Teknik Kateterisasi Suprapubik
Teknik kateterisasi suprapubik sebaiknya dipandu oleh ultrasonografi guna melokalisasi vesika urinaria dan mencegah cedera pada usus di sekitarnya. Prosedur dimulai dengan mempersiapkan pasien dan meminta informed consent, lalu memposisikan pasien secara litotomi dan memasang kateter secara perkutan.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang harus dilakukan sebelum kateterisasi suprapubik mencakup anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan ultrasonografi, dan permintaan informed consent pada pasien atau keluarga.
Anamnesis
Dokter perlu menanyakan riwayat penyakit pasien yang mungkin menimbulkan retensi urine, misalnya riwayat striktur uretra, ruptur uretra, benign prostatic hyperplasia (BPH), kanker prostat, maupun tumor buli. Riwayat trauma dan riwayat operasi di area pelvis dan abdomen juga perlu ditanyakan, karena hal ini dapat meningkatkan risiko adhesi.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik abdomen bagian bawah untuk persiapan kateterisasi suprapubik meliputi inspeksi ada tidaknya bekas luka dan palpasi vesika urinaria untuk memastikan ada tidaknya distensi. Tidak adanya bukti distensi buli merupakan kontraindikasi pemasangan kateter suprapubik. Adanya bekas luka menunjukkan riwayat operasi sehingga pasien mungkin memiliki adhesi yang dapat mempersulit prosedur.
Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan USG dilakukan untuk mengonfirmasi adanya distensi vesika urinaria yang mungkin tidak bisa dipalpasi. USG juga dapat dilakukan untuk mengetahui letak vesika urinaria pasien dan memandu proses pemasangan kateter (ultrasonography-guided catheterization) guna menghindari cedera usus di sekitar buli.
Permintaan Informed Consent
Permintaan informed consent dilakukan melalui metode Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) pada pasien dan keluarga yang meliputi pemberitahuan indikasi dan risiko kateterisasi suprapubik. Risiko kateterisasi suprapubik meliputi perdarahan, hematuria, infeksi saluran kemih, infeksi insisi, nyeri, serta trauma organ intraabdomen.
Pasien juga harus diberitahu mengenai kemungkinan pemasangan kateter untuk jangka panjang. Setelah semua hal tersebut dilakukan, dokter dapat meminta konfirmasi kesediaan pasien melalui tanda tangan pada lembar informed consent.[2-4,8]
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan kateter suprapubik adalah:
- Sarung tangan steril
- Cairan antiseptik
- Kasa steril 4x4
- Duk steril
- Akuades
- Spuit 10 mL
- Spuit 60 mL
- Jarum 18 G dan 25 G
- Pisau bisturi nomor 11
- Benang dan jarum jahit ukuran 3–0
- Set kateter suprapubik yang meliputi jarum obturator atau trokar, kateter malekot, connecting tube dan katup one-way
- Kantung urine
- Plester[2,3]
Alat-alat yang dibutuhkan untuk mengganti kateter suprapubik antara lain:
- Spuit 10 mL
- Underpad
- Sarung tangan steril
- Apron plastik
- Gel lubrikasi
- Kantung hazard
- Set kateter suprapubik baru
- Kantung urine atau botol drainase
- Plester
- Kasa steril 4x4
- Akuades atau cairan saline 0,9%
- Klorheksidin 0,1%[8,9]
Posisi Pasien
Pasien diposisikan supinasi dengan kaki fleksi pada lutut dan diatur secara litotomi.[2,3]
Prosedural
Prosedural kateterisasi suprapubik memiliki sedikit perbedaan pada saat pemasangan dan pada saat penggantian kateter.
Pemasangan Kateter Suprapubik
Persiapkan kateter suprapubik, pasang trokar ke dalam kateter sampai terprotusi di bagian ujung dari dalam kemasan plastik, dan tentukan titik insersi, yaitu garis midline sekitar 3 jari di atas simfisis pubis. Setelah itu, langkah-langkahnya adalah:
- Disinfeksi titik insersi
- Berikan injeksi anestesi lokal berupa lidocaine 1–2% dengan epinefrin. Injeksi diberikan sebanyak 10–20 mL dan juga bermanfaat untuk mengonfirmasi posisi insersi kateter suprapubik yang ditandai dengan adanya urine saat aspirasi
- Buat insisi horizontal dengan ukuran sekitar 1 cm
- Posisikan transducer ultrasonografi secara transversal superior dari titik insersi kateter (pada ultrasonography-guided catheterization)
- Masukkan kateter suprapubik dan arahkan kateter ke kaudal dengan sudut 60 derajat pada titik insersi. Masukkan kateter ke dalam vesika urinaria, kurang lebih 4–5 cm dari permukaan kulit
- Aspirasi dengan spuit, dorong kateter dan trokar lebih dalam ke buli sekitar 4 cm, dan lepaskan trokar
- Pastikan letak pemasangan benar dengan cara menginjeksi saline dan mengobservasi adanya gelembung udara dalam vesika pada ultrasonografi. Setelah itu, coba aspirasi urine
- Kembungkan balon kateter dan keluarkan hingga ke tepi dinding buli
- Fiksasi kateter dengan plester atau jahit dengan benang 3–0
- Hubungkan kateter dengan kantung urine[2-4]
Setelah pemasangan kateter suprapubik, akan terbentuk jalur insersi kateter. Jalur ini akan memudahkan penggantian kateter suprapubik selanjutnya. Jalur insersi ini akan matur dalam waktu 4–6 minggu. Jangan lepaskan kateter sebelum jalur tersebut matur. Imaturasi jalur insersi akan menyebabkan kebocoran dan migrasi kateter ke luar buli atau ke dalam abdomen.[2,4,7]
Penggantian Kateter Suprapubik
Penggantian kateter pertama dilakukan setelah 4–6 minggu. Setelah itu, penggantian dapat dilakukan setiap bulan untuk mencegah infeksi. Teknik Seldinger dapat dilakukan untuk mengganti kateter dengan panduan kateter lama. Langkah-langkah penggantian kateter adalah sebagai berikut:
- Letakkan underpad di bawah kateter
- Buka fiksasi kateter lama
- Periksa titik insersi untuk tanda-tanda infeksi dan lakukan pemeriksaan kultur bila terdapat tanda-tanda infeksi atau inflamasi
- Siapkan kasa 4x4 steril yang direndam dalam larutan klorheksidin glukonat dan air hangat
- Berikan lubrikasi pada kateter baru
- Kempiskan balon kateter lama
- Pegang kateter lama pada ujung dekat kulit dan tarik keluar perlahan
- Sejajarkan kateter baru dan kateter lama, lalu segera masukkan kateter baru setelah kateter lama keluar pada titik insersi yang sama
- Kembungkan balon kateter baru
- Bersihkan daerah sekitar titik insersi dan fiksasi kateter baru dengan plester atau jahitan benang 3–0[7-9]
Follow Up
Diuresis pascaobstruksi mungkin terjadi setelah tindakan, sehingga pasien biasanya disarankan untuk dimonitor selama 2–3 jam. Bila komplikasi ini terjadi, pasien perlu dirawat inap, diberikan cairan intravena, dan diperiksa elektrolitnya. Pasien dengan kateterisasi suprapubik (bila tidak dilakukan oleh urolog) sebaiknya dirujuk ke urolog untuk investigasi lebih lanjut mengenai etiologi retensi urine yang dialami dan penanganan lebih lanjut.[1,2]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur