Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Melioidosis annisa-meidina 2025-08-26T09:56:53+07:00 2025-08-26T09:56:53+07:00
Melioidosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Melioidosis

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Diagnosis melioidosis ditegakkan melalui identifikasi Burkholderia pseudomallei pada pemeriksaan laboratorium. Tanda dan gejala klinis melioidosis umumnya tidak spesifik, tetapi anamnesis bisa membantu mengarahkan diagnosis, terutama anamnesis yang terkait dengan faktor risiko.[1,3,4]

Anamnesis

Melioidosis memiliki spektrum klinis yang luas, sehingga saat anamnesis penting untuk menanyakan riwayat bepergian atau tinggal di daerah endemik, riwayat paparan terhadap air ataupun tanah yang terkontaminasi, dan riwayat pekerjaan tertentu seperti teknisi laboratorium.[1,2]

Dengan didukung adanya faktor risiko, melioidosis bisa dicurigai pada pasien yang menunjukkan gejala yang luas tanpa diagnosis lain yang lebih mungkin, terutama bila disertai demam, batuk atau gejala pernapasan lain, lesi kulit, abses organ dalam, atau gejala neurologis, yang tidak membaik dengan terapi empiris standar.[1,2]

Presentasi klinis melioidosis dapat bervariasi dari infeksi lokal, manifestasi pulmonal (paling sering), infeksi diseminata, hingga sepsis. Infeksi lokal biasanya berupa ulkus, nodul, atau abses kutaneus, disertai gejala demam dan myalgia. Manifestasi pulmonal dapat bervariasi dari bronkitis ringan hingga pneumonia berat. Gejala pulmonal yang sering muncul yaitu batuk (produktif maupun non-produktif) disertai demam tinggi, nyeri dada, sakit kepala, atau myalgia.[2,3]

Gejala infeksi diseminata yang bisa muncul antara lain demam, nyeri kepala, gangguan pernapasan, nyeri dada, nyeri perut, myalgia, disorientasi, dan kejang. Infeksi yang diseminata lebih sering terjadi pada pasien dengan diabetes atau insufisiensi ginjal.[1,4]

Manifestasi melioidosis kronis umumnya berupa keluhan respirasi dengan temuan radiologi yang menyerupai tuberkulosis, atau berupa luka kulit kronis yang tidak kunjung sembuh.[2,3]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam (>38°C), penurunan berat badan, dan/atau disorientasi. Pada manifestasi lokal dapat ditemukan ulkus, nodul, atau abses kutaneus. Pada manifestasi pulmonal dapat ditemukan tanda-tanda bronkitis ringan hingga pneumonia berat, disertai demam tinggi dan/atau anoreksia. Hepatomegali dan splenomegali dapat ditemukan, sedangkan abses viseral pada infeksi diseminata umumnya sulit ditemukan dengan pemeriksaan fisik.[1,5]

 Diagnosis Banding

Melioidosis merupakan penyakit dengan spektrum klinis yang sangat luas dan tidak spesifik, sehingga menjadikannya salah satu great imitators dalam praktik klinis. Karena heterogenitas klinisnya, melioidosis sering sulit dibedakan dari infeksi akut lainnya, contohnya malaria, demam tifoid, leptospirosis, fasciitis nekrotikan, bakteremia gram negatif, bakteremia stafilokokus, pneumokokus invasif, dan meningococcemia.[2-4]

Petunjuk diagnosis yang dapat membedakan adalah keterkaitan musiman dengan curah hujan tinggi, riwayat pajanan terhadap tanah atau air, kecepatan progresi ke arah kematian, dan adanya wabah melioidosis. Anamnesis faktor risiko dapat membantu mengarahkan ke diagnosis melioidosis. Diagnosis pasti melioidosis ditegakkan jika teridentifikasi Burkholderia pseudomallei pada pemeriksaan kultur.[2-4] 

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah kultur, polymerase chain reaction (PCR), pemeriksaan serologi, pemeriksaan darah lengkap, dan radiologi.[1,2]

Kultur

Kultur merupakan standar baku emas untuk identifikasi B. pseudomallei. Bakteri ini bisa tumbuh pada media kultur konvensional, tetapi diperlukan keterampilan interpretasi laboratorium karena koloni B. pseudomallei dapat secara keliru diidentifikasi sebagai kontaminan atau sebagai Pseudomonas spp. Media pertumbuhan spesifik untuk B. pseudomallei belum tersedia luas, sehingga keterampilan interpretasi laboratorium sangat dibutuhkan.[2-4]

Sampel dapat diambil dari darah, urine, sputum, lesi kulit, abses, cairan serebrospinal, swab orofaring, maupun swab rektal. Dokter disarankan untuk mengambil sampel dari sebanyak mungkin lokasi, baik yang menunjukkan kelainan klinis maupun yang tidak, mengingat kemampuan patogen untuk menyebar secara hematogen ke berbagai organ. Temuan satu kultur positif sudah cukup untuk menegakkan diagnosis.[1,2]

Pemeriksaan PCR

Pemeriksaan PCR juga dapat digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis. PCR dapat mendeteksi DNA patogen kausal dari sampel darah, urine, sputum, lesi kulit, abses, cairan serebrospinal, swab orofaring, maupun swab rektal.[1,2]

Pemeriksaan Serologi

Pemeriksaan serologi (indirect hemagglutination assay) dapat mendeteksi respons antibodi terhadap B. pseudomallei, tetapi interpretasinya membutuhkan keterampilan dan pemahaman mikrobiologis yang baik. Temuan serologi harus dihubungkan dengan konteks klinis dan konteks epidemiologis.[1-3]

Pemeriksaan Darah Lengkap

Pemeriksaan darah lengkap bisa menunjukkan hasil yang tidak spesifik, seperti anemia dan peningkatan C-reactive protein (CRP). Berbeda dengan kondisi bakteremia gram negatif lainnya, leukositosis neutrofilik bisa minimal atau tidak ditemukan.[2,8]

Beberapa parameter yang dihubungkan dengan prognosis buruk adalah leukopenia (terutama limfopenia), kadar CRP normal atau hanya sedikit meningkat, peningkatan enzim transaminase, peningkatan bilirubin, peningkatan kadar ureum dan kreatinin, hipoglikemia, dan asidosis metabolik.[2,8]

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi dapat membantu mengarahkan diagnosis, menentukan luasnya keterlibatan organ, dan memantau respons terapi. Temuan khas yang dapat membantu identifikasi adalah konsolidasi paru multipel dengan kavitasi, abses hepatosplenik, dan abses otot psoas.[1,2]

Pada kasus suspek melioidosis, pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan mengingat manifestasi paru paling sering ditemukan. Pada kasus confirmed, lakukan computed tomography (CT) kontras atau ultrasonografi abdomen dan pelvis untuk mendeteksi abses internal. Ultrasonografi lebih disarankan pada pasien anak dan wanita yang tidak sakit berat secara sistemik, guna meminimalkan paparan radiasi.[1,3]

Kriteria Diagnosis

Berdasarkan kriteria klinis, bukti laboratorium, dan keterkaitan epidemiologis, diagnosis melioidosis terbagi menjadi kasus suspect, probable, dan confirmed.[1,3,9]

Kriteria klinis yang dimaksud adalah pasien mempunyai minimal satu dari tanda/gejala berikut, tanpa ada kecurigaan diagnosis lain yang lebih mungkin: demam suhu >38°C, myalgia, ulkus, nodul, abses kulit, pneumonia, nyeri kepala, nyeri dada, anoreksia, sesak napas, nyeri abdomen, nyeri sendi, disorientasi, penurunan berat badan, kejang, abses organ (hati, paru, limpa, prostat, atau otak), encephalomyelitis, meningitis, atau penyakit ekstra-meningeal lainnya.[1,9]

Keterkaitan epidemiologis yang dimaksud adalah pasien memiliki minimal satu dari kondisi berikut: riwayat perjalanan atau tinggal di daerah endemik melioidosis, paparan Burkholderia pseudomallei dari sumber atau produk yang terkontaminasi, atau paparan akibat risiko kerja, seperti pajanan laboratorium.[1,9]

Kasus Suspect

Melioidosis dikatakan kasus suspect jika memenuhi kriteria klinis atau tanda vital atau kriteria lain, DAN memiliki keterkaitan epidemiologis, DAN memenuhi bukti laboratorium pendukung (titer total antibodi B. pseudomallei ≥1:40 pada ≥1 spesimen serum).[1,9]

Kasus Probable

Melioidosis dikatakan kasus probable jika memenuhi kriteria klinis atau tanda vital atau kriteria lain, DAN memiliki keterkaitan epidemiologis, DAN memenuhi bukti laboratorium presumtif yaitu:

  • Bukti peningkatan titer antibodi pseudomallei ≥4 kali lipat pada pemeriksaan indirect hemagglutination assay, pada serum fase akut dan konvalesen yang diambil minimal 2 minggu terpisah
  • Terdeteksi DNA pseudomallei pada pemeriksaan PCR[1,9]

Kasus Confirmed

Melioidosis dikatakan kasus confirmed jika memenuhi bukti laboratorium konfirmasi, yaitu bukti isolasi B. pseudomallei dari spesimen klinis.[1,9]

Perbedaan Infeksi Baru dan Rekuren

Infeksi baru dapat dibedakan dari infeksi rekuren dengan informasi epidemiologis, riwayat pajanan, dan analisis whole genome sequencing. Melioidosis dikatakan sebagai kasus baru apabila didapatkan kultur positif Burkholderia pseudomallei dalam 18 bulan dengan isolat yang berbeda secara genom dari infeksi sebelumnya.[1,3,9]

Melioidosis dikatakan sebagai kasus rekuren jika penyakit klinis dengan kultur positif B. pseudomallei muncul kembali dalam 18 bulan setelah diagnosis awal dan setelah selesai terapi (intravena/oral) pada episode infeksi sebelumnya, terlepas dari kepatuhan pasien terhadap pengobatan atau lost to follow-up. Untuk keperluan surveilans, kasus rekuren tidak dihitung sebagai kasus baru.[1,3,9]

Referensi

1. Centers for Disease Control and Prevention. Melioidosis. 2024. https://www.cdc.gov/melioidosis/hcp/clinical-overview/index.html
2. Karunanayake P. Melioidosis: clinical aspects. Clin Med (Lond). 2022 Jan;22(1):6-8. doi: 10.7861/clinmed.2022-0014
3. Northern Territory Government. NT Melioidosis Guideline. 2024.

Epidemiologi Melioidosis
Penatalaksanaan Melioidosis
Diskusi Terbaru
Anonymous
Dibalas 5 menit yang lalu
Mengapa pencabutan SIP tidak bisa diurus secara online?
Oleh: Anonymous
3 Balasan
ALO Dokter. Sekedar mau curhat, saya kan lagi ngurus pencabutan SIP pertama kali. Baru tau ternyata mencabut SIP lebih ribet daripada bikinnya ya wkwkDi...
dr.Elizabeth Anastasya
Dibalas kemarin, 12:57
Praktis Banget! Cuma 3 Langkah Resepkan Obat dengan fitur myPatient
Oleh: dr.Elizabeth Anastasya
1 Balasan
ALO Dokter. Apakah dokter udah tau cara mudah buat resep digital dengan myPatient? Ini langkahnya: Pertama, dokter cukup memasukkan data pasien. Kedua, tulis...
dr.Jimmy Christianto Suryo
Dibalas 9 jam yang lalu
Apa kriteria Sindrom Metabolik pada pasien ini, dan bagaimana tatalaksananya?
Oleh: dr.Jimmy Christianto Suryo
2 Balasan
ALO Dokter.Identitas PasienNama: Tn. AUsia: 48 tahunJenis kelamin: Laki-lakiPekerjaan: Karyawan kantorAnamnesisKeluhan utama: sering merasa lelah, mudah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.