Epidemiologi Gangguan Cemas pada Anak dan Remaja
Epidemiologi gangguan cemas pada anak dan remaja relatif besar. Penelitian menemukan bahwa 15% ibu laporkan anaknya mempunyai perilaku-perilaku yang menunjukkan adanya kecemasan, seperti menggigit kuku, menghisap jempol, dan menggeretakkan gigi. Gangguan ini juga seringkali menjadi predisposisi gangguan mental lain pada masa dewasa.[5,7]
Global
Prevalensi gangguan cemas pada anak dan remaja menurut penelitian global mencapai 6,5%. Penelitian komunitas juga menunjukkan bahwa 9−32% anak dan remaja pernah mengalami kecemasan pada satu saat dalam hidupnya.[2,7]
Anak dan remaja perempuan lebih sering mengalami kecemasan dibandingkan laki-laki. Hal ini diperkirakan akibat faktor biologis hormonal perempuan, dan faktor kultural peran gender perempuan di masyarakat.[5]
Indonesia
Laporan Riskesdas dari Kemenkes RI (Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia) menyatakan bahwa prevalensi gangguan cemas menyeluruh dan depresi pada anak dan remaja mencapai 6%. Angka ini tidak berbeda jauh dengan prevalensi global.[8]
Mortalitas
Gangguan cemas pada anak dan remaja jika tidak ditangani dengan tepat dapat mengalami komorbid dengan gangguan mental lainnya, termasuk depresi, penyalahgunaan zat, dan perilaku bunuh diri. Diperkirakan 62.000 remaja meninggal pada tahun 2016 akibat melukai diri sendiri. Bunuh diri adalah penyebab kematian ketiga pada remaja berusia 15−19 tahun.[1,5,16]