Teknik Gastroskopi
Teknik gastroskopi atau gastroscopy dilakukan setelah pasien puasa air putih minimal 2 jam dan puasa makanan minimal 6 jam. Pasien biasanya diberikan sedasi sadar dan diposisikan secara left lateral decubitus. Endoskop fleksibel dimasukkan mulai dari mulut ke esofagus, gaster, hingga duodenum pars desenden.[1,3]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien dimulai dari pemberian informasi mengenai langkah prosedur yang dilakukan, indikasi kenapa prosedur tersebut harus dilakukan, risiko yang menyertainya, serta kemungkinan komplikasi dan manajemen komplikasi tersebut. Selanjutnya, bila pasien telah mengerti, dokter meminta informed consent.[1,7]
Pasien perlu diminta berpuasa air putih minimal 2 jam sebelum prosedur dan berpuasa makanan ringan minimal 6 jam sebelum prosedur. Pada kondisi khusus seperti kondisi gawat darurat, pengosongan lambung sulit dilakukan. Dalam situasi ini, dokter perlu mempertimbangkan risiko aspirasi pulmonal, perlu tidaknya intubasi endotrakeal untuk melindungi jalan napas, dan perlu tidaknya penundaan prosedur.
Obat-obatan yang rutin dikonsumsi oleh pasien umumnya tidak perlu dihentikan dan dapat dikonsumsi dengan sedikit air sebelum prosedur gastroskopi dilakukan. Namun, waktu pemberian obat-obat diabetes mellitus harus disesuaikan karena puasa pasien dapat meningkatkan risiko hipoglikemia.[1,3,7-9]
Sedasi sadar dengan obat intravena seperti propofol, benzodiazepine (midazolam atau diazepam), atau opioid (meperidine atau fentanyl) umumnya diperlukan. Beberapa klinisi hanya menggunakan anestesi topikal, tetapi pasien mungkin akan merasa kurang nyaman dan prosedur mungkin akan lebih sulit dilakukan. Anestesi umum bisa diberikan bila sedasi sadar dinilai akan tidak efektif untuk pasien atau bila pasien sangat tidak kooperatif.
Sebelum memberikan anestesi, dokter harus menghitung skor ASA (American Society of Anesthesiologists). Alat-alat pengukur tekanan darah, denyut jantung, dan pulse oximetry harus disiapkan untuk pasien yang akan disedasi atau dianestesi.[1,3,7-9]
Pasien bisa diberikan obat-obat pramedikasi seperti simethicone atau N-acetylcysteine yang bertujuan untuk meningkatkan visualisasi esofagus dan gaster. Keputusan tentang manajemen agen antitrombotik dan perlu tidaknya pemberian antibiotik profilaksis pada pasien berisiko bisa mengacu pada pedoman American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE).[1,3,7]
Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk gastroskopi adalah gastroskop. Gastroskop standar yang dipakai pada pasien dewasa adalah yang berdiameter 10 mm dengan kanal instrumen 2–3 mm atau biasanya 2,8 mm. Sementara itu, pada pasien anak dengan berat badan <10 kg, diameter endoskop yang digunakan <6 mm. Gastroskop dengan kanal instrumen berukuran besar (diameter 3,8–4,2 mm) dipilih pada kasus perdarahan gastrointestinal bagian atas berat yang bersifat akut.[1,3]
Aksesori tambahan seperti probe electrocauter, forcep untuk biopsi sampel jaringan, forcep gigi tikus, forcep alligator, jaring pengambil, dan jerat polipektomi juga harus tersedia sesuai dengan kebutuhan prosedur yang akan dilakukan.[1,3]
Posisi Pasien
Pasien diposisikan left lateral decubitus saat menjalani gastroskopi. Namun, bila pasien sulit berbaring dalam posisi tersebut (contohnya pada kasus hemiplegia, kuadriplegia, atau trakeotomi) posisi supine dapat menjadi pilihan.[2,3]
Pasien harus memakai pakaian yang nyaman dan mudah untuk diregangkan, karena abdomen perlu didilatasikan dengan injeksi udara ke dalam lumen agar pemeriksaan lebih akurat. Setelah pasien berada dalam posisi left lateral decubitus, pasien lalu memfleksikan lutut dan sendi pinggang. Alternatif lainnya adalah pasien meluruskan kaki kiri dan memfleksikan kaki kanan selama prosedur berlangsung untuk menurunkan tekanan intraabdomen.[2]
Prosedural
Prosedur gastroskopi dimulai segera setelah pasien disedasi. Operator memegang alat endoskopi (umumnya dipegang dengan tangan kiri). Endoskop dioperasikan dengan manuver jari-jari tangan kiri. Tangan kanan berfungsi untuk memasukkan atau menarik endoskop dan merotasikan aksila endoskop. Tangan kanan juga berfungsi untuk memasukkan instrumen tambahan ke kanal instrumen.[1,3]
Endoskop dimasukkan ke rongga mulut. Lalu, ujung scope terus dimasukkan dengan perlahan untuk menelusuri pita suara, epiglotis, kedua sinus piriformis, dan kartilago cricoarytenoid. Selanjutnya, dokter melakukan intubasi lalu memasukkan endoskop ke dalam lumen esofagus sambil mengobservasi apakah ada tanda inflamasi, ulserasi, kerutan, varises, dan striktur.[1,3]
Saat endoskop telah masuk ke gaster, lakukan penghisapan residu sekresi gaster dan dilatasi gaster dengan injeksi udara agar lapang pandang lebih baik. Lalu, prosedur dilanjutkan dengan mengobservasi seluruh bagian gaster. Setelah scope mencapai duodenum, periksa bagian lumen duodenum dan nilai perubahan mukosa usus.[1,7]
Situs fotografi esensial pada prosedur gastroskopi yang umum dipakai adalah 8 situs foto, yaitu bagian atas esofagus (sekitar 20 cm dari incisor), bagian bawah esofagus (2 cm di atas gastroesophageal junction), kardia dan fundus gaster dalam posisi U-turn, kurvatura minor, sudut gaster pada posisi J-turn, seluruh bagian antrum, seluruh bulbus duodenal, dan bagian sekunder duodenum.[8,12]
Setelah pemeriksaan area duodenum selesai, scope endoskop ditarik kembali ke arah gaster. Endoskop diretrofleksikan agar dapat memvisualisasikan kardia dan fundus gaster. Sebelum meninggalkan gaster, udara dalam gaster disedot keluar kembali. Lalu, scope dikeluarkan.[1,3]
Hingga saat ini studi yang meneliti manfaat biopsi rutin pada prosedur endoskopi masih terbatas. Namun, ada studi yang menunjukkan bahwa operator endoskopi yang lebih sering melakukan biopsi saat endoskopi mungkin menurunkan risiko terlewat (miss) lesi kanker hingga 3 tahun selanjutnya.[9]
Follow Up
Pedoman American Society for Gastrointestinal Endoscopy (ASGE) merekomendasikan pemantauan tanda vital secara rutin beserta kondisi klinis untuk menilai perubahan status kardiopulmonal selama prosedur gastroskopi dilakukan dalam sedasi.[1,3]
Follow-up pasien di ruang pemulihan umumnya membutuhkan waktu sekitar 1 jam hingga pasien sadar penuh. Setelah itu, pasien boleh meninggalkan ruang pemulihan dengan disertai penjaga. Follow-up dilanjutkan hingga 24 jam pertama pasca prosedur. Follow-up ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya komplikasi akibat gastroskopi.[1,3]