Penatalaksanaan Gangguan Cemas pada Anak dan Remaja
Penatalaksanaan gangguan cemas pada anak dan remaja umumnya menggunakan psikoterapi, medikamentosa, atau kombinasi. Namun, terapi lini pertama tetap menggunakan pendekatan psikoterapi, misalnya terapi behavior dan cognitive behavioural therapy (CBT). [1,5]
Medikamentosa
Penggunaan medikamentosa dilaporkan efektif dalam penanganan jangka pendek gangguan cemas pada anak dan remaja. Modalitas farmakoterapi yang direkomendasikan adalah penggunaan golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti fluoxetine, sertraline, escitalopram, dan vortioxetine.[7,13,14]
SSRI menjadi pilihan utama karena efektivitas dan profil keamanannya. Penggunaan benzodiazepine (diazepam) tidak direkomendasikan karena kekhawatiran akan timbulnya efek samping dan ketergantungan.[7,13,14]
Psikoterapi
Psikoterapi menjadi pilihan modalitas utama penanganan gangguan cemas pada anak dan remaja.Hal ini karena psikoterapi telah dilaporkan efektif dalam berbagai penelitian, risiko terjadinya ketergantungan minimal, dan efek terapi bisa bertahan jangka panjang sampai beberapa tahun pasca terapi. Psikoterapi bisa dilakukan secara individual, kelompok, atau bersama dengan orang tua.[15]
Terapi behavior dan cognitive behavioural therapy (CBT) bisa dilakukan pada anak-anak berusia >6 tahun. CBT untuk gangguan cemas pada anak dan remaja terdiri dari psikoedukasi, modifikasi pikiran negatif, paparan, pelatihan kompetensi sosial, pelatihan perilaku koping, dan sesi penguatan mandiri. Strategi ini disertai dengan panduan dan dukungan kepada orang tua untuk mengimplementasikan strategi CBT untuk anak mereka.[1,7]
Proses CBT untuk gangguan cemas pada anak dan remaja terdiri dari:
- Mulai dengan membantu mengenali perasaan cemas dan reaksi fisik/somatik terhadap kecemasan
- Membantu mengidentifikasi pikiran atau kognisi pada situasi-situasi yang memicu kecemasan
- Memodifikasi kognisi-kognisi pemicu kecemasan atau mengembangkan keterampilan koping
- Terakhir melakukan evaluasi[1]
Anak usia <6 tahun belum mempunyai kemampuan kognitif yang memadai untuk mengimplementasikan strategi koping. Pada usia ini, terapi perilaku atau terapi paparan lebih direkomendasikan. Terapi perilaku misalnya token ekonomi dan reward and punishment, sedangkan yang termasuk terapi paparan adalah exposure terhadap stressor.[1,7]
Olahraga dapat dijadikan rutinitas yang baik bagi anak dan remaja, karena olahraga dapat sebagai terapi gangguan cemas. Selain itu, terdapat juga beberapa opsi tata laksana nonfarmakologis lain yang dapat digunakan.