Edukasi Pasien Pembuatan Visum Kasus Kekerasan Seksual pada Anak
Edukasi pasien pada pembuatan visum kasus kekerasan seksual pada anak penting demi meningkatkan aspek kooperatif dari korban dan menghindari trauma lebih lanjut pada mental korban. Dokter harus selalu melaksanakan pemeriksaan dengan sensitif dan hati-hati, serta menggunakan kata-kata yang sopan dan lembut.[1-4]
Permintaan dan Hasil Visum
Bila korban datang dengan polisi atau sudah membawa surat permintaan visum, maka edukasikan mengenai tahapan pemeriksaan kepada korban. Jelaskan bahwa visum akan dibuat setelah seluruh rangkaian pemeriksaan selesai dilakukan dan hasilnya akan diserahkan kepada polisi dan bukan diserahkan kepada korban ataupun keluarganya.
Apabila korban kekerasan seksual anak datang tanpa membawa surat permintaan visum atau belum melapor kepada polisi sebelumnya, jelaskan bahwa dokter tetap akan melakukan pemeriksaan dan mengamankan seluruh barang bukti serta mencatat semuanya dengan lengkap di dalam rekam medis. Meski demikian, edukasi korban dan walinya bahwa surat permintaan visum dari polisi diperlukan agar visum dapat dikeluarkan.
Apabila korban dan walinya tidak mau melapor, maka perlu dijelaskan bahwa tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk melaporkan setiap dugaan kekerasan terhadap anak kepada kepolisian setempat.[1,13]
Tindak Lanjut
Selanjutnya, jelaskan pada pasien mengenai penanganan lanjutan yang diperlukan, misalnya jika pasien ada luka maka akan diberikan terapi rawat luka. Jelaskan juga pentingnya profilaksis HIV pasca pajanan sebagai langkah pencegahan. Jelaskan pula pentingnya pengulangan pemeriksaan terkait infeksi HIV, hepatitis B, maupun hepatitis C jika status HIV dan hepatitis pasien tidak diketahui.
Pada korban anak perempuan usia reproduksi, jelaskan bahwa tes kehamilan perlu dilakukan. Selain itu, kontrasepsi darurat akan diberikan jika ada indikasi.[10-12]