Patofisiologi Gangguan Waham Menetap
Patofisiologi gangguan waham menetap atau persistent delusional disorder, melibatkan hiperaktivitas dopamin di area mesolimbik dan ganglia basalis. Berbeda dengan schizophrenia, fungsi kognitif pada pasien dengan gangguan waham relatif tidak terganggu dan tidak ada gejala-gejala negatif yang mengarah pada regresi fungsi peran.
Kerusakan pada Sistem Limbik dan Ganglia Basalis
Kondisi neurologis yang sering berhubungan dengan timbulnya waham biasanya melibatkan sistem limbik dan ganglia basalis. Kerusakan pada dua struktur otak ini membuat pasien mengalami waham.
Berbeda dengan schizophrenia, korteks tidak mengalami kerusakan sehingga fungsi kognitif tidak terganggu. Hal ini menyebabkan waham yang muncul pada gangguan waham menetap umumnya bersifat kompleks. Sebaliknya, pasien yang mengalami gangguan intelektual umumnya akan memiliki waham yang bersifat sederhana. Waham yang timbul kadang disertai dengan gejala yang berhubungan dengan mood, sehingga dapat salah didiagnosis sebagai depresi.
Kerusakan yang dilaporkan berhubungan dengan timbulnya waham tema tunggal, seperti pada gangguan waham, adalah kerusakan pada area limbik dan struktur subkortikal hemisfer kiri, serta lobus frontalis kanan. Hal ini didukung oleh penelitian menggunakan pemeriksaan neuroimaging yang menunjukkan bahwa pasien gangguan waham mengalami disfungsi pada white matter atau area subkortikal pada lobus temporoparietal, ganglia basalis, dan korteks prefrontal.[1,2,6]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra