Diagnosis Striktur Uretra
Diagnosis striktur uretra bisa dimulai dengan anamnesis keluhan seperti pancaran urine yang lemah saat miksi, proses miksi tidak tuntas, dan ada peningkatan frekuensi miksi. Pada pemeriksaan fisik pria, scarring atau fibrosis uretra mungkin terpalpasi di penis. Pemeriksaan penunjang seperti uroflowmetri, uretroskopi atau sistoskopi, uretrografi, dan ultrasonografi juga bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis.[2,5]
Anamnesis
Keluhan yang paling sering muncul pada pasien striktur uretra adalah aliran urine melemah saat miksi dan miksi terasa tidak lampias. Gejala LUTS (lower urinary tract symptoms) lainnya juga dapat muncul. Evaluasi LUTS dapat dilakukan dengan menggunakan American Urological Association Symptom Index (AUA-SI).
Keluhan utama juga dapat disertai dengan gejala infeksi saluran kemih, peningkatan volume residual urin, serta penurunan kemampuan ejakulasi. Anamnesis pasien striktur uretra perlu berfokus pada riwayat instrumentasi atau pembedahan pada uretra, riwayat trauma genital, dan riwayat penyakit menular seksual.[2,5,9]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien pria, lakukan palpasi di sepanjang penis dan periksa apakah teraba jaringan parut. Lakukan juga pemeriksaan pada glans penis, meatus dan perineum pasien. Selain itu, pemeriksaan prostat juga perlu dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya benign prostatic hyperplasia (BPH), kanker prostat, atau prostatitis.[4,5]
Diagnosis Banding
Striktur uretra dapat menimbulkan gejala LUTS yang mirip dengan kondisi medis lain, seperti prostatitis, bladder outlet obstruction (BOO) akibat BPH, dan gangguan relaksasi sfingter uretra.
Bladder Outlet Obstruction
Bladder outlet obstruction (BOO) dapat disebabkan oleh BPH. Pada kasus BPH, dokter bisa menemukan gejala LUTS derajat sedang hingga berat, dengan International Prostate Symptom Score (IPSS) ≥8, pembesaran prostat ≥30 mL, dan aliran urine maksimal (Qmax) <15 mL/detik.[9,13]
Prostatitis
Prostatitis biasanya muncul dengan keluhan peningkatan frekuensi miksi, urgensi miksi, hematuria, dan nyeri perineum. Pemeriksaan penunjang dapat menunjukkan hasil urine keruh dan kadar prostate-specific antigen (PSA) yang tinggi.[3]
Gangguan Relaksasi Sfingter Uretra
Gangguan relaksasi sfingter uretra merupakan penyebab LUTS non-BOO yang sering ditemukan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh prostatitis kronis, hipertonisitas otot dasar panggul, neuropati, atau peningkatan sensitivitas vesika urinaria.
Pasien biasanya mengeluhkan aliran miksi terputus-putus, sulit memulai miksi, dan aliran urine lemah. Diagnosis dapat ditegakkan melalui uroflowmetri yang dikombinasi dengan pemeriksaan electromyography atau videourodynamic pressure flow.[3,13]
Pemeriksaan Penunjang
Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik, evaluasi selanjutnya dapat dilakukan dengan uroflowmetri. Lokasi, ukuran, dan kedalaman striktur uretra kemudian bisa dikonfirmasi dengan pemeriksaan sistoskopi/uretroskopi, ultrasonografi, uretrografi retrograde, dan voiding cystourethrography.[2,3,5]
Uroflowmetri
Uroflowmetri pada pasien striktur uretra bertujuan untuk menilai aliran urine di uretra. Aliran urine maksimal (Qmax) <15 mL/detik dapat dicurigai sebagai striktur uretra. Penyebab abnormalitas hasil uroflowmetri dapat dinilai dari bentuk kurva. Striktur uretra umumnya memiliki kurva berbentuk plateau pada titik Qmax.[3]
Sistoskopi atau Uretroskopi
Sistoskopi atau uretroskopi dapat bermanfaat untuk mengonfirmasi lokasi penyempitan lumen dengan visualisasi langsung. Prosedur ini relatif cepat dan mudah, serta dapat dilakukan dengan anestesi lokal. Namun, kekurangan prosedur ini adalah dokter tidak bisa menentukan panjang striktur, kedalaman striktur, dan kondisi uretra proksimal.[3,5]
Uretrografi Retrograde (RUG)
Keseluruhan panjang uretra dari awal hingga mencapai vesika urinaria dapat dievaluasi dengan uretrografi retrograde. RUG merupakan pemeriksaan baku emas untuk diagnosis striktur uretra. RUG terbagi menjadi dua tipe, yaitu statis dan dinamis.
Pada RUG statis, pengambilan foto dilakukan setelah injeksi kontras secara retrograde ke dalam uretra. RUG statis hanya memberikan informasi terkait uretra anterior, karena urine yang tertahan pada uretra posterior dapat masuk kembali ke dalam vesika urinaria setelah miksi. Kekurangan ini dapat diatasi dengan RUG dinamis, di mana pengambilan foto dilakukan selama injeksi kontras dan pasien berada dalam posisi 45 derajat oblik lateral.[3,5]
Voiding Cystourethrography (VCUG)
Pada kondisi tertentu, RUG dinamis tidak dapat memperlihatkan kelainan yang terjadi di arah proksimal dari segmen striktur uretra. Contohnya adalah pada kondisi tekanan tinggi vesicoureteral reflux (VUR) dan refluks ke dalam duktus ejakulatorius dan vesikula seminalis. Kombinasi RUG dan VCUG dapat memberikan gambaran terbaik dari keseluruhan uretra.[3,5]
Ultrasonografi Uretra
Ultrasonografi (USG) uretra berguna untuk memberikan informasi mengenai derajat spongiofibrosis dari striktur dan untuk membantu perencanaan pembedahan. Pada USG, spongiofibrosis terlihat sebagai massa anekoik ireguler di sekitar lumen uretra. Patologi periuretra seperti batu, abses, fistula, atau divertikula juga bisa terlihat dengan baik pada USG.[3,5]