Etiologi Polip Nasal
Etiologi polip nasal belum diketahui pasti, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan infeksi dan inflamasi kronik pada rhinitis alergi, sinusitis kronik, dan asma. Terdapat beberapa faktor yang telah diidentifikasi mempengaruhi terjadinya polip nasal, antara lain faktor genetik, faktor biofilm, dan fungi.[2,6]
Faktor Genetik
Faktor genetik diduga memiliki peran dalam terjadinya polip nasal. Studi menemukan bahwa terdapat suatu hubungan antara alel human leukocyte antigen (HLA) dengan polip nasal, dimana terjadinya polip nasal meningkat 5,53 kali pada individu dengan haplotipe HLA-DQA1*0201-DQB1*0201.
Selain itu, penelitian juga menemukan adanya gen yang terlibat dalam perbaikan dan pemeliharaan inflamasi mukosa pada polip nasal, yakni Carbonic Anhydrase (CA). CA merupakan zinc metalloenzyme yang berperan dalam proses biologis sebagai epitel pengangkut cairan, termasuk transportasi ion dan air.
Penurunan ekspresi CA berkaitan dengan gangguan elektrolit dan transportasi air pada sel epitel, sehingga menyebabkan edema jaringan dan meningkatkan risiko terbentuknya polip nasal.[6]
Faktor Biofilm
Biofilm merupakan kumpulan mikroorganisme dalam matriks zat polimer ekstraseluler yang terdiri dari exopolysaccharides, asam nukleat, dan protein. Sifat struktural dari biofilm dan karakteristik sel sessile menghasilkan resistensi terhadap antimikroba, sehingga bakteri dalam biofilm dapat secara aktif memetabolisme dan menghasilkan endotoksin serta faktor virulensi lainnya, menyebabkan inflamasi kronik.[6]
Faktor Fungi
Partikel fungi (spora dan hifa) dikenali oleh individu yang sensitif sebagai antigen yang dapat memicu inflamasi oleh eosinofil dan major basic protein (MBP) pada mukosa sinonasal, sehingga terjadi kerusakan mukosa dan migrasi sel inflamasi lain. Aspergillus dan Alternaria merupakan spesies fungi yang sering terlibat dalam patogenesis polip nasal.[6]
Faktor Risiko
Polip nasal banyak ditemukan pada individu dengan penyakit saluran napas kronik. Ini mencakup asma, sinusitis kronis, rhinitis alergi, ataupun fibrosis kistik
Alergi
Nasal polip disebabkan oleh T-helper 2 (Th-2) cell driven eosinophilia dan inflamasi dari imunoglobulin-E (IgE) dengan kenaikan kadar interleukin 5 (IL-5), yang dimana reaksi-reaksi tersebut dipicu oleh reaksi alergi.[1,2,6,7]
Asma
Terdapat banyak studi mengenai klinis, epidemiologi, serta patofisiologi yang menunjukkan bahwa asma dan Chronic Rhinosinusitis with Nasal Polyps (CRSwNP) saling berkaitan dan muncul selalu bersamaan. Hal ini dilatarbelakangi dengan inflamasi upregulation sitokin tipe 2 seperti IL-4, IL-5, dan IL-13 dan pelepasan mediator imun Ig-E mediated pada mukosa nasal dengan saluran pernapasan bagian bawah yang saling berhubungan.[8]
Usia Lanjut
Berdasarkan studi, pasien berusia lanjut dengan rinosinusitis kronik memiliki faktor risiko lebih tinggi untuk mengalami polip nasal.[9]
Sensitivitas terhadap Aspirin
Anak-anak dari penderita asma bronkial dan sensitivitas terhadap aspirin lebih sering menderita polip nasal dan rhinosinusitis. Hal tersebut menunjukkan adanya peranan faktor genetik, di mana HLA A1/ B8 dilaporkan meningkatkan risiko polip nasal pada pasien asma bronkial dan sensitivitas terhadap aspirin.[3]
Faktor Genetik
Dalam suatu penelitian, didapatkan >50% pasien polip nasal memiliki riwayat keluarga positif. Selain itu, juga ditemukan adanya asosiasi antara gen HLA-A74, HLA-DR7-DQA1*0201, dan haplotype HLA-DR7-DQB1*0202 dengan kejadian polip nasal.[5]
Faktor Lainnya
Beberapa faktor risiko lainnya yang meningkatkan terjadinya polip nasal, antara lain kistik fibrosis, allergic fungal sinusitis, primary ciliary dyskinesia, Churg Strauss syndrome, young syndrome, serta nonallergic rhinitis with eosinophilia syndrome (NARES).[1-3]
Penulisan pertama oleh: dr. Karina Sutanto