Pedoman Klinis Kateterisasi Uretra Pada Pria
Pedoman klinis yang perlu diperhatikan terkait kateterisasi uretra pada pria mencakup penjelasan dokter mengenai indikasi pemasangan, persetujuan pasien, kontraindikasi, serta cara perawatan kateter. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Sebelum dilakukan pemasangan kateter, pasien harus diberikan informasi yang cukup dan jelas, serta menandatangani lembar persetujuan (informed consent)
- Kateterisasi uretra harus dilakukan atas indikasi medis yang tepat, dan waktu pemakaian yang sesingkat mungkin. Indikasi kateterisasi uretra dapat berupa diagnostik, seperti pemantauan urine output, serta indikasi terapi, misalnya pada retensi urin akibat benign prostatic hyperplasia (BPH), atau untuk dekompresi vesica urinaria pada neurogenic bladder
- Kontraindikasi pemasangan kateterisasi uretra berupa adanya tanda-tanda trauma traktus urinarius bawah, yang dapat terjadi pada fraktur pelvis
- Pemasangan kateterisasi uretra harus menggunakan jenis dan ukuran kateter yang sesuai, mengikuti prosedur, serta memperhatikan teknik aseptik. Saat menggembungkan balon, pastikan kateter telah berada dalam vesika urinaria untuk menghindari ruptur uretra
- Lakukan edukasi kepada pasien mengenai cara perawatan kateter untuk mencegah komplikasi setelah pemasangan, serta mengenai gejala-gejala yang menandakan pasien perlu pergi ke fasilitas kesehatan[1,3,6]
Pedoman klinis Centers for Disease Control and Prevention (CDC) membahas cara mencegah terjadinya infeksi saluran kemih akibat pemasangan pemasangan kateter dengan menekankan beberapa hal, seperti:
- Menjaga higienitas, dengan melakukan selalu cuci tangan sebelum dan sesudah prosedur, serta memasang kateter dengan teknik aseptik dan peralatan steril
- Persiapan pemasangan, yang harus sesuai indikasi medis, dan pelatihan prosedur pemasangan pada tenaga kesehatan dengan teknik yang benar, serta cara merawatnya
- Selama pemasangan kateter, pastikan memasang dan mengamankan kateter dengan baik
- Setelah pemasangan, yaitu dengan menjaga agar saluran antara selang kateter dengan kantung urin tetap tertutup dan steril, jika mengambil spesimen urin untuk pemeriksaan harus dengan tindakan aseptik, dan menjaga agar aliran urin supaya tidak tersumbat[6]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra