Diagnosis Polip Nasal
Diagnosis polip nasal perlu dicurigai pada pasien dengan keluhan hidung tersumbat yang progresif lambat, disertai penurunan fungsi penghidu. Pada pemeriksaan fisik melalui rinoskopi anterior akan ditemukan gambaran polip dalam cavum nasi. Pemeriksaan penunjang berupa endoskopi, radiologi dan biopsi dapat dilakukan sesuai indikasi.[1-4]
Anamnesis
Manifestasi klinis polip nasal dapat berupa obstruksi nasal, umumnya terjadi secara bilateral. Pasien juga bisa mengeluhkan nyeri wajah, nasal drainage secara anterior atau posterior, hiposmia, sakit kepala, halitosis, lemas, batuk, disfonia, dan gangguan tidur.
Pada polip yang berukuran kecil, gejala bisa tidak ada dan polip ditemukan secara tidak sengaja saat pemeriksaan rinoskopi anterior. Apabila polip terletak di meatus medius, maka gejala dapat segera timbul walaupun ukuran polip kecil.
Selain menanyakan mengenai keluhan yang dialami, perlu juga ditanyakan mengenai faktor-faktor risiko atau penyakit penyerta yang mungkin dialami oleh pasien. Ini mencakup d, rhinitis alergi, ataupun fibrosis kistik.[1-3,12]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada polip nasal dimulai dari pemeriksaan awal menggunakan rinoskopi anterior. Pada pasien anak, dapat digunakan otoskop yang ditempatkan pada rongga hidung.
Pemeriksaan menggunakan rinoskopi dapat membantu pemeriksa untuk menilai inferior turbinate, septum anterior, serta area dari kavitas nasal yang meluas ke tepi anterior dari middle turbinate dan midportion septum. Meatus medius seringkali terlihat pada rinoskopi anterior, terutama jika tidak terdapat edema atau sekresi mukosa pada rongga hidung anterior.[1-3]
Selain itu, diperlukan evaluasi pada dinding posterior dari rongga mulut untuk melihat post nasal drainage yang umumnya terkait dengan sinusitis kronik. Polip yang berukuran besar pada rongga hidung juga dapat mengalami protrusi ke bagian orofaring posterior dari nasofaring sehingga menyebabkan lesi pada belakang palatum dan uvula ataupun menyebabkan palatum terdesak ke inferior dan anterior.
Selain pemeriksaan yang berfokus pada hidung, perlu dilakukan pemeriksaan lanjut pada bagian telinga, karena polip yang besar dan meluas dapat menyebabkan disfungsi tuba Eustachius dan menimbulkan tanda otitis media. Perlu juga dilakukan pemeriksaan fungsi saraf kranial dan struktur kraniofasial untuk mengidentifikasi ekspansi lesi hidung ke organ lain di sekitarnya.[4]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari polip nasal mencakup benda asing hidung dan papiloma sinonasal.[1-4]
Inverted Papilloma Sinonasal
Inverted Papilloma Sinonasal atau dikenal dengan istilah lain seperti papiloma sinonasal, papiloma epitelial, papiloma sel transisional, dan papiloma sel skuamosa, merupakan lesi jinak yang muncul dari permukaan mukosa dari saluran sinonasal. Manifestasi klinis menyerupai polip nasal seperti obstruksi nasal unilateral, disertai epistaksis, dan nasal discharge.
Meski demikian, kondisi ini dapat disertai dengan epifora dan nyeri pada bagian wajah. Pada pemeriksaan fisik, lesi ditemukan berwarna merah keabuan, batas iregular, friable, dan mudah berdarah apabila disentuh.[13]
Benda Asing
Benda asing pada hidung dapat memberikan manifestasi klinis serupa polip nasal, yaitu obstruksi nasal unilateral dan epistaksis. Benda asing pada hidung umumnya terjadi pada anak-anak. Diperlukan pemeriksaan penunjang nasoendoskopi untuk identifikasi dan ekstraksi benda asing. CT-Scan dapat dilakukan untuk mengetahui bentuk dan posisi benda asing secara jelas.[14]
Lesi Kongenital
Lesi kongenital yang menyerupai polip nasal, dapat berupa encephalocele atau concha bullosa. Manifestasi klinis dari encephalocele tergantung dari ukuran dan lokasi, sedangkan pada concha bullosa umumnya asimptomatik.[4,14]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada polip nasal ditujukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain endoskopi, pemeriksaan radiologi, dan biopsi.[2,14,15]
Pemeriksaan Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi dilakukan untuk konfirmasi adanya inflamasi dan visualisasi langsung polip nasal. Endoskopi dapat dilakukan menggunakan endoskopi fleksibel (umumnya digunakan pada anak-anak) atau kaku, terutama jika polip tidak terlihat dengan rinoskopi anterior.
Berdasarkan hasil endoskopi, dapat ditentukan derajat keparahan polip nasal, yakni:
- Derajat 0: Tidak terdapat polip
- Derajat 1: Polip berukuran kecil, terbatas hanya pada meatus medius, dan tidak mencapai batas inferior dari konka bagian tengah
- Derajat 2: Polip mencapai batas inferior dari konka bagian tengah
- Derajat 3: Polip berukuran besar, mencapai batas bawah dari konka inferior
- Derajat 4: Polip berukuran besar, dan menyebabkan obstruksi total dari rongga hidung[14,15]
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis polip nasal serta menentukan luasnya lesi di rongga hidung dan sinus. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan antara lain CT-Scan maksilofasial atau sinus secara aksial dan koronal, serta MRI jika dicurigai terdapat keterlibatan intrakranial atau ekstensi polip nasal.[4]
Biopsi
Biopsi dilakukan jika terdapat kecurigaan neoplasma, seperti adanya gejala polip unilateral, epistaksis, dan kakosmia, serta adanya gejala oftalmologi seperti displaced globe, penglihatan ganda, dan penurunan visus, ataupun tanda keterlibatan intrakranial. Pada pemeriksaan histologi, polip nasal akan menunjukkan gambaran epitel kolumnar pseudostratifikasi bersilia, infiltrasi sel eosinofil, dan penebalan pada membran basal epitel.[1-3]
Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto