Penatalaksanaan Polip Nasal
Penatalaksanaan polip nasal bertujuan untuk mengurangi ukuran polip, mengurangi gejala yang dialami, serta mencegah kekambuhan. Penatalaksanaan pada polip nasal dapat berupa terapi suportif, medikamentosa, dan pembedahan.[1-4,14]
Medikamentosa
Terapi medikamentosa dari polip nasal meliputi pemberian kortikosteroid intranasal atau sistemik, antihistamin oral, dan antibodi monoklonal.[1,14-16]
Kortikosteroid Intranasal
Kortikosteroid intranasal memberikan efek yang positif baik terhadap penyakit polip nasal maupun kualitas hidup pasien secara umum. Penggunaan kortikosteroid intranasal dapat mengurangi ukuran polip nasal yang berukuran kecil, dan efektif untuk menghentikan pertumbuhan kembali dari polip.[14,16]
Selain itu, kortikosteroid intranasal juga memiliki lebih sedikit efek merugikan dibandingkan dengan sediaan sistemik karena bioavailabilitasnya lebih rendah. Penggunaan jangka panjang cukup efektif dan aman untuk mengobati kondisi polip nasal, dan tidak menimbulkan peningkatan tekanan intraokular ataupun katarak. Meskipun demikian, efek samping ringan masih mungkin dapat timbul akibat penggunaan kortikosteroid intranasal, misal epistaksis.[1,14,16]
Pilihan kortikosteroid intranasal yakni triamcinolone, fluticasone propionate, mometasone, dan budesonide.[14,16]
- Fluticasone propionate drops 200 mcg diteteskan pada kedua lubang hidung secara perlahan, digunakan sebanyak 1-2 kali per hari, selama 4-6 minggu[17]
- Triamcinolone spray, dosis 220 mcg, disemprotkan 2 sprays pada masing-masing lubang hidung, digunakan sebanyak 1 kali per hari, apabila keluhan membaik maka dosis dapat diturunkan menjadi 1 spray pada masing-masing lubang hidung[18]
- Mometasone spray, dosis 100 mcg, disemprotkan 2 sprays pada masing-masing lubang hidung, digunakan sebanyak 1 kali per hari, digunakan selama 5-6 minggu[19]
- Budenoside spray, dosis 64 mcg/dosis, disemprotkan 1 spray pada masing-masing lubang hidung, digunakan sebanyak 1 kali per hari[20]
Kortikosteroid Sistemik
Kortikosteroid sistemik dapat diberikan secara oral dan memiliki efikasi yang tinggi dalam menurunkan gejala serta ukuran dari polip nasal. Pemberian kortikosteroid sistemik yakni dalam jangka pendek 7-20 hari, dan jenis steroid yang dapat digunakan yakni prednison dengan dosis 25-60 mg.
Penggunaan kortikosteroid sistemik jangka pendek cenderung aman, namun tetap berisiko menimbulkan efek samping. Efek samping yang dapat timbul yakni seperti insomnia, gangguan mood, dan gangguan saluran pencernaan.[14,16]
Antihistamin
Pemberian antihistamin pada pasien polip nasal dilatarbelakangi oleh adanya keterkaitannya dengan riwayat atopi atau alergi sebagai faktor risiko. Penggunaan antihistamin diharapkan dapat mengontrol alergi yang dialami.
Jenis antihistamin yang dapat diberikan yakni cetirizine 20 mg, diberikan per oral, sebanyak 1 kali per hari selama 3 bulan. Meski demikian, pemberian antihistamin tidak mengurangi ukuran polip.[16]
Antibodi Monoklonal
Beberapa studi melaporkan bahwa penggunaan antibodi monoklonal dalam penatalaksanaan polip nasal cukup efektif, terutama pada kasus polip refrakter. Beberapa pilihan terapinya antara lain dupilumab yang menghambat IL-4 dan IL-13, sehingga dapat mengurangi ukuran dan gejala polip. Selain itu, mepolizumab mampu menghambat aktivitas sitokin proeosinofilik interleukin 5, sehingga dapat mengurangi keperluan tindakan pembedahan.
Indikasi dari pemberian antibodi monoklonal yakni anosmia berat, gangguan kualitas hidup berat, memiliki penyakit penyerta berupa asma, perlu mendapatkan terapi kortikosteroid sistemik namun memiliki kontraindikasi dalam penggunaannya, memiliki inflamasi tipe II (eosinofilia >250 sel/µl, IgE dalam darah >100 IU/mL, atau eosinofil pada jaringan >10 HPF).[1-4]
Pembedahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan pada kasus polip nasal adalah polipektomi dan Functional Endoscopic Sinus Surgery (FESS). Indikasi dari tindakan pembedahan yakni apabila pasien mengalami kondisi refrakter atau polip tidak berhasil diterapi menggunakan pendekatan medikamentosa.
FESS saat ini merupakan tindakan yang efektif dalam meredakan gejala dan mengurangi tingkat rekurensi karena selain mengangkat polip juga membuka celah pada meatus medius yang merupakan lokasi tersering terjadinya polip nasal. Namun polipektomi sederhana dapat tetap dilakukan terutama pada kasus polip dengan jumlah sedikit atau terisolasi. [3,14,16]
Setelah tindakan pembedahan, direkomendasikan untuk memberikan antibiotik.
Doxycycline200 mg pada hari pertama, diikuti 100 mg 1 kali sehari selama 3-12 minggu
Clarithromycin250 mg 2 kali sehari selama 8-12 minggu
Azithromycin500 mg 3 kali sehari sampai dengan 12 minggu
Untuk mencegah pertumbuhan polip nasal kembali, dapat diberikan steroid topikal seperti fluticasone propionate dan mometasone.[1-4,14,16]
Terapi Suportif
Terapi suportif pada kasus polip nasal dapat berupa irigasi hidung. Meskipun irigasi hidung tidak dapat mengurangi ukuran polip nasal, namun irigasi hidung diduga bermanfaat dalam mengembalikan fungsi mukosa hidung melalui pembersihan krusta pada hidung, pembersihan mukus, meningkatkan aktivitas silia pada mukosa hidung, membuang antigen, biofilm, mediator inflamasi pada hidung, serta meningkatkan hidrasi pada mukosa hidung.
Cairan irigasi yang dapat digunakan yakni seperti cairan salin normal. Irigasi hidung dapat dilakukan selama 2-3 bulan,[14,16]
Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto