Teknik Perawatan Luka pada Anak
Teknik perawatan luka pada anak diawali dengan wound assessment untuk mengidentifikasi luka, irigasi luka, pemberian anestesi jika diperlukan, debridement luka, penjahitan luka bila diperlukan, dan penutupan luka (dressing).[2,9,11]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum perawatan luka anak meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik keadaan umum, tanda vital, serta pemeriksaan lokalis terhadap luka. Pada anamnesis lakukan identifikasi faktor risiko yang dapat mempengaruhi tindakan dalam perawatan luka seperti adanya riwayat alergi, gangguan hemostasis, riwayat obat yang dikonsumsi, dan mekanisme terjadinya luka.[1-3]
Perlu juga dilakukan anamnesis mengenai ada atau tidaknya riwayat penyakit komorbid seperti diabetes melitus, malnutrisi, penyakit infeksi, anemia, dan keadaan immunocompromised pada anak yang dapat memperlambat penyembuhan luka. Riwayat vaksinasi tetanus juga perlu ditanyakan untuk menjadi pertimbangan dalam pemberian profilaksis tetanus pada luka jenis tertentu.[9,13,14]
Informed consent kepada wali pasien anak dan anak (bila usia anak telah dapat memahami penjelasan dokter) dapat dilakukan setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik selesai dilakukan. Informed consent harus berisikan informasi tentang tujuan, indikasi, kontraindikasi, dan prosedur dari tindakan perawatan luka yang akan dilakukan pada anak, serta komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan selesai dilakukan.[2,9,11]
Penilaian Luka
Sebelum dilakukan perawatan luka pada anak, perlu dilakukan penilaian luka terlebih dahulu untuk menentukan metode perawatan apa yang akan dilakukan.[2,3,6]
Deskripsi Luka:
Deskripsi luka umumnya meliputi jumlah luka (luka tunggal atau luka multipel) serta lokasi berdasarkan regio anatomi. Selain itu, lokasi luka juga dapat diklasifikasikan berdasarkan garis koordinat atau bagian tertentu tubuh. Bentuk luka juga dapat dianalisis pada deskripsi luka dengan menentukan bentuk luka sebelum dan sesudah tepi luka dirapatkan (bentuk teratur atau ireguler).[9,11,12]
Penilaian Sifat Luka:
Sifat luka dapat ditentukan dengan menilai garis batas luka, daerah di dalam garis batas luka, dan daerah di sekitar garis batas luka. Tabel di bawah ini menjelaskan mengenai komponen-komponen yang perlu diperhatikan pada penilaian sifat luka.[9,11,12]
Tabel 1. Komponen Penilaian Sifat Luka pada Perawatan Luka
Garis Batas Luka | Daerah Di Dalam Garis Batas Luka | Daerah Di Sekitar Garis Batas Luka |
Bentuk: teratur atau tidak | Tebing luka: rata atau tidak, dan terdiri dari jaringan viable atau non-viable | Apakah terdapat beberapa perubahan pada daerah di sekitar luka, seperti memar, jelaga, dan bekuan darah |
Tepi rata atau tidak, warna kulit pada tepi luka, kelembaban, dan kelenturan | Antara kedua tebing luka ada jembatan jaringan atau tidak | Penilaian kulit di sekitar luka: warna kulit, kelembaban, dan kelenturan. |
Sudut luka: ada atau tidak, jumlahnya berapa, bentuk sudut runcing tajam atau tumpul | Dasar luka: terdiri dari jaringan apa saja – lapisan adiposa, otot, atau tulang, adakah perubahan bentuk pada jaringan tersebut | |
Mengukur kedalaman luka. |
Sumber: dr.Eva Naomi, Alomedika, 2023.[9,11]
Penilaian Jaringan pada Luka:
Pada saat perawatan luka pada anak berlangsung, jaringan di sekitar luka maupun pada luka dapat dinilai keadaannya apakah nekrotik (non-viable). Bila jaringan nekrotik maka akan dilakukan debridement.
Jaringan nekrotik umumnya ditandai dengan warna kehitaman, dan tidak terdapat perdarahan apabila dilakukan eksisi pada jaringan nekrotik. Penilaian selanjutnya pada jaringan luka adalah ada atau tidaknya pembentukan jaringan granulasi, dan eksudasi yang disertai kolonisasi bakteri.[9,11,12]
Peralatan
Beberapa peralatan khusus diperlukan untuk irigasi luka, pemberian anestesi (jika diperlukan), debridement luka, penjahitan luka (bila diperlukan), dan penutupan luka (dressing).
Peralatan untuk irigasi luka adalah:
Disposable needle ukuran 19 G
Syringe 20 – 50 cc
Cairan normal salin (sebanyak 250 cc)
- Sarung tangan steril
- Cairan povidone iodine 10%[2,7,9]
Peralatan untuk anestesi lokal adalah:
Lidocaine 1%
Disposable needle ukuran 27 G
Syringe 2,5 cc[2,9,11]
Peralatan untuk debridement luka adalah:
- Pinset chirurgis
- Gunting debridement, gunting jaringan, gunting mayo
- Kom
- Nierbeken
- Kassa steril
- Sarung tangan steril
- Cairan povidone iodine 10%
- Kain duk lubang steril[2,11,17,18]
Peralatan untuk penjahitan (hecting) adalah:
Hecting set: needle holder, pinset anatomi, gunting mayo atau gunting metzenbaum, retractor, scalpel untuk diseksi, benang jahit, dan needle.
- Kassa steril
- Kain duk lubang steril[2,9,15]
Jenis Benang Jahit
Benang yang terserap oleh tubuh (absorbable) terbuat dari bahan yang umumnya tidak menimbulkan reaksi jaringan. Benang absorbable contohnya adalah plain cat gut dan chromic cat gut.
Benang yang tidak terserap oleh tubuh (non-absorbable) terbuat dari bahan biologis dan sintetis. Contohnya adalah silk dan prolene.
Ukuran benang pada jahitan kulit:
- Kulit kepala: 4.0 hingga 5.0
- Kelopak mata: 6.0 hingga 7.0
- Wajah: 5.0 hingga 6.0
- Leher: 4.0 hingga 5.0
- Tubuh: 2.0 hingga 4.0
- Ekstremitas: 3.0 hingga 5.0
- Tangan dan kaki: 4.0 hingga 5.0
- Telapak kaki: 0 hingga 4.0[2,9]
Peralatan Skin Adhesive dan Stapler
Terdapat berbagai jenis produk skin adhesive, tetapi yang paling umum digunakan pada pasien pediatrik adalah skin adhesive glue seperti octylcyanoacrylate dan N-2-butil-sianoakrilat. Terdapat pula berbagai jenis stapler untuk kulit, seperti Visistat Skin Stapler.[2,9,11]
Peralatan Dressing
Terdapat berbagai jenis material penutup luka (dressing) yang dapat menjadi pilihan dalam perawatan luka pada anak. Tabel di bawah mendeskripsikan indikasi dan jenis-jenis dari material penutup luka (dressing).[14,16]
Tabel 1. Jenis dan Pemilihan Dressing
Primary Dressing | ||||
Jenis dressing | Mekanisme dressing | Kegunaan | Durasi, follow up, keterangan lain | |
Alginate | Menyerap cairan | Manajemen kelembaban untuk luka dengan eksudat sedang-tinggi | Ganti dressing setiap 1-7 hari disesuaikan dengan banyaknya eksudat. | |
Debridement autolitik | Untuk mengisi luka yang berbentuk ireguler | Hentikan penggunaan setelah dasar luka kering | ||
Mengontrol kelembaban | Pilihan ideal untuk luka dengan perdarahan karena bersifat hemostatik | |||
Menyesuaikan bentuk dengan dasar luka | ||||
Hidrogel | Luka kering (dry or low to moderately exuding wounds) | Memberi kelembaban untuk luka dengan eksudat rendah-sedang | Dressing diganti setiap 3-7 hari bergantung pada banyaknya eksudat | |
Digunakan pada luka kering/nekrotik karena dapat menghidrasi dasar luka dan mendorong debridement autolitik | ||||
Silver dressing | Berperan sebagai antimikroba spektrum luas terutama pada luka dengan tanda klinis infeksi | Mengurangi / mengatasi luka yang terinfeksi
| Dapat digunakan selama 7 hari | |
Sebaiknya hanya digunakan selama 2-3 minggu | ||||
Medical honey | Rehidrasi dasar luka | Untuk luka yang terinfeksi, terkontaminasi, atau luka yang berbau tidak sedap. | Terus digunakan sampai eksudatnya sedikit | |
Mendukung terjadinya debridement autolitik | ||||
Bertindak sebagai antimikroba | ||||
Merupakan bahan alergi (known sensitivity) | ||||
Dapat menimbulkan efek "drawing" pain osmotic | ||||
Impregnated gauze | Memproteksi dasar luka, namun tidak menyerap eksudat. | Mencegah trauma baru pada luka (terutama saat melepaskan dressing) | Dapat digunakan hingga 14 hari | |
Sering digunakan pada luka ortopedi | ||||
Secondary Dressing | ||||
Jenis Dressing | Mekanisme Dressing | Kegunaan | Durasi, follow up, keterangan lain | |
Fabric Tape | Menutup luka dan bersifat sebagai pendukung primary dressing | Dapat digunakan sebagai primary dressing maupun secondary dressing | Pembalut permeabel tetapi dapat dicuci dan dikeringkan | |
Sesuai dengan fisiologi integumen dan mampu mengontrol edema pada luka | ||||
Absorbent/ Protective pad |
Memberikan perlindungan untuk eksudat sedang | Dapat melekat pada dasar luka dan menyebabkan trauma saat pengangkatan | Pertimbangkan untuk menggunakan balutan atraumatik terlebih dahulu | |
Tape | Menutup luka dan bersifat sebagai pendukung primary dressing | Melindungi luka dari kontaminasi debris atau kotoran lain | Bahan tidak bersifat alergi | |
Tubular bandage | Menutup luka dan bersifat sebagai pendukung primary dressing | Memberikan perlindungan dan kompresi terhadap luka | - | |
Bandage | Menutup luka dan bersifat sebagai pendukung primary dressing | Memberikan bantalan dan perlindungan ekstra terhadap luka. | - |
Sumber: dr. Eva Naomi, Alomedika, 2023.[14,16]
Posisi Pasien
Posisi pasien disesuaikan dengan letak luka. Pada tindakan debridement ataupun penjahitan dalam perawatan luka, sebaiknya posisi anak diatur senyaman dan seaman mungkin. Pastikan anak dalam kondisi yang tenang, sehingga memungkinkan tindakan berlangsung dengan baik.[2,9,12]
Pemilihan Metode Perawatan Luka pada Anak
Metode perawatan luka pada anak umumnya meliputi irigasi luka, debridement, pengendalian infeksi, pengelolaan eksudat, penjahitan luka, dan dressing atau penggunaan material penutup luka.[9,13-15]
Irigasi Luka
Irigasi luka merupakan suatu proses untuk membersihkan luka dari debris dan benda asing. Meskipun tidak semua luka perlu dibersihkan, namun pembersihan luka penting karena dapat membantu pengelolaan microbial load, memungkinkan visualisasi jaringan luka yang lebih baik, dan membantu menyiapkan dasar luka untuk perawatan lebih lanjut dan penerapan dressing (penutupan luka).[2,7,8]
Saat melakukan irigasi luka pada anak, tetap patuhi prinsip pencegahan standar pengendalian infeksi. Untuk menghindari kerusakan pada dasar luka dan kulit sekitar luka, jangan melakukan irigasi luka dengan tekanan tinggi, dan untuk kenyamanan pasien anak sebaiknya larutan irigasi luka harus sesuai dengan suhu tubuh.[2,7-9]
Gambar 1. Flowchart Pembersihan Luka pada Anak
Sumber: dr. Eva Naomi, Alomedika, 2023.[2,7,9]
Debridement
Indikasi perawatan luka dengan debridement adalah luka kronis, luka akut, maupun luka dengan infeksi yang memiliki jaringan nekrotik ataupun jaringan yang terkontaminasi. Debridement bertujuan untuk mengeksisi luka sampai mencapai jaringan yang normal dan vaskularisasi yang baik.[2,9-12]
Debridement autolitik maupun mekanis menjadi pilihan yang tepat dalam perawatan luka pada anak. Debridement autolitik menggunakan enzim tubuh dan cairan alami untuk melembutkan jaringan nekrotik. Prosedur ini cocok untuk luka yang tidak mengalami infeksi. Sementara itu, debridement mekanis merupakan tindakan membuang jaringan nekrosis dengan bantuan gunting debridement (gunting jaringan).[9-12]
Pengendalian Infeksi
Luka yang terkontaminasi ataupun luka yang tidak ditangani dengan baik dengan durasi waktu emas yang terlewati (> 12 jam) memerlukan terapi antibiotik baik secara topikal maupun oral. Gentamicin dapat menjadi antibiotik topikal pengendalian infeksi pada luka pasien anak. Sementara itu, metronidazole dapat menjadi pilihan antibiotik oral pengendalian infeksi pada luka pasien anak dengan dosis 7,5 mg/kgBB, 4 kali sehari selama 7-10 hari.[2-4,9]
Pemberian profilaksis tetanus dapat dilakukan pada kondisi luka terbuka, fraktur terbuka, luka gigitan binatang (vulnus morsum), dan luka yang terkontaminasi dengan tanah, debu, serta kotoran hewan. [11-14]
Pengelolaan Eksudat
Pasien anak pada umumnya memiliki kulit yang imatur dan lebih rapuh dibandingkan pasien dewasa, sehingga menyebabkan risiko tinggi untuk terjadi skin blistering and striping pada luka. Apabila tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan adanya eksudat.[13,14,16]
Pengelolaan eksudat diindikasikan pada semua jenis luka baik pada luka kronis maupun akut dengan infeksi dan adanya eksudat. Pengelolaan eksudat dapat dilakukan dengan perawatan luka bertekanan negatif (negative pressure wound therapy / NPWT).
NPWT merupakan perawatan luka yang disertai eksudat dengan menggunakan tekanan negatif pada luka yang ditutup dengan busa atau kassa. Ini dilakukan untuk membantu drainase luka, mengurangi edema dan bioburden mikroorganisme, serta meningkatkan perfusi luka dan pembentukan granulasi. NPWT juga dapat melepaskan slough dan jaringan nekrotik sehingga membantu proses debridement.[13,14]
Penjahitan Luka
Penjahitan luka biasanya dilakukan pada luka laserasi dengan ukuran >5 cm, luka pada bagian dermis, dan luka yang berada di regio yang sering terjadi fleksi maupun ekstensi. Penjahitan luka pada perawatan luka pasien anak meliputi simple interrupted suture, jahitan jelujur (continuous suture), jahitan matras (matras vertikal atau matras horizontal), dan jahitan subkutikuler.[2,3,9-12]
Simple interrupted suture merupakan teknik penjahitan luka yang aman karena kegagalan pada satu jahitan tidak mempengaruhi jahitan lainnya dan apabila terjadi infeksi, cukup dilakukan pelepasan jahitan di tempat yang terinfeksi. Di sisi lain, jahitan jelujur (continuous suture) menggunakan satu benang untuk seluruh panjang luka sehingga proses penjahitan berlangsung lebih cepat.
Jahitan subkutikuler menyebabkan benang jahit tidak terlihat, sehingga dari segi kosmetik akan terlihat lebih rapi. Namun metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama dan jahitan yang lebih kompleks.[9,12,13]
Tabel 2. Metode Penjahitan Luka dan Indikasinya
Simple interrupted suture | Jahitan jelujur (continuous suture) | Jahitan matras | Jahitan subkutikuler |
Semua jenis luka akut (termasuk luka laserasi yang cukup dalam hingga lapisan dermis) | Semua jenis luka akut (termasuk luka laserasi yang cukup dalam hingga lapisan dermis)
| Matras vertikal: Luka dengan tepi luka yang sulit dieversi, terutama luka yang terdapat pada regio belakang leher ataupun regio tubuh lainnya yang memiliki permukaan konkaf, yang menyebabkan tepi luka mengalami inversi | Jenis luka dengan luas dead space yang sedikit. |
Luka yang tidak terkontaminasi | Luka yang tidak terkontaminasi | Matras horizontal: Luka yang memerlukan kekuatan tension yang tinggi atau luka dengan pelebaran skar dan risiko tinggi terjadinya dehisensi. | Jenis luka yang membutuhkan tensile strength minimal. |
Luka yang memiliki ujung luka | Luka yang memiliki ujung luka |
Sumber: dr.Eva Naomi, Alomedika, 2023.[2,9]
Alternatif penyatuan jaringan yang mengalami luka pada pasien anak selain penjahitan adalah metode skin adhesive glue serta metode stapler. Metode stapler diindikasikan pada luka minor dan luka laserasi linear di regio scalp. Metode stapler memiliki keunggulan yaitu mudah diaplikasikan bila dibandingkan dengan tindakan penjahitan luka.
Selain itu, metode stapler juga menghasilkan ketegangan luka yang merata dan konstan serta bentuk penutupan jaringan yang reguler. Skin adhesive glue memiliki keunggulan penyatuan jaringan luka yang lebih cepat dan tidak invasif, namun juga memiliki kekurangan seperti penyembuhan luka yang tertunda, hasil kosmetik yang buruk, serta kemungkinan infeksi.[2,9]
Dressing
Dressing merupakan penutupan luka dengan material penutup luka untuk mendukung proses penyembuhan luka dengan menciptakan lingkungan yang ideal untuk luka, menyerap eksudat, melindungi luka dari infeksi bakteri, mereduksi edema, dan mengeliminasi death space.[1-4]
Pemilihan dressing pada anak harus mengoptimalkan lingkungan untuk penyembuhan luka yang ideal, mencegah infeksi, meminimalkan rasa sakit serta trauma, dan harus didasarkan pada fase penyembuhan luka, lokasi luka, jumlah eksudat, jenis jaringan, usia anak dan tanda kolonisasi luka.[10,11]
Terdapat berbagai macam material dressing luka yang diklasifikasikan menjadi dua jenis dressing yaitu:
Primary dressing yang berkontak langsung dengan luka dan memiliki kemampuan untuk retensi kelembaban serta mereduksi bioburden mikroorganisme
Secondary dressing yang melengkapi balutan primer dan mendukung kulit di sekitar luka[10,11,16]
Material penutup luka (dressing) seperti alginate diindikasikan pada luka dengan bentuk ireguler yang disertai dengan perdarahan, sementara hydrogel diindikasikan pada luka dengan jaringan yang nekrosis. Silicone foam dapat digunakan pada luka yang disertai dengan infeksi.[11,16]
Pertimbangan Pemilihan Dressing Luka pada Anak:
Memilih dressing luka pada anak perlu mengevaluasi ukuran dan iritan pada luka. Banyak dressing tersedia dalam ukuran yang sesuai untuk pasien dewasa. Untuk itu, pilihlah jenis dressing yang dapat dipotong sesuai ukuran luka anak. Dokter harus memastikan bahwa pemotongan dressing tidak mengurangi efikasi produk atau menimbulkan deposit kotoran pada luka.
Anak memiliki kulit yang lebih sensitif terhadap bahan iritan pada produk dressing seperti bahan yang aromatik, alkohol, iodin, dan lanolin. Penghilang perekat berbahan dasar alkohol (alcohol-based adhesive removers) sebaiknya harus dihindari pada pasien anak, terutama usia < 6 bulan karena dapat menyebabkan luka bakar kimiawi pada luka. Sebaiknya gunakan perekat berbahan dasar non-alkohol dan lapisan pelindung luka (barrier films) pada perawatan luka pasien anak.[1]
Prosedural
Prosedur perawatan luka pada anak terbagi menjadi beberapa bagian seperti penggunaan alat pelindung diri untuk dokter, irigasi luka, anestesi lokal, penjahitan, dan penutupan luka dengan dressing.[2,9,11]
Penggunaan Alat Pelindung Diri
Dokter yang melakukan perawatan luka pada anak, harus terlebih dahulu melakukan tindakan asepsis dan antisepsis. Melakukan cuci tangan sesuai dengan langkah yang ditentukan dan penggunaan sarung tangan steril sebelum memulai tindakan sangat diperlukan. Dokter dapat menggunakan apron, masker, dan kacamata pelindung bila diperlukan.[9,11]
Prosedur Irigasi Luka
Irigasi luka dapat dilakukan dalam perawatan luka pada anak sesuai dengan indikasinya, dengan prosedur sebagai berikut:
- Masukkan cairan normal salin ke dalam syringe
- Lakukan irigasi luka secara menyeluruh pada semua daerah luka dengan lembut dan tekanan yang halus. Irigasi dapat dilakukan selama minimal 10 menit
- Setelah irigasi pastikan kembali bahwa sudah tidak terdapat debris, benda asing, maupun kotoran lainnya pada daerah luka
- Untuk kasus dengan luka yang kotor, dapat digunakan gunting diseksi, scalpel, maupun pinset anatomi untuk membuang benda asing yang menempel pada jaringan luka, dan lakukan irigasi kembali
- Setelah irigasi luka selesai dilakukan, bersihkan luka pasien dengan kassa steril yang telah dicelup ke dalam larutan povidone iodine 10% dengan cara mengusap luka secara halus dari dalam luka hingga ke regio sekitar luka, untuk mencegah kontaminasi
- Persempit lapang luka dengan kain duk lubang steril untuk memudahkan tindakan dan identifikasi ulang penilaian luka setelah prosedur asepsis dan antisepsis berlangsung[2,7,9]
Prosedur Anestesi Lokal
Anestesi lokal dilakukan dengan cara:
- Mengisi spuit 2,5 cc dengan larutan lidocaine 1%
- Lakukan penyuntikan pada daerah luka dan daerah batas luka dengan melakukan aspirasi terlebih dahulu, kemudian masukkan lidocaine dengan teknik infiltrasi
- Tunggu 2-3 menit atau sampai pasien merasakan adanya kebas atau efek anestesi sudah terjadi
- Sebaiknya pada pasien anak lakukan pengecekan ulang efek dari anestesi lokal dengan melakukan penjepitan pada daerah luka atau sekitar luka dengan pinset dan perhatikan ekspresi wajah pasien anak untuk memastikan apakah pasien sudah teranestesi atau belum[2,9]
Prosedur Debridement
Debridement dilakukan dengan cara:
- Lakukan prosedur irigasi luka terlebih dahulu
- Bersihkan luka dari jaringan nekrotik dan pus dengan pinset chirurgis, gunting debridement, serta kassa steril
- Jaringan nekrotik maupun kassa bekas membersihkan pus sebaiknya diletakkan ke dalam nierbeken untuk mencegah kontaminasi pada luka yang telah dibersihkan dan dilakukan debridement[9,17,18]
Prosedur Penjahitan
Setelah dilakukan prosedur irigasi luka dan anestesi lokal, penjahitan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik penjahitan.[2,9,11]
Teknik jahitan simple interrupted:
- Jahitan pertama dibuat di salah satu ujung luka
- Selanjutnya, jahitan kedua berjarak ± 0,5–1 cm dari tepi luka, tepi jaringan sebaiknya dipegang dengan pinset untuk membantu penetrasi jarum ke dalam tepi luka
- Penetrasi jarum harus tegak lurus dengan permukaan kulit, lakukan gerakan rotasi lengan bawah disertai dorongan pada needle holder. Penetrasi jarum hingga mencapai pertengahan lengkung, lalu ambil jarum dengan pinset
- Ulangi hal yang sama pada tepi luka yang lain, dimulai dari bagian luka dan diarahkan ke permukaan kulit
- Setelahnya, tarik benang jahit dan sisakan 3 cm dari needle bite (ujung jarum) untuk membentuk simpul[2,9,11]
Teknik jahitan matras vertikal:
- Penetrasi jarum melalui needle bite yang pertama, berjarak 1 cm dari tepi luka
- Keluarkan needle bite kedua pada sisi tepi luka yang berlawan (prinsip far to far), berjarak 1 cm dari tepi luka
- Tusukkan jarum pada needle bite ketiga yang berada pada sisi yang sama di mana jarum keluar 1-2 mm dari tepi luka
- Tembuskan jarum hingga melintasi bagian dalam luka, lalu keluarkan needle bite keempat pada sisi berseberangan, berjarak 1-2 mm dari tepi luka (prinsip near to near)
- Lakukan pembuatan simpul dan letakkan simpul sejauh mungkin dari tepi luka[2,9,11]
Teknik jahitan matras horizontal:
- Buat jahitan pertama menyerupai jahitan simple interrupted, namun tidak segera dalam membuat simpul, melainkan lakukan manuver ulangan menembus tepi luka pada sisi yang sama di tepi luka jarum atau benang yang keluar dengan jarak ± 0,5 – 1 cm
- Benang akan melintasi permukaan kulit, sejajar dengan garis luka
- Setelah menembus tepi luka berlawanan, lakukan pembuatan simpul[2,9,11]
Prosedur Skin Adhesive
Apabila tindakan penjahitan tidak memungkinkan untuk dilakukan, skin adhesive dengan skin glue dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut;
- Siapkan luka dengan prosedur irigasi luka (bila diperlukan) atau tindakan asepsis dan antisepsis luka
- Gunakan anestesi topikal sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku
Appose tepi luka
- Sebaiknya sebelum memulai prosedur, terlebih dahulu pahami petunjuk yang terdapat pada produk skin glue
- Pegang aplikator skin glue seperti memegang pinset dan lakukan penekanan pada pint ball aplikator skin glue. Gosok perekat (skin glue) dengan lembut di atas laserasi
- Hindari mendorong perekat ke dalam luka
- Terapkan tiga lapis perekat
- Diamkan sekitar 1 menit
- Kemudian periksa laserasi yang telah direkatkan oleh skin glue dengan cara mempalpasi daerah tersebut dengan lembut untuk memastikan bahwa tidak terdapat renggangan[9,11]
Prosedur Dressing Luka
Aplikasi dressing luka dilakukan dengan cara:
- Menutup luka dengan kassa steril (yaitu primary dressing yang telah dipilih sesuai dengan indikasi)
- Memfiksasi primary dressing dengan secondary dressing (seperti tape maupun bandage)[2,9]
Follow Up
Perawatan luka yang dengan tindakan penjahitan memerlukan kunjungan kembali untuk memeriksa luka setidaknya 3 hari setelah penjahitan. Untuk melepas jahitan pada regio fasial dan kulit kepala dapat dilakukan pada hari ke-5 setelah tindakan penjahitan. Sementara, pada ekstremitas, pelepasan benang jahit dapat dilakukan 7-10 hari setelah tindakan penjahitan.
Penggantian perban dapat dilakukan sesuai indikasi dari dressing yang diaplikasikan pada pasien. Namun, apabila dressing luar basah atau kotor sebaiknya segera lakukan penggantian perban atau dressing.[9,11]