Edukasi Pasien Amniocentesis
Edukasi pasien terkait amniocentesis adalah prosedur ini bersifat invasif sehingga mempunyai beberapa risiko dan hanya dilakukan jika terdapat indikasi kuat seperti adanya kecurigaan infeksi pada rahim atau untuk deteksi kemungkinan janin mengalami kelainan genetik/kromosom berdasarkan riwayat sebelumnya. Namun, amniocentesis tidak dapat mendeteksi semua penyakit genetik.
Pasien perlu memahami batasan prosedur dan pengujian ini. Pada ibu yang memiliki riwayat hepatitis B dan HIV, ibu dan pasangannya harus diberi tahu tentang kemungkinan janin terinfeksi hepatitis B atau HIV selama prosedur.[11-12]
Menurut studi oleh Homola dan Zimmer (2019), wanita yang baru saja menjalani prosedur amniosentesis disarankan untuk mengurangi aktivitas fisik selama dua minggu untuk mengurangi komplikasi pasca procedure seperti nyeri perut, adanya kontraksi uterus, pusing dan sinkop.
Setelah prosedur, pasien diedukasi untuk segera menghubungi dokter jika mengalami demam atau pendarahan pervagina hebat, keputihan atau kram perut yang terjadi secara berkelanjutan. Hasil amniosentesis umumnya akan keluar 2-3 minggu.[1,2,4,11]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja