-ringan reaksi. Pada reaksi ringan, modalitas tatalaksana adalah :
- Berobat jalan, istirahat di rumah
- Pemberian analgesik dan antipiretik jika perlu
- MDT dilanjutkan tanpa penyesuaian dosis
- Menghindari dan menghilangkan faktor pencetus
Pada reaksi berat, modalitas tatalaksana adalah :
- Imobilisasi lokal pada lokasi yang dirasa nyeri
- Pemberian analgetik dan antipiretik sesuai berat-ringan keluhan
- MDT tetap diberikan tanpa penyesuaian dosis
- Menghindari atau menghilangkan faktor pencetus
-
Medikamentosa:
- Prednison dengan dosis awal 40 mg/hari diberikan pagi hari setelah makan selama 2 minggu. Setelah itu, dosis diturunkan setiap 2 minggu menjadi 30 mg, 20 mg, 10 mg, 15 mg, 10 mg, dan 5 mg untuk dewasa
- Dosis maksimal awal prednison pada anak adalah 1 mg/kgBB diturunkan setiap 2 minggu, dengan lama maksimal penatalaksanaan 12 minggu
- Pada erythema nodosum leprosum berat yang berulang diberikan prednisone sesuai skema di atas, ditambahkan lampren dengan dosis awal 300 mg/hari selama 2 bulan. Kemudian, dosis dikurangi setiap 2 bulan menjadi 200 mg/hari, lalu 100 mg/hari.
Indikasi rujuk pada pasien dengan reaksi lepra adalah :
- Erythema nodosum leprosum yang ulserasi, dengan neuritis atau demam tinggi
- Reaksi tipe 1 dengan bercak ulserasi atau neuritis
- Reaksi lepra yang disertai komplikasi penyakit lain yang berat, misalnya hepatitis, diabetes mellitus, hipertensi, atau ulkus peptikum [10]
Tata Laksana Pasien Gagal Terapi (Defaulter)
Pasien dikatakan gagal terapi bila pasien PB tidak mengkonsumsi obatnya lebih dari 3 bulan dan bila pasien MB tidak mengkonsumsi obatnya lebih dari 6 bulan.
Bila pasien datang kembali, maka pasien harus segera diperiksa tanda-tanda aktif seperti adanya lesi baru, kemerahan atau peninggian pada lesi lama atau adanya pembesaran saraf baru. BIla tidak ada tanda-tanda aktif maka pasien tidak perlu mengkonsumsi obat lagi. Bila terdapat tanda-tanda aktif maka pasien harus melakukan pengobatan kembali dari awal. [10]
Tata Laksana Pasien Kambuh (Relaps)
Pasien dikatakan kambuh atau relaps bila setelah menyelesaikan terapi timbul lesi baru pada kulit. Untuk pasien MB, dikatakan relaps bila ditemukan peningkatan indeks bakteri +2 atau lebih bila dibandingkan dengan saat diterapi. Untuk pasien yang relaps harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi. [10]