Indikasi Biopsi Hati
Indikasi biopsi hati terbagi menjadi tiga kategori, yakni untuk penegakan diagnosis, penentuan prognosis, maupun penentuan keputusan terapi pada berbagai penyakit pada hepar.[1,4]
Indikasi untuk Menegakkan Diagnosis
Meskipun tes laboratorium yang spesifik dan akurat sudah banyak digunakan untuk menentukan diagnosis, biopsi hati tetap memegang peranan penting dalam penegakan diagnosis pada kondisi medis tertentu, misalnya pada beberapa kasus yang rancu. Seringkali, kedua metode ini digunakan bersamaan demi meningkatkan keakuratan diagnosis.
Sebagai contoh, biopsi hati dapat membedakan hepatitis autoimun dengan steatohepatitis non-alkoholik (NASH) pada pasien dengan obesitas disertai tes fungsi hepar yang abnormal dan positif serologi autoimun. Biopsi hati juga membantu membedakan sindrom dengan gejala yang saling tumpang tindih seperti pada hepatitis autoimun dengan primary biliary cholangitis.
Biopsi juga bisa menegakkan diagnosis beberapa penyakit lain, yaitu:
- Fatty liver
Sirosis hepatis: ditandai dengan adanya skar pada jaringan hepar
- Hemokromatosis: adanya penumpukan zat besi pada tubuh, yang bisa menyebabkan cedera hepar
Wilson's disease: penyakit herediter langka di mana terjadi penumpukan tembaga
Primary sclerosing cholangitis (PSC)
Granulomatous liver diseases, seperti sarcoidosis dan tuberkulosis[1,2]
Indikasi untuk Menilai Prognosis
Fungsi lain dari biopsi hati adalah untuk memperkirakan keparahan suatu penyakit, terutama fibrosis, yang mana merupakan prekursor sirosis hepatis. Sirosis hepatis dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti hipertensi portal serta morbiditas dan mortalitas terkait hepar lainnya.
Pada hepatitis C, biopsi dapat menentukan ada tidaknya fibrosis hepar yang merupakan prediktor prognosis pasien. Progresivitas fibrosis berkaitan dengan kemungkinan menderita hepatitis C kronis. Pada penyakit hemokromatosis, biopsi bisa menunjukkan fibrosis atau sirosis yang dapat memprediksi risiko mengalami kanker hepatoselular.[1]
Indikasi untuk Menentukan Terapi
Biopsi hati berperan penting pada pasien hepatitis autoimun yang sedang diterapi dengan steroid dan imunomodulator. Apabila ditemukan adanya penyakit yang aktif secara histologis, maka berkaitan erat dengan risiko kekambuhan yang tinggi jika pengobatan dihentikan.[1]
Penulisan pertama oleh: dr. Bianda Dwida