Etiologi Delirium
Etiologi delirium sangat beragam. Pada pasien yang dirawat inap, etiologinya mencakup infeksi, polifarmasi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta kegagalan organ.[3]
Hipoperfusi
Hipoperfusi dapat menyebabkan delirium, misalnya pada keadaan gagal jantung kongestif, aritmia, dan anemia.
Infeksi
Delirium dapat disebabkan oleh infeksi, misalnya pada infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis dan ensefalitis; infeksi saluran kemih; pneumonia; ataupun sepsis.
Kelainan Metabolik
Beberapa kelainan metabolik yang dapat menyebabkan delirium adalah hipoksia, hipoglikemia atau hiperglikemia, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan asam-basa, dan defisiensi vitamin (terutama tiamin dan sianokobalamin). Delirium juga ditemukan pada pasien dengan gagal hati ataupun gagal ginjal.
Kerusakan Struktur di Otak
Delirium dapat juga disebabkan oleh kerusakan struktur otak, misalnya akibat perdarahan parenkim otak atau subaraknoid, stroke iskemik atau hemoragik, ensefalopati hipertensi, tumor otak, serta cedera kepala.
Medikamentosa
Obat yang dapat menyebabkan delirium antara lain:
- Antikolinergik seperti scopolamine dan disopyramide
- Antiparkinson seperti benztropine dan trihexyphenidyl
- Benzodiazepine seperti alprazolam dan diazepam
- Opioid analgesic seperti meperidine
- Antihistamin generasi pertama seperti hydroxyzine, diphenhydramine, dan chlorpheniramine
- Psikotropika seperti lithium dan amitriptyline
- Obat kardiovaskular seperti metildopa, reserpine, dan digoxin[1,7,9,12]
Faktor Risiko
Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian delirium adalah usia tua dan pasien dengan komorbiditas yang kompleks. Delirium juga cenderung terjadi pada pasien dengan riwayat gangguan kognitif, gangguan tidur, tindakan operatif, penggunaan anestesi, disabilitas, dan gangguan sensori.[1,12,13] Penggunaan alkohol juga berhubungan dengan peningkatan risiko delirium.[2]
Polifarmasi (penggunaan lebih dari 5 jenis obat) merupakan salah satu faktor risiko delirium, terutama pada lansia. Jenis obat yang sering terlibat adalah obat-obatan sedatif, analgesik, dan antikolinergik.[2,3] Faktor risiko lain pada lansia yang meningkatkan risiko delirium adalah adanya gangguan pendengaran atau penglihatan, hipertensi, defisit kognitif, infeksi, kadar sodium yang abnormal, penggunaan kateter, dan depresi.[4,13]
Selain faktor risiko, delirium seringkali timbul akibat adanya faktor pemicu (presipitasi), seperti nyeri akut, kehilangan darah, kondisi medis atau infeksi akut, retensi urine atau kateterisasi, dehidrasi, dan faktor psikososial. Pemicu paling sering pada lansia adalah penggunaan obat-obatan baru atau perubahan dosis.[1,12]
Penulisan pertama oleh: dr. Paulina Livia Tandijono