Penatalaksanaan Striktur Uretra
Pilihan penatalaksanaan untuk striktur uretra adalah dilatasi uretra, direct visual internal urethrotomy (DVIU), pemasangan stent uretra, dan uretroplasti. Penatalaksanaan yang dipilih harus disesuaikan dengan keparahan penyakit dan keinginan pasien. Apabila pasien tidak memiliki gejala yang mengganggu, intervensi tidak perlu dilakukan kecuali flow rate urine terhitung <5 mL/detik.[3,5]
Dilatasi Uretra
Dilatasi uretra dilakukan dengan menggunakan dilator uretra yang akan meregangkan dan merobek striktur. Robekan tersebut diharapkan akan mengalami penyembuhan dengan epitelisasi oleh mukosa yang sehat. Namun, jaringan robek tersebut juga dapat mengalami penyembuhan dengan pembentukan jaringan parut baru dan memperparah striktur yang sudah ada.[3,5]
Dilatasi uretra merupakan tindakan yang efektif untuk striktur yang bersifat superfisial. Tindakan ini tidak disarankan pada pasien balanitis xerotica obliterans karena dapat memperparah dan memperluas striktur ke arah proksimal. Beberapa penelitian menyarankan dilatasi balon untuk mengurangi efek traumatik dari dilatasi uretra. Dalam periode 3 tahun, angka rekurensi striktur uretra pascadilatasi adalah 65%.[3,5]
Direct Visual Internal Urethrotomy (DVIU)
DVIU dilakukan dengan membuat insisi transuretra untuk memperbesar kaliber uretra. Insisi ini diharapkan dapat mengalami penyembuhan sekunder yang baik. Jika terdapat spongiofibrosis, DVIU dapat menjadi pilihan penatalaksanaan. Tindakan ini paling ideal untuk striktur uretra pars bulbosa yang pendek (<1,5 cm). Angka rekurensi DVIU serupa dengan dilatasi uretra, yaitu 65% dalam 3 tahun.[3,5]
Ada berbagai penelitian tentang prosedur penunjang DVIU yang bisa meningkatkan efektivitas terapi. Injeksi mitomycin C pada daerah insisi terbukti dapat mengurangi risiko terbentuknya jaringan parut. Bukti lain menunjukkan bahwa injeksi triamcinolone pada daerah insisi juga dapat menurunkan risiko rekurensi striktur. Sementara itu, penelitian lain menunjukkan bahwa prosedur DVIU dengan laser holmium:YAG dapat mengurangi risiko rekurensi striktur.[3,5]
Pemasangan stent uretra juga dapat menjadi prosedur suplementasi pada DVIU. Pemasangan stent uretra sebaiknya dilakukan pada pasien dengan striktur uretra pars bulbosa yang berukuran <3 cm, pasien benign prostatic hyperplasia (BPH), dan pasien yang tidak memenuhi syarat untuk menjalani uretroplasti bulbar.[3,5]
Uretroplasti
Uretroplasti merupakan pilihan pembedahan yang paling optimal. Terdapat dua jenis uretroplasti, yaitu uretroplasti anastomosis dan substitusi. Uretroplasti anastomosis dilakukan dengan reseksi striktur dan anastomosis end-to-end. Tindakan ini paling cocok untuk striktur uretra pars bulbosa berukuran <2 cm. Apabila dilakukan pada striktur yang berukuran lebih panjang, kurvatura penis ke arah ventral dapat terjadi.[3,5]
Pada uretroplasti substitusi, dilakukan cangkok pada jaringan striktur. Pencangkokan dilakukan menggunakan graft yang diambil dari preputium, mukosa oral, atau kulit paha bagian atas. Mukosa oral merupakan graft yang lebih cocok daripada kulit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan mukosa lingual memiliki komplikasi yang lebih rendah daripada mukosa buccal.
Uretroplasti substitusi sebaiknya digunakan untuk striktur uretra pars pendularis atau striktur uretra pars bulbosa yang terlalu panjang untuk uretroplasti anastomosis.[3,9]