Penatalaksanaan Bulimia Nervosa
Penatalaksanaan bulimia nervosa sebaiknya mengedepankan pendekatan psikoterapi dan memanfaatkan keluarga pasien sebagai salah satu komponen terapi. Terapi bersifat individual sesuai dengan keparahan gejala, perjalanan penyakit, komorbiditas psikiatri, dukungan keluarga atau komponen psikososial, dan motivasi pasien.[5]
Psikoterapi
Psikoterapi yang bisa diterapkan untuk bulimia nervosa adalah eating disorder focused cognitive behavioral therapy (CBT-ED). Terapi ini bertujuan untuk membantu pasien agar bisa makan dengan jadwal teratur untuk mengendalikan rasa lapar.[15]
Selain psikoterapi individual, psikoterapi kelompok dan psikoterapi berbasis keluarga juga efektif diterapkan pada pasien dengan bulimia nervosa. Meskipun penelitian untuk penerapan psikoterapi kelompok pada bulimia nervosa masih jarang, terapi ini diduga efektif. Family based treatment pada bulimia nervosa difokuskan pada penurunan ekspresi emosi keluarga dan penggunaan anggota keluarga sebagai sumber daya untuk pemulihan.[16,17]
Nutrisi
Pasien remaja dengan gangguan makan biasanya mempunyai asupan kurang dari 500 kkal per hari, sedangkan kebutuhannya adalah 1.800 kkal untuk perempuan dan 2.200 kkal untuk laki-laki. Kebutuhan nutrisi ini harus terpenuhi untuk mencapai target 90% berat ideal berdasarkan umur, tinggi, dan jenis kelamin pasien.[5]
Panduan makan berfokus pada asupan makan yang sehat dan mendapatkan kembali energi untuk beraktivitas. Namun, meskipun jumlah kalori penting, hal ini sebaiknya tidak dibicarakan dengan pasien. Menu harian sebaiknya terdiri dari 3 kali makan besar dan makanan ringan teratur. Direkomendasikan pula tambahan multivitamin, vitamin D, dan suplemen kalsium.[5]
Medikamentosa
Terapi farmakologi yang direkomendasikan untuk bulimia nervosa adalah antidepresan dan antikonvulsan. Obat antidepresan yang bisa digunakan adalah golongan selective serotonin reuptake inhibitors atau SSRI (misalnya fluoxetine, sertraline, citalopram), antidepresan trisiklik (misalnya imipramine, desipramine), dan monoamine oxidase inhibitor atau MAOI (misalnya phenelzine). Fluoxetine adalah satu-satunya yang sudah disetujui FDA.
Obat antikonvulsan yang bisa digunakan adalah topiramat. Namun, karena risiko efek samping yang tinggi, topiramat hanya digunakan jika terapi lain gagal.
Dosis dan pilihan obat yang direkomendasikan adalah:
- Fluoxetine dengan dosis awal 20 mg per hari, yang dapat ditingkatkan secara perlahan sesuai toleransi pasien menjadi 60 mg per hari dalam 1–2 minggu
- Desipramine dan imipramine hingga 100–300 mg per hari. Obat-obat ini memiliki risiko efek samping dan toksisitas yang lebih tinggi, sehingga tidak disarankan sebagai lini pertama[16,18]
Kriteria Rawat Inap
Rawat inap dapat dipertimbangkan pada pasien bulimia nervosa yang mengalami:
- Sinkop
- Kadar kalium <3,2 mmol/L
- Kadar klorida <88 mmol/L
- Robekan esofagus
Aritmia, termasuk pemanjangan interval QT
- Hipotermia
- Risiko bunuh diri
- Hematemesis
- Kegagalan terapi rawat jalan[16,18]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur