Etiologi Tympanosclerosis
Etiologi tympanosclerosis masih belum diketahui dengan pasti hingga saat ini. Namun, teori yang diterima saat ini, tympanosclerosis berasal dari proses inflamasi berulang atau kronis di telinga tengah.[1]
Etiologi
Ketika inflamasi terjadi berulang atau berkepanjangan, terjadi perubahan irreversible berupa invasi fibroblas dan degenerasi hialin pada telinga tengah. Fibroblas akan menginfiltrasi lapisan fibrosa pada membran timpani, mukosa telinga tengah, dan/atau mukosa mastoid.[5,6]
Kejadian tersebut menginduksi hialinisasi, yaitu proses degeneratif pada jaringan ikat yang digantikan oleh material translusen. Hasilnya adalah jaringan ikat berkolagen yang tebal dan keruh. Jaringan ikat baru ini dapat mengalami osifikasi.[5,6]
Faktor Risiko
Tympanosclerosis sering ditemukan pada pasien dengan otitis media. Selain itu, faktor risiko lain adalah artefak pada telinga tengah, atherosclerosis, usia, dan peran genetik.
Otitis Media
Tympanosclerosis biasanya terjadi pada pasien dengan otitis media berulang atau kronis. Terdapat teori mengenai peran Helicobacter pylori dan Chlamydia pneumoniae dalam pembentukan tympanosclerosis. Namun, studi-studi mengenai hubungan ini menunjukkan hasil yang bervariasi, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.[1,8,9]
Artefak pada Telinga Tengah
Suatu studi pernah melaporkan hubungan antara pemasangan ventilation tube dan tympanosclerosis. Tympanosclerosis juga ditemukan lebih banyak pada pasien otitis media yang diterapi dengan pemasangan Grommet daripada parasentesis. Insiden tympanosclerosis juga lebih tinggi pada kasus dengan pemasangan ventilation tube berulang.[2,6]
Atherosclerosis
Tympanosclerosis diketahui memiliki faktor risiko yang identik dengan atherosclerosis. Beberapa literatur menunjukkan risiko tympanosclerosis meningkat apabila terdapat aterosklerosis, begitu pula sebaliknya.[10]
Lapisan intima-media pada arteri karotis interna yang lebih tebal ditemukan pada pasien tympanosclerosis. Pasien tympanosclerosis juga ditemukan memiliki tingkat homosistein, low-density lipoprotein (LDL), kolesterol, dan trigliserida lebih tinggi.[10]
Usia
Kelompok usia yang mengalami tympanosclerosis bervariasi di berbagai literatur. Asarkar, et al. melaporkan kelompok usia 16–30 tahun, sedangkan Sengupta, et al. menemukan kelompok usia 21–40 tahun sebagai kelompok usia yang paling sering mengalami tympanosclerosis.[1,6]
Genetik
Polimorfisme genetik diketahui memainkan peran dalam kejadian tympanosclerosis. Frekuensi GG yang lebih tinggi pada gen NOS2-227A>G ditemukan lebih tinggi pada pasien dengan tympanosclerosis. Polimorfisme ini diketahui memengaruhi enzim nitrat oksida sintetase, superoksida dismutase, dan katalase. Enzim-enzim tersebut mengatur kadar antioksidan yang memengaruhi kejadian tympanosclerosis.[11]
Tingginya variasi gen yang mengatur ekspresi kolagen tipe I, II, IV, dan osteopontin juga ditemukan secara signifikan pada pasien dengan tympanosclerosis.[12]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur